(CPV) – Pada tanggal 1 November, Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) mengkonfirmasi bahwa sehari sebelumnya, Korea Utara telah berhasil menguji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-19 dan mencapai tahap "tak terbalikkan" dalam pengembangan sistem pengiriman senjata nuklir.
| Media Jepang melaporkan peluncuran rudal Korea Utara. (Gambar dipotong dari laporan berita NHK) |
KCNA melaporkan bahwa rudal tersebut menempuh jarak 1.001,2 kilometer dalam waktu 5.156 detik sebelum mendarat di area yang telah ditentukan di laut lepas di lepas pantai timur Semenanjung Korea. Uji coba rudal tersebut tidak memengaruhi keamanan negara-negara tetangga.
Menurut KCNA, uji coba rudal tersebut menunjukkan kemampuan rudal strategis Korea Utara, membuktikan kemodernan dan keandalan pencegahan strategisnya yang kuat. Sistem senjata strategis terbaru ini akan berfungsi sebagai "sarana inti" dalam pertahanan nasional.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memerintahkan peluncuran tersebut, menyebutnya sebagai "aksi militer yang tepat" yang menunjukkan kesediaan Korea Utara untuk menanggapi meningkatnya ketegangan keamanan di Semenanjung Korea. Peluncuran rudal tersebut juga merupakan bagian dari "proses yang sangat diperlukan" dalam pengembangan kemampuan ofensif strategis Korea Utara yang sedang berlangsung.
Pada kesempatan ini, pemimpin Kim Jong Un menyebutkan "situasi keamanan yang semakin serius dan potensi ancaman serta tantangan" yang dihadapi Korea Utara, sehingga menekankan perlunya terus memperkuat kemampuan serangan strategis modern dan menyempurnakan postur respons pasukan nuklir Korea Utara. Selain itu, pemimpin Kim Jong Un menegaskan kembali pendiriannya bahwa "Korea Utara tidak akan pernah mengubah jalannya (kebijakan) untuk memperkuat kemampuan nuklirnya."
Kementerian Pertahanan Jepang menilai peluncuran ini sebagai peluncuran rudal Korea Utara dengan waktu terbang terlama, di mana rudal tersebut tetap berada di udara selama 86 menit dan mencapai ketinggian lebih dari 7.000 km. Rudal tersebut menempuh jarak 1.000 km sebelum jatuh sekitar 200 km di sebelah barat Pulau Okushiri Jepang, di luar zona ekonomi eksklusif Jepang.
Menteri Pertahanan Jepang Nakatani Gen menyatakan bahwa rudal yang diluncurkan oleh Korea Utara kali ini diyakini sebagai rudal balistik antarbenua. Kementerian Pertahanan Jepang saat ini terus menganalisis detail terkait peluncuran tersebut, termasuk apakah rudal yang diluncurkan merupakan jenis rudal balistik baru.
Sementara itu, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi memperingatkan bahwa rudal Korea Utara ini berpotensi mencapai jarak lebih dari 15.000 km jika diluncurkan dengan lintasan konvensional.
Bapak Hayashi menyatakan bahwa tindakan Korea Utara tidak hanya mengancam perdamaian dan keamanan Jepang, tetapi juga kawasan dan komunitas internasional. "Ini sama sekali tidak dapat diterima," tegas Sekretaris Kabinet Utama Jepang tersebut.
Pada tanggal 1 November, Korea Selatan juga mengumumkan sanksi baru yang menargetkan 11 individu dan 4 organisasi di Korea Utara sebagai tanggapan atas peluncuran rudal balistik antarbenua terbaru Korea Utara. Sanksi tersebut akan mulai berlaku pada tanggal 6 November.
Dilaporkan, beberapa negara anggota Dewan Keamanan PBB (termasuk Inggris, Malta, Slovenia, AS, Prancis, Korea Selatan, dan Jepang) telah meminta pertemuan darurat pada tanggal 4 November untuk membahas peluncuran rudal terbaru Korea Utara.
Sumber: https://dangcongsan.vn/the-gioi/tin-tuc/trieu-tien-phong-ten-lua-dan-dao-va-phan-ung-cua-cac-nuoc-682081.html






Komentar (0)