Pada sore hari tanggal 26 Mei, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan merilis informasi tentang negosiasi pembangkit listrik tenaga surya dan angin transisi dan masalah impor listrik dari luar negeri.

Menurut Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, sistem tenaga listrik nasional, khususnya sistem tenaga listrik wilayah Utara, saat ini sedang berada pada puncak musim kemarau, beroperasi dalam situasi yang sangat sulit, karena beban sistem yang tinggi, aliran air yang terus buruk dari pembangkit listrik tenaga air, dan banyaknya kesulitan bahan bakar untuk pembangkit listrik tenaga termal berbahan bakar batubara.

Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan telah mengarahkan Grup Listrik Vietnam (EVN) untuk meningkatkan mobilisasi sumber daya listrik yang tersedia untuk melengkapi sistem tenaga listrik nasional, dan segera menegosiasikan dan memobilisasi pembangkit listrik energi terbarukan untuk meningkatkan kapasitas sistem tenaga listrik.

Impor listrik dihitung dengan cermat. Foto ilustrasi: Kementerian Perindustrian dan Perdagangan

Menurut Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, impor listrik merupakan strategi jangka panjang yang didasarkan pada hubungan politik dan ekonomi Vietnam untuk memastikan keamanan energi jangka panjang negara tersebut dan ditentukan dalam rencana pengembangan kelistrikan nasional untuk setiap periode.

"Impor listrik dihitung secara cermat dengan skenario untuk memastikan proporsi impor yang kecil, menjamin kemandirian, keamanan energi nasional, dan konsisten dengan kondisi hubungan politik- ekonomi -perdagangan dengan negara-negara di kawasan," demikian pernyataan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan.

Hanya 18/85 pembangkit listrik energi terbarukan yang telah memiliki izin.

Menurut informasi dari Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, hingga hari ini (26 Mei), 52/85 pembangkit listrik tenaga surya dan angin transisi dengan total kapasitas 3.155 MW (mencakup 67%) telah menyerahkan dokumen kepada EVN untuk menegosiasikan harga listrik.

Kementerian Perindustrian dan Perdagangan juga menyatakan telah menyetujui harga sementara bagi 19 investor yang mengajukan permohonan harga sementara selama masa negosiasi dengan total kapasitas 1.346,82 MW. Saat ini, terdapat 17 pembangkit listrik transisi lainnya yang sedang diselesaikan prosedurnya oleh EVN untuk diajukan kepada Kementerian Perindustrian dan Perdagangan guna mendapatkan persetujuan pada Mei 2023.

Setelah proyek-proyek listrik ini sepenuhnya memenuhi peraturan, pembangkit-pembangkit ini akan dapat memobilisasi listrik ke jaringan listrik nasional.

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan mengutip ketentuan Undang-Undang Ketenagalistrikan yang menyatakan bahwa proyek ketenagalistrikan harus mendapatkan izin usaha ketenagalistrikan sebelum beroperasi. Namun, menurut statistik, per 23 Mei 2023, baru 18 dari 85 pembangkit listrik energi terbarukan transisi (sekitar 18,8%) yang telah mendapatkan izin usaha ketenagalistrikan.

Dari 19 pembangkit yang telah menyepakati harga sementara, sebanyak 13 pembangkit telah mendapatkan izin usaha ketenagalistrikan, yang terdiri dari 12 pembangkit telah mendapatkan izin usaha ketenagalistrikan dengan kapasitas penuh sesuai rencana, dan 1 pembangkit baru mendapatkan izin sebagian.

Namun, ada 12 proyek transisi yang telah menyerahkan dokumen negosiasi harga tetapi belum menyerahkan dokumen perizinan (termasuk 11 proyek tenaga angin dan 1 proyek tenaga surya).

"Dari data perizinan usaha ketenagalistrikan yang telah diberikan di atas, terlihat bahwa penyelesaian dokumen perizinan usaha ketenagalistrikan belum mendapat perhatian yang semestinya dari investor, sehingga mengakibatkan keterlambatan dalam penyiapan dan penyampaian dokumen kepada instansi yang berwenang," ujar Kementerian Perindustrian dan Perdagangan.

NGUYEN THAO