China baru saja memperkenalkan prototipe drone superkecil seukuran nyamuk, yang menarik perhatian dunia teknologi dan militer global.
Perangkat ini dikembangkan oleh tim peneliti di Universitas Teknologi Pertahanan Nasional (NUDT) di Provinsi Hunan, yang menargetkan misi pengawasan, pengintaian, dan operasi khusus di lingkungan medan perang.
Drone mungil ini digambarkan memiliki sayap tipis dan ringan serta tiga kaki mungil yang memungkinkannya mendarat dan bertengger dengan stabil di berbagai permukaan. Dengan panjang hanya sekitar 1,3 cm dan bobot yang sangat ringan, perangkat ini dapat melakukan misi penerbangan rahasia dari jarak dekat tanpa terdeteksi.

Fitur yang paling menonjol adalah kemampuan perangkat ini untuk beroperasi secara mandiri. "Robot nyamuk" ini telah melakukan berbagai operasi seperti lepas landas dari telapak tangan, terbang stabil di udara, dan mendarat tepat di permukaan yang kecil. Meskipun belum ada pengumuman resmi mengenai jangkauan terbang, waktu operasi, atau fitur perekaman, para ahli yakin bahwa perangkat ini kemungkinan dirancang untuk menjalankan misi pengintaian rahasia di lingkungan perkotaan atau medan yang sulit diakses.
Meskipun menghadapi banyak tantangan teknis karena keterbatasan kapasitas baterai dan ruang untuk sensor, teknologi penyimpanan energi dan miniaturisasi komponen elektronik secara bertahap akan mengatasi hambatan saat ini, memperluas penerapan perangkat di masa mendatang.
Tak hanya untuk keperluan militer, mikro-drone ini juga berpotensi untuk diaplikasikan secara luas di bidang sipil seperti kedokteran, penyelamatan, pemantauan lingkungan, dan pertanian . Berkat kemampuannya terbang fleksibel di ruang sempit, perangkat ini dapat digunakan untuk mencari korban yang terjebak pascabencana alam, mengumpulkan data kualitas udara dan air, atau mendukung pemantauan tanaman di daerah yang sulit dijangkau.
Tiongkok bukan satu-satunya negara yang mengembangkan teknologi mikrodrone. Di Norwegia, drone Black Hornet seukuran telapak tangan, yang dikembangkan oleh Teledyne FLIR Defense, banyak digunakan oleh militer Barat. Versi terbarunya, Black Hornet 4, memenangkan penghargaan Blue UAS Refresh 2025 dari Departemen Pertahanan AS atas peningkatan dalam baterai, daya tahan, dan transmisi data.
Sementara itu, AS juga telah meneliti serangkaian mikro-drone sejak 2021, tetapi belum mengumumkan prototipenya secara resmi. Beberapa proyek seperti RoboBee dari Universitas Harvard telah menguji drone yang mampu terbang dengan mengepakkan sayapnya, dan bahkan dapat beroperasi di bawah air, meskipun masih dalam tahap pengujian.
UAV seukuran nyamuk buatan Tiongkok ini hanyalah satu bagian dari ekosistem robotika yang sedang berkembang dan diteliti di NUDT, yang juga mengembangkan robot humanoid, robot medan perang, dan prototipe otonom lainnya untuk keperluan pertahanan dan sipil.
Sumber: https://khoahocdoisong.vn/trung-quoc-trinh-lang-muoi-robot-sieu-nho-post1551377.html
Komentar (0)