Semua tindakan kekerasan dalam rumah tangga dilarang keras berdasarkan Undang-Undang Pencegahan dan Pengendalian Kekerasan dalam Rumah Tangga. Undang-undang ini mendefinisikan kekerasan dalam rumah tangga sebagai tindakan yang disengaja oleh anggota keluarga yang menyebabkan atau berpotensi menyebabkan kerugian fisik, mental, seksual, atau ekonomi terhadap anggota keluarga lainnya.
Pada Pasal 4 Peraturan Pemerintah Nomor 167 Tahun 2013 yang mengatur sanksi administratif di berbagai bidang, termasuk kekerasan dalam rumah tangga, secara tegas disebutkan bahwa denda paling tinggi untuk tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga adalah Rp1.000.000.000.
Namun, Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2021 (Peraturan Pemerintah Nomor 144/2021/ND-CP) yang berlaku sejak 1 Januari 2022 telah menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor 167 Tahun 2013. Khususnya, denda untuk kekerasan dalam rumah tangga telah meningkat secara signifikan, yaitu denda terendah sebesar 5 juta VND dan denda tertinggi sebesar 20 juta VND.
Perbuatan istri memaki-maki suami atau suami memaki-maki istri, sebagaimana sering disebut masyarakat, telah ditetapkan dalam Undang-Undang sebagai perbuatan menghina, mencela, dan menyinggung kehormatan serta harkat dan martabat anggota keluarga menurut Ketetapan Nomor 144 Tahun 2021.
Secara spesifik, Pasal 54 Ayat (1) Perpres 144/2021 mengatur sanksi administratif terhadap pelanggaran di bidang keamanan, ketertiban, dan keselamatan sosial; pencegahan dan penanggulangan kejahatan sosial; pencegahan dan penanggulangan kebakaran; penyelamatan; dan pencegahan dan penanggulangan kekerasan dalam rumah tangga, dengan denda paling banyak Rp5 juta hingga Rp10 juta untuk perbuatan yang menghina, mencela, atau menyinggung kehormatan dan martabat anggota keluarga.
Warga negara atau korban kekerasan dalam rumah tangga berhak melaporkan kejadian kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak berwajib setempat agar pihak berwajib dapat menerima dan menanganinya sesuai ketentuan yang berlaku.
Pasal 60 Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2021 dengan tegas menyatakan akan dikenakan denda sebesar 5 juta - 20 juta VND untuk salah satu perbuatan berikut: mengancam, mencegah; menghina atau menyerang orang yang menemukan atau melaporkan kekerasan dalam rumah tangga kepada pihak berwenang.
Kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pengendalian Kekerasan dalam Rumah Tangga.
- Penyiksaan, penganiayaan, pemukulan, pengancaman atau tindakan lain yang disengaja yang membahayakan kesehatan atau kehidupan;
- Penghinaan, kritikan, atau tindakan lain yang disengaja yang menyinggung kehormatan dan martabat;
- Dipaksa menyaksikan tindak kekerasan terhadap orang atau hewan hingga menimbulkan tekanan psikologis terus-menerus;
- Mengabaikan, tidak peduli; tidak mengasuh dan memperhatikan anggota keluarga yang masih anak-anak, ibu hamil, ibu yang mengasuh anak berusia di bawah 36 bulan, orang lanjut usia, orang cacat, orang yang tidak mampu mengurus diri sendiri; tidak mendidik anggota keluarga yang masih anak-anak;
- Diskriminasi berdasarkan penampilan fisik, jenis kelamin, jenis kelamin, atau kemampuan anggota keluarga;
- Mencegah anggota keluarga bertemu dengan sanak saudara, menjalin hubungan sosial yang sah dan sehat, atau perilaku lain yang mengisolasi dan menimbulkan tekanan psikologis terus-menerus;
- Mencegah pelaksanaan hak dan kewajiban dalam hubungan kekeluargaan antara kakek-nenek dengan cucu, antara orang tua dengan anak, antara suami dengan istri, antara kakak dan adik;
- Mempublikasikan atau menyebarluaskan informasi yang mengenai kehidupan pribadi, rahasia pribadi, dan rahasia keluarga anggota keluarga dengan tujuan menghina kehormatan dan martabat;
- Pemaksaan hubungan seksual yang tidak sesuai dengan keinginan istri atau suami;
- Memaksa melakukan perbuatan cabul, memaksa mendengarkan suara, menonton gambar, membaca konten cabul, dan menghasut melakukan kekerasan;
- Perkawinan, perceraian, atau penghalangan perkawinan atau perceraian yang sah pada usia dini yang dipaksakan;
- Kehamilan paksa, aborsi, pemilihan jenis kelamin janin;
- Merampas atau merusak harta milik keluarga atau harta milik pribadi anggota keluarga lainnya;
- Memaksa anggota keluarga untuk belajar, bekerja terlalu keras, atau memberikan kontribusi keuangan di luar kapasitasnya; mengendalikan aset dan pendapatan anggota keluarga untuk menciptakan keadaan ketergantungan material, mental, atau lainnya;
- Mengisolasi dan menahan anggota keluarga; Memaksa anggota keluarga secara ilegal untuk meninggalkan tempat tinggal resmi mereka.
Minh Hoa (t/h)
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)