Amorim juga harus mengalami kekecewaan

KERUGIAN DALAM KINERJA

Tentu saja, performa hanyalah salah satu aspek sepak bola, tetapi merupakan aspek yang penting. Kekalahan 0-3 dari Bournemouth baru-baru ini merupakan pertandingan keenam Amorim di Liga Primer. Poin yang diraih MU dalam 6 pertandingan terakhir lebih rendah daripada poin yang diraih pelatih Erik Ten Hag dalam 6 pertandingan terakhir di Liga Primer, sebelum ia dipecat oleh MU.

Pelatih Amorim bingung dengan apa yang terjadi dengan MU

Beruntung bagi United, mereka bertemu Manchester City di saat pasukan Pep Guardiola sedang terpuruk, dan Amorim tetap meraih kemenangan mengesankan dalam derbi Manchester. Namun kenyataannya: bahkan dengan momentum mereka sendiri, United masih belum mampu memanfaatkan dorongan mental tersebut untuk meningkatkan performa mereka. United hanya berada di posisi ke-13 klasemen saat Natal. Mereka tersingkir dari Piala Liga Inggris.

Kembali ke Sporting, Amorim belum pernah kalah di kandang sendiri selama 18 bulan. Kini, ia telah kalah dua kali berturut-turut di kandang, meskipun lawannya hanya Nottingham Forest dan Bournemouth. Dengan rentetan hasil buruk di awal musim, Amorim resmi kecewa: tak ada keajaiban baginya, dalam persaingan sengit di Liga Primer.

Jika ia gagal menunjukkan performa gemilang dengan hasil yang baik, pekerjaan Amorim selanjutnya akan sangat sulit, karena ia tidak akan mudah mendapatkan kepercayaan dari para eksekutif. Keputusan untuk mencadangkan Marcus Rashford, misalnya: akan ada tekanan dari Jim Ratcliffe. Publik mungkin akan berpaling dari Amorim. Ia juga tidak akan mampu memberikan tekanan balik kepada para eksekutif di bursa transfer mendatang.

PRODUK LEMAH

Prinsip Pelatih Amorim adalah selalu menerapkan formasi 3 bek. Terkadang, masih ada bek tengah yang bersinar di lini pertahanan MU. Namun, hal terpenting yang menentukan soliditas pertahanan 3 bek bukanlah para bek itu sendiri, melainkan pasangan bek/pemain sayap. Hampir tidak ada bek sayap MU yang memenuhi persyaratan khusus untuk bermain dalam formasi 3-4-3. Hal ini membuat MU menunjukkan kelemahan yang cukup kentara di awal kepemimpinan Amorim: pertahanan yang lemah.

Pertahanan selalu menjadi fondasi penting dari gaya permainan apa pun. Hal ini terutama penting bagi tim yang baru saja berganti manajer, dan (tentu saja) mengubah gaya permainan mereka secara keseluruhan. Faktanya, penyelesaian akhir MU belum membaik sama sekali dalam periode ini. Namun, itu bukanlah kelemahan utamanya.

Dari segi formasi, Amorim saat ini belum memiliki bek/pemain sayap yang cocok untuk menerapkan gaya permainan 3-4-3. Secara taktis, MU hampir tidak memiliki taktik bertahan dalam situasi bola mati. Mereka terus-menerus kalah akibat tendangan sudut. Hanya dalam 6 pertandingan, MU asuhan Amorim telah kebobolan 7 gol dari bola mati. Sebelum bola bergulir, MU sering menghabiskan sebagian waktu pemanasan untuk berlatih bertahan dari bola mati (seluruh tim berdiri di area 16,50 m dan berlatih bertahan dari bola tinggi), tetapi sia-sia!

Ceritanya mungkin berbeda jika MU membeli pemain yang sesuai dengan gaya bermain pelatih Amorim (terutama bek/pemain sayap) pada Januari mendatang. Namun pada prinsipnya, Amorim hanyalah pelatih kepala, tidak diperbolehkan memilih pemain layaknya manajer. Di atas Amorim, ada 5-6 orang yang terlibat dalam proses transfer. Manajemen dan organisasi tim tampaknya tidak terlalu menjanjikan bagi Amorim untuk dapat mengembangkan kemampuannya dengan percaya diri.

Sumber: https://thanhnien.vn/amorim-cung-danh-vo-mong-185241224224931281.htm