Qatar telah mengusulkan kesepakatan baru untuk mengakhiri serangan Israel di Jalur Gaza dan membentuk pemerintahan persatuan Palestina yang tidak terkait langsung dengan kelompok militan Hamas, Jerusalem Post melaporkan.
Dalam inisiatif ini, Qatar mengusulkan gencatan senjata permanen untuk membuka jalan bagi pertukaran tahanan penuh antara Hamas dan Israel guna menyelesaikan masalah penyanderaan. Selain itu, proposal tersebut juga mengusulkan mekanisme untuk mencegah terulangnya serangan Hamas di Israel selatan.
Proposal tersebut telah dikirimkan kepada pemerintah Israel, Otoritas Palestina, Hamas, serta organisasi-organisasi internasional dan Arab yang berpengaruh terhadap isu Palestina. Israel belum memberikan tanggapan resmi apa pun atas proposal tersebut. Sementara itu, pemimpin Hamas, Mahmoud Mardawi, menegaskan bahwa ia siap menerima inisiatif atau upaya apa pun untuk membantu mengakhiri konflik di Gaza. Hamas saat ini tengah menjalin kontak dengan semua pihak, terutama Mesir dan Qatar.
Hingga saat ini, lebih dari 22.500 orang, termasuk lebih dari 21.000 warga Palestina, sebagian besar anak-anak, telah tewas dalam konflik tersebut. Seperempat penduduk Gaza mengalami kekurangan pangan yang parah. Konflik ini juga telah menyebabkan 85% dari 2,3 juta penduduk Gaza mengungsi.
Dalam perkembangan lainnya, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) bertemu pada tanggal 29 Desember (waktu setempat) untuk membahas situasi tegang di Jalur Gaza di tengah terus meningkatnya kekerasan di Timur Tengah.
Dalam pertemuan tersebut, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya atas serangan berulang oleh kelompok bersenjata di Irak dan Suriah, serta serangan baru-baru ini oleh pasukan Houthi di Yaman terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Ia mendesak semua pihak untuk menahan diri semaksimal mungkin dan mengambil langkah-langkah segera untuk "meredakan" ketegangan.
SELATAN
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)