Khan meninggalkan gedung pengadilan dan menuju kampung halamannya di Lahore dengan pengamanan ketat. Penangkapan tersebut, yang sehari sebelumnya dinyatakan "tidak sah dan ilegal" oleh Mahkamah Agung Pakistan, semakin memicu kerusuhan di negara berpenduduk 220 juta jiwa tersebut. Pakistan sedang mengalami krisis ekonomi , dengan inflasi yang mencapai rekor, pertumbuhan yang lemah, dan penundaan dana talangan oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
Polisi mengawal mantan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan (tengah) saat tiba di Mahkamah Agung di Islamabad pada 12 Mei 2023. Foto: AFP
Pak Khan menyambut baik putusan pengadilan tersebut dan mengatakan bahwa lembaga peradilan adalah satu-satunya penjaga hukum Pakistan. "Saya harus katakan, saya mengharapkan hal ini dari lembaga peradilan kita karena itulah satu-satunya harapan saat ini...", ujarnya kepada para wartawan di dalam gedung pengadilan.
Beberapa kota di Pakistan dilanda protes keras setelah Khan ditangkap oleh pejabat antikorupsi pada hari Selasa. Khan membantah melakukan kesalahan apa pun.
Para pendukungnya menyerbu fasilitas militer , membakar gedung televisi negara, merusak bus, menggeledah rumah seorang pejabat tinggi militer dan menyerang properti lainnya, yang menyebabkan hampir 2.000 orang ditangkap dan pasukan dikerahkan.
Setidaknya delapan orang tewas dalam kekerasan yang memperdalam kerusuhan di negara itu dan menghancurkan harapan untuk melanjutkan dana talangan penting Dana Moneter Internasional.
Militer Pakistan telah memperingatkan agar tidak melakukan serangan lebih lanjut terhadap aset-asetnya, menyebut kekerasan tersebut "direncanakan". Militer Pakistan masih memegang peran politik dan ekonomi yang signifikan di negara tersebut. Namun, militer menyatakan dukungannya terhadap proses demokrasi.
Tuan Khan, 70, seorang pahlawan kriket yang beralih menjadi politisi, digulingkan sebagai perdana menteri pada April 2022 dalam mosi tidak percaya oleh parlemen Pakistan dan tetap menjadi pemimpin paling populer di negara itu menurut jajak pendapat.
Huy Hoang (menurut Reuters, AFP)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)