
Kalau ditelusuri lebih jauh, ini bukan konflik personal antara dua bintang, melainkan "perang psikologis" antar komunitas penggemar.
Konflik bermula dari detail yang tampak sepele: penataan foto kedua artis pada poster acara di jalan pejalan kaki Nguyen Hue (HCMC). Son Tung dan Soobin memang ditempatkan di tengah, tetapi ukuran dan tata letaknya membuat penggemar Son Tung merasa bahwa idola mereka tidak diprioritaskan, mengingat posisi mereka di industri musik V-pop.
Penggemar Soobin, di sisi lain, membalas bahwa setiap artis berhak mendapatkan rasa hormat yang sama dan idola mereka sama terkenalnya.
Dari detail desain, perdebatan antara dua fandom Sky dan Kingdom dari dua penyanyi pria itu meledak secara daring, mengubah acara musik sederhana menjadi topik sosial.
Faktanya, perdebatan ini bukan berasal dari para artis, melainkan dari perasaan penonton terhadap idola mereka. Dalam dunia hiburan—di mana nama berarti ketenaran dan pengaruh—setiap perubahan kecil dalam cara berkomunikasi dapat menyentuh harga diri penggemar.
Fandom modern tidak hanya mencintai artis, tetapi juga melindungi citra mereka sebagai “kolektif kehormatan”.
Oleh karena itu, "perang internet" seperti Son Tung - Soobin bukan hanya kisah musikal, tetapi juga fenomena budaya: ketika publik ingin menegaskan "posisi" idola mereka dalam ekosistem yang kompetitif.

Patut dicatat bahwa kedua artis menangani krisis ini dengan cara yang beradab. Di atas panggung, Soobin secara proaktif menegur kedua fandom, menyerukan "saling mencintai", menunjukkan sikap terbuka dan pengertian. Sementara itu, Son Tung memilih untuk menyampaikan pesan positif: "Kita tidak perlu menang melawan siapa pun, kita hanya perlu menang melawan diri kita sendiri dari masa lalu."
Respons yang tenang dan bijaksana ini tidak hanya membantu mengurangi ketegangan, tetapi juga menunjukkan keberanian dua seniman muda yang telah menghadapi banyak badai media.
Dari sudut pandang seorang pakar media, Bapak Hoang Van - Direktur Komunikasi Clover Company - berkomentar: "Insiden Son Tung dan Soobin menjadi pelajaran bagi industri hiburan Vietnam. Pertama, penyelenggara perlu menyadari dengan jelas dampak dari setiap detail promosi. Poster, jadwal pertunjukan, atau pernyataan kecil dapat menciptakan efek berantai."
Kedua, para artis perlu memiliki interaksi yang lebih kuat dengan fandom mereka, untuk membimbing dan mengajari mereka berperilaku beradab—mendukung idola mereka tetapi tidak menyerang artis lain. Ketika penggemar memahami bahwa menghormati lawan mereka juga berarti menghormati idola mereka, maka budaya hiburan dapat berkembang.
Bapak Hoang Van berkomentar bahwa orientasi dan interaksi dengan penggemar sangat penting, karena jika tidak, hal itu akan menimbulkan konsekuensi yang lebih negatif. Beliau memberikan contoh khas fandom artis Tiongkok. Kompetisi antar penggemar karena mereka ingin idola mereka lebih terkenal dan memiliki reputasi yang lebih baik terkadang menimbulkan kontroversi yang tidak perlu.
"Insiden Son Tung dan Soobin dapat dilihat sebagai 'ujian' bagi seluruh ekosistem V-pop: bagaimana para artis tetap tenang, bagaimana media mengatur, dan bagaimana publik mengekspresikan perasaan mereka. Tidak ada yang menang dalam perang fandom, karena pada akhirnya, yang tersisa adalah nilai musik, profesionalisme, dan sikap," ujar Bapak Hoang Van.
Terlihat bahwa, di tengah hiruk pikuk media sosial, citra Son Tung dan Soobin masih bersinar di atas panggung—di mana mereka memilih musik sebagai bahasa kebersamaan, bukan kompetisi. Dan mungkin, itulah dialog terindah antara dua seniman sejati di industri hiburan Vietnam saat ini.
Sumber: https://baoquangninh.vn/ban-chat-cuoc-tranh-luan-giua-fan-son-tung-m-tp-va-soobin-hoang-son-3383241.html






Komentar (0)