Pada tanggal 28 Agustus, Ibu NTH (berdomisili di kota Buon Ma Thuot, provinsi Dak Lak) menginformasikan bahwa putranya D.XH telah diakui oleh Departemen Pendidikan dan Pelatihan kota Buon Ma Thuot sebagai lulusan sekolah menengah pertama.
Di akhir tahun ajaran 2022-2023, keluarga tersebut terkejut ketika diberi tahu bahwa anak mereka tidak memiliki transkrip nilai untuk kelas 7, 8, dan 9, sehingga ia tidak akan dipertimbangkan untuk mendapatkan pengakuan kelulusan SMP-nya. Dari sana, Ibu H mengajukan "permintaan bantuan" dan pengaduan, meminta pengakuan kelulusan SMP-nya.
Ibu H mengaku: "Berkali-kali pihak berwenang menjawab bahwa tidak ada dasar untuk mengakui kelulusan anaknya, jadi ia berniat untuk menyerah. Namun, ketika ia pulang dan melihat anaknya sedih karena teman-temannya pergi ke sekolah sementara ia harus tinggal di rumah sendirian, ia tidak dapat menerimanya."
Setelah menerima permohonan banding, di bawah arahan Kementerian Pendidikan dan Pelatihan , H. diorganisasikan untuk meninjau, mengikuti ujian, melengkapi aplikasi dan diakui sebagai lulusan.
"Saya sudah mengajukan aplikasi anak saya untuk kuliah di sebuah perguruan tinggi di Dak Lak . Dia akan menempuh pendidikan umum dan pelatihan kejuruan. Pagi ini dia sudah masuk sekolah untuk hari pertama," ujar Ibu H. dengan gembira.
Sebagaimana dilaporkan oleh Surat Kabar Lao Dong, pada tahun ajaran 2019-2020, keluarga siswa D.XH (Kota Buon Ma Thuot) mengajukan permohonan agar siswa H. dapat bersekolah di kelas 6 di sekolah tersebut. Berdasarkan permohonan tersebut, siswa tersebut diterima dan pihak sekolah mengatur agar ia dapat bersekolah di kelas 6D.
Namun semasa sekolah, karena ada kendala kesehatan, H. tidak kembali ke kelas 6D melainkan ikut teman-temannya ke kelas 7D (dari kelas 6D ke kelas 7D), sehingga wali kelas melapor ke pihak sekolah dan orang tua H. untuk dikoordinasikan.
Saat itu, orang tua H. mengajukan permohonan ke pihak sekolah agar anak mereka dapat naik ke kelas 7D, dengan alasan ingin anak mereka dapat berintegrasi dengan masyarakat. Dalam permohonan tersebut, orang tua menyatakan bahwa H. menderita autisme.
Kejadian ini mengakibatkan siswa H. terus belajar di kelas 8 dan 9 tanpa memiliki catatan penilaian pendidikan untuk kelas 7, 8 dan 9.
[iklan_2]
Sumber: https://laodong.vn/giao-duc/xu-ly-xong-vu-hoc-sinh-hoc-het-cap-2-nhung-khong-co-ho-so-1385928.ldo
Komentar (0)