Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

Alasan Nuno Espirito Santo dipecat Nottingham Forest

Nottingham Forest telah memecat Nuno Espirito Santo setelah kurang dari dua tahun, meskipun dia baru saja membawa klub kembali ke Eropa.

ZNewsZNews09/09/2025

Nuno Espirito Santo menjadi manajer pertama yang dipecat di Liga Premier pada musim 2025/26.

Keputusan ini menyingkapkan realitas pahit sepak bola modern: ketika kepercayaan antara pelatih kepala dan eselon atas runtuh, kinerja profesional tidak lagi menjadi perisai.

Kepercayaan dirusak oleh kejujuran

Dalam sepak bola, perpisahan jarang ditentukan oleh skor semata. Kasus Nuno Espirito Santo di Nottingham Forest adalah contoh utama.

Musim lalu, ia membawa klub Midlands itu kembali ke Liga Europa—sebuah pencapaian yang diimpikan. Forest kini memulai Liga Premier dengan empat poin setelah tiga pertandingan, bukan angka yang buruk. Namun, kursi panas di City Ground berpindah tangan hanya setelah satu pernyataan yang mengguncang kepercayaan: "Hubungan saya dengan Marinakis tidak lagi sama."

Bagi banyak manajer, mengeluh tentang skuad atau mengungkapkan kekhawatiran tentang masa depan adalah hal yang lumrah. Namun dalam konteks Forest, pengakuan Nuno bukan sekadar kebenaran yang terungkap, tetapi juga "titik kritis" kepercayaan. Evangelos Marinakis, salah satu pemilik klub yang berpengaruh, langsung merasa otoritasnya ditantang. "Kebingungan" adalah kata yang ia gunakan untuk menggambarkan reaksinya, tetapi kenyataannya, itu adalah ketidaksabaran terhadap manajer yang tidak lagi berkomitmen penuh.

Dalam sepak bola modern, hubungan antara pelatih dan pemilik sangatlah rapuh. Satu komentar yang terdengar salah bisa menjadi titik terakhir. Dan bagi Marinakis, yang terkenal dengan ketegasannya, itu sudah cukup untuk memadamkan semua upaya yang telah dilakukan Nuno.

Paradoksnya, Forest tidak sedang krisis. Mereka belum kalah dua kali berturut-turut, belum terpuruk di dasar klasemen, dan masih termotivasi di Liga Europa. Kekalahan 0-3 dari West Ham memang sebuah kesalahan, tetapi tidak cukup untuk memicu kekhawatiran. Di masa lalu, banyak klub Liga Primer memberi manajer lebih banyak waktu ketika hasil mereka kurang memuaskan. Namun di City Ground, masalahnya bukan pada poin, melainkan apakah manajer masih dipercaya untuk memimpin tim.

Nottingham Forest anh 1

Perpecahan dengan Evangelos Marinakis menyebabkan pelatih Nuno kehilangan pekerjaannya.

Nuno berulang kali menekankan skuad yang "tidak seimbang", meminta kiper dan bek sayap. Forest kemudian memenuhi semua permintaan tersebut, mendatangkan Zinchenko, Savona, Victor, dan Bakwa di akhir bursa transfer. Namun, ketika kepercayaan dirusak, para pemain baru itu tidak cukup untuk memperbaikinya.

Marinakis dan manajemennya yang “tanpa kompromi”

Evangelos Marinakis bukanlah tipe bos yang pendiam. Di Olympiacos maupun Nottingham Forest, ia berulang kali terlibat aktif dalam pengambilan keputusan sepak bola. Ia rela mengeluarkan uang untuk membangun skuad, tetapi juga siap "memenggal kepala para jenderal" ketika melihat tanda-tanda pengkhianatan, meskipun hanya sebatas kata-kata. Dengan Marinakis, seorang pelatih bisa saja kalah dalam pertandingan, tetapi tidak bisa secara terbuka mengakui bahwa ia dan pemilik klub tidak lagi sepaham.

Gaya manajemen seperti itu bisa dianggap kaku, bahkan otoriter. Namun, di Liga Primer yang penuh tekanan, Marinakis percaya bahwa persatuan di pucuk pimpinan – staf pelatih – adalah kunci keberlangsungan tim. Jika pelatih kepala menunjukkan keraguan terhadap proyek ini, keraguan tersebut akan menular ke para pemain.

Keputusan memecat Nuno begitu cepat setelah bursa transfer ditutup terasa dingin namun penuh perhitungan. Keputusan ini mengirimkan pesan yang jelas ke ruang ganti: semua orang, mulai dari manajer hingga pemain, harus mengutamakan loyalitas. Ini juga cara Forest menjaga stabilitas menjelang jadwal padat Liga Primer dan Liga Europa.

Nottingham Forest anh 2

Nuno adalah pahlawan saat ia membawa tim kembali ke Eropa.

Nuno pernah menjadi pahlawan ketika membawa tim kembali ke Eropa, tetapi di mata dewan, pencapaian itu tak sebanding dengan kekompakan internal. Karena tim yang tanpa kepercayaan diri cepat atau lambat akan runtuh.

Siapa pun yang menggantikan Nuno di City Ground harus memahami bahwa posisi ini membutuhkan lebih dari sekadar penguasaan taktik, tetapi juga kemampuan untuk bergaul dengan pemilik. Seorang manajer dapat melewati masa-masa sulit, tetapi jika ia kehilangan koneksi dengan Marinakis, jalannya akan segera terputus.

Di Liga Primer yang semakin ketat, Forest tidak ingin menguji kesabaran para penggemarnya. Mereka membutuhkan seseorang yang cukup kuat untuk memimpin tim, namun cukup lunak untuk menjaga kepercayaan para petinggi.

Nuno Espirito Santo meninggalkan Nottingham Forest bukan karena kegagalan di lapangan, melainkan karena kegagalan di luar lapangan. Dalam sepak bola modern, di mana uang dan kekuasaan berkuasa, terkadang yang terpenting bukanlah poin, melainkan konsensus. Dan di City Ground, kepercayaan telah dikhianati – meninggalkan seorang manajer yang pernah menjadi simbol kesuksesan.

Sumber: https://znews.vn/vi-sao-nuno-espirito-santo-bi-nottingham-forest-sa-thai-post1583680.html


Komentar (0)

No data
No data

Warisan

Angka

Bisnis

Pagoda Satu Pilar Hoa Lu

Peristiwa terkini

Sistem Politik

Lokal

Produk