Peluang dari perjanjian perdagangan bebas (FTA) generasi baru membantu Vietnam meningkatkan puluhan miliar USD setiap tahun dari ekspor ke negara-negara anggota CPTPP dan EVFTA.
Vietnam telah menandatangani dan menerapkan banyak perjanjian perdagangan bebas generasi baru, seperti CPTPP, EVFTA, dan UKVFTA. Bulan lalu, perjanjian perdagangan bebas dengan Israel—negara pertama di Asia Barat—juga ditandatangani, yang memberikan peluang untuk mengurangi tarif hingga 92% atas barang-barang Vietnam yang diekspor ke negara ini.
Dalam laporan yang baru-baru ini dikirimkan kepada Pemerintah, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan menyatakan bahwa perjanjian perdagangan bebas berdampak positif terhadap ekspor, impor, dan daya tarik investasi Vietnam. Pada tahun 2022, omzet perdagangan dengan negara-negara CPTPP meningkat lebih dari 14% dibandingkan tahun 2021, mencapai 104,5 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, ekspor Vietnam ke negara-negara anggota CPTPP mencatat peningkatan positif, seperti Kanada yang meningkat lebih dari 20% dan Brunei sebesar 163%.
Dengan EVFTA, tahun lalu, perdagangan antara Vietnam dan negara-negara Uni Eropa (UE) mencapai lebih dari 62,2 miliar USD, meningkat lebih dari 9% dibandingkan tahun 2021. Negara-negara UE mengimpor barang-barang Vietnam senilai hampir 47 miliar USD tahun lalu, meningkat hampir 17% dibandingkan tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk Inggris, pada tahun 2022 Vietnam memiliki surplus perdagangan lebih dari 5,3 miliar USD dengan negara ini setelah lebih dari setahun UKVFTA mulai berlaku.
Pekerja di pabrik Dony Garment Company (distrik Tan Binh, Kota Ho Chi Minh), Oktober 2021. Foto: Quynh Tran
Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) generasi baru menghasilkan puluhan miliar dolar AS bagi Vietnam setiap tahun dari ekspor, tetapi implementasi perjanjian ini masih menghadapi banyak masalah, menurut Kementerian Perindustrian dan Perdagangan. Saat ini, tingkat perusahaan Vietnam yang memanfaatkan insentif dari FTA masih rendah, misalnya CPTPP yang hampir 5%, EVFTA hampir 26%, dan UKVFTA sekitar 24%.
Sektor FDI masih menyumbang porsi mayoritas ketika mengekspor barang bernilai besar, sedangkan perusahaan dalam negeri utamanya memproses atau mengekspor bahan mentah dan produk setengah jadi.
Banyak bisnis baru yang hanya berpartisipasi dalam beberapa tahapan rantai pasokan, tetapi kemampuan mereka untuk memenuhi persyaratan kualitas, keamanan pangan, dan teknologi ekspor terbatas, terutama dalam konteks meningkatnya hambatan teknis dan non-tarif di banyak negara. Oleh karena itu, jumlah bisnis Vietnam yang telah membangun merek ekspor ke pasar FTA masih terbatas. Selain itu, hubungan antar bisnis masih longgar, dan persaingan tidak sehat seperti dumping produk masih umum terjadi.
Untuk mengatasi permasalahan yang ada dan memanfaatkan manfaat FTA, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan merekomendasikan pertimbangan alokasi sumber modal terpisah untuk mendukung pelaku usaha dalam memanfaatkan FTA. Oleh karena itu, Bank Negara beserta kementerian dan cabangnya akan bekerja sama dengan bank-bank komersial untuk menyediakan sumber kredit yang memadai dan suku bunga preferensial guna mendukung pelaku usaha yang ingin meningkatkan kapasitas produksinya. Di saat yang sama, pelaku usaha juga perlu meningkatkan akses ke sumber kredit hijau agar dapat segera memenuhi standar pasar ekspor yang semakin tinggi.
Kementerian Perindustrian dan Perdagangan beserta daerah akan melakukan uji coba pengembangan ekosistem, pertama di 1-2 sektor dan industri di setiap provinsi, untuk memanfaatkan peluang dari FTA. Kementerian juga mengusulkan agar Pemerintah memiliki kebijakan komprehensif yang menciptakan kondisi bagi pelaku usaha untuk mengakses dan menggunakan bahan baku "intra-blok", dengan memenuhi kriteria asal sesuai peraturan masing-masing perjanjian perdagangan.
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)