Grafik Realistis: Beban Finansial Game AAA
Menurut Techspot , industri game AAA, yang menaungi para pengembang game papan atas seperti Sony, Microsoft, Naughty Dog, atau Rockstar Games, telah mengandalkan grafis realistis untuk menarik pemain selama beberapa dekade. Judul-judul terkenal seperti The Last of Us , Red Dead Redemption 2 , atau Horizon Forbidden West tidak hanya meraih pujian artistik tetapi juga meraih kesuksesan komersial berkat investasi besar-besaran dalam grafis.
Namun, biaya untuk mencapai tingkat realisme yang lebih tinggi ini telah melampaui ambang batas yang wajar. Contoh utamanya adalah Marvel's Spider-Man 2 , yang memanfaatkan sepenuhnya daya pemrosesan PlayStation 5, menciptakan kembali Kota New York dengan detail yang luar biasa.
Dalam Marvel's Spider-Man 2 , Kota New York diciptakan kembali secara detail dengan karya arsitektur terkenal dan efek pencahayaan yang realistis.
Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, Insomniac Games menghabiskan sekitar $300 juta untuk pengembangan – lebih dari tiga kali lipat biaya game sebelumnya hanya dalam lima tahun. Meskipun Spider-Man 2 terjual lebih dari 11 juta kopi, Sony mengumumkan pada Februari 2024 bahwa mereka akan memberhentikan 900 orang, termasuk beberapa anggota tim pengembangan Insomniac.
Contoh lain dari kompleksitas pengembangan grafis adalah adegan terkenal di The Last of Us: Part II di mana Ellie menunjukkan memar dan goresan tanpa glitch yang terlihat. Hal ini menunjukkan tingkat detail yang diinginkan para pengembang AAA, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan pendekatan ini.
Perubahan selera pemain
Meskipun grafis kelas atas masih populer di kalangan pemain paruh baya, generasi muda semakin tertarik pada judul-judul yang sangat sosial, seperti Minecraft , Roblox , dan Fortnite . Game-game ini tidak berfokus pada grafis yang rumit, melainkan menciptakan ruang bagi pemain untuk berinteraksi dan bersosialisasi.
"Bagi banyak gamer muda, bermain game adalah kesempatan untuk terhubung dengan orang lain," ujar Joost van Dreunen, analis pasar dan dosen di Universitas New York. Hal ini telah menjadi pendorong utama dalam desain dan popularitas game masa kini.
Roblox menarik pemain dengan kemampuannya membuat konten, berpartisipasi dalam dunia yang kaya, dan koneksi sosial yang kuat, cocok untuk semua umur.
Pergeseran ini telah memaksa para pengembang gim untuk mencari model bisnis baru guna mengurangi biaya grafis sekaligus memenuhi permintaan pasar. Salah satunya adalah model yang berfokus pada pembaruan konten yang sering, alih-alih grafis mutakhir. Gim seperti Genshin Impact telah meraih kesuksesan besar dengan model ini, menghasilkan pendapatan miliaran dolar, terutama dari platform seluler.
Namun, tidak semua studio berhasil menerapkan strategi ini. Kegagalan seperti Suicide Squad: Kill the Justice League dan Concord milik Sony menunjukkan tingginya risiko bersaing di pasar gim layanan langsung.
Kecerdasan Buatan: Harapan Baru atau Solusi Skeptis?
Dengan meningkatnya tekanan biaya pengembangan grafis, kecerdasan buatan (AI) telah muncul sebagai solusi potensial untuk membantu industri game mengurangi beban finansial. AI dapat membantu mengotomatiskan proses kompleks dalam desain grafis, mulai dari pemodelan karakter hingga pembangunan lingkungan, sehingga menghemat waktu dan sumber daya bagi para pengembang.
Misalnya, AI memiliki kemampuan untuk menciptakan pencahayaan dinamis atau tekstur material yang sebelumnya membutuhkan berjam-jam kerja manual, sekaligus mengurangi kebutuhan akan tim yang besar. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga membuka peluang kreatif bagi studio yang lebih kecil.
Unsur manusia, dengan kreativitas dan emosi aslinya, tidak dapat digantikan oleh AI dalam mengembangkan karakter dan cerita dalam permainan.
Namun, tidak semua orang optimistis dengan penerapan AI dalam pengembangan gim. Beth Parker, penjabat direktur Black Myth: Wukong, berpendapat bahwa AI tidak dapat menggantikan kreativitas dan emosi manusia yang sesungguhnya dalam proses pengembangan karakter dan cerita. Parker menekankan: "AI dapat mensimulasikan intonasi, tetapi tidak akan pernah dapat menciptakan kembali emosi yang sebenarnya di balik apa yang diungkapkannya."
Seiring dengan terus meningkatnya biaya dan perubahan preferensi pemain, industri game AAA menghadapi pilihan strategis. Pilihan antara mengadopsi teknologi baru dan mempertahankan nilai-nilai inti akan membentuk masa depan seluruh sektor.
[iklan_2]
Sumber: https://thanhnien.vn/cac-tua-game-aaa-gap-kho-khan-truoc-chi-phi-do-hoa-ngay-cang-tang-cao-185241230113346796.htm
Komentar (0)