Pada tanggal 27 November, kepala pemerintahan militer Mali memberikan isyarat yang tidak biasa tentang persiapan pemilihan umum, yang diharapkan akan mengakhiri pemerintahan militer di negara Afrika Barat tersebut.
| Pemimpin junta militer Mali, Jenderal Assimi Goita (tengah di baris depan). (Sumber: X) |
Menurut AFP , risalah rapat Dewan Menteri Mali menunjukkan bahwa Jenderal Assimi Goita, kepala pemerintahan militer, meminta pemerintah untuk mempersiapkan kondisi yang diperlukan untuk menyelenggarakan pemilihan yang transparan dan damai .
Bapak Goita menyatakan dengan jelas: "Kita harus mengambil setiap langkah untuk menyelenggarakan pemilihan sesegera mungkin," sambil menegaskan kembali urgensi proses pemilihan yang kredibel.
Mengulangi pernyataan bahwa pemilihan ini merupakan langkah penting menuju kembalinya Mali ke pemerintahan sipil dan stabilitas, pemimpin junta militer juga memuji kinerja Perdana Menteri Mayor Jenderal Abdoulaye Maïga dan pemerintahannya, menekankan kepercayaan yang diberikan kepada pemerintah militer untuk misi bersejarah ini.
Menurut AFP , pernyataan seperti itu jarang terjadi mengingat situasi politik Mali yang bergejolak dan kebungkaman umum junta militer mengenai kemungkinan penyerahan kekuasaan kepada pasukan sipil.
Pekan lalu, perdana menteri sipil negara Afrika Barat ini dipecat karena mengkritik pemerintah militer. Pemecatannya semakin menegaskan cengkeraman militer atas kekuasaan.
Namun, pemilihan yang disebut Goita pada 27 November akan "mengakhiri proses transisi"—istilah yang digunakan pemerintah militer untuk menggambarkan periode stabilisasi negara yang dilanda krisis dan porak-poranda oleh pasukan jihadis, sebelum menyerahkan kekuasaan kepada para pemimpin sipil terpilih.
Setelah merebut kekuasaan dalam kudeta berturut-turut pada tahun 2020 dan 2021, awalnya di bawah tekanan opini publik internasional, militer Mali berjanji untuk menyerahkan kekuasaan kepada pasukan sipil pada Maret 2024, setelah pemilihan presiden. Namun, mereka gagal menepati janji mereka dan tidak menetapkan tenggat waktu untuk pemilihan baru.
Jika militer benar-benar menyerukan pemilihan presiden, Goita diperkirakan akan maju sebagai calon, meskipun militer awalnya berjanji tidak akan mencalonkan diri setelah mengembalikan negara ke pemerintahan sipil.
Sejak 2012, Mali telah terperangkap dalam krisis politik dan keamanan akibat serangan oleh pasukan jihadis dan kelompok bersenjata lainnya, serta perjuangan separatis di wilayah gurun di bagian utara negara itu.
Sumber: https://baoquocte.vn/chinh-quyen-quan-su-mali-ra-am-hieu-bat-thuong-sap-co-su-bien-chuyen-lon-cho-khung-hoang-chinh-tri-o-quoc-gia-tay-phi-295368.html






Komentar (0)