Lahir dan dibesarkan di tanah Lam Thuong yang kaya akan tradisi dan identitas budaya, sejak kecil, syair Then tinggi dan rendah, dipadukan dengan suara sitar Tinh yang sederhana, telah tertanam kuat dalam jiwa Hoang Khac Se.

Bagi masyarakat Tay, Then bukan hanya musik , tetapi juga khazanah budaya, sejarah, dan kepercayaan, sebuah aliran spiritual yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Impian untuk menyanyikan Then, memainkan alat musik Tinh, dan meneruskan warisan leluhur untuk melestarikan dan memelihara suara-suara unik masyarakatnya telah berkobar di hati Khac Se sejak dini.
Ketika ia meninggalkan kampung halamannya untuk kembali ke Hanoi guna menuntut ilmu secara profesional, ia mengira alunan musik tradisional akan tergantikan oleh irama kehidupan modern, tetapi Se justru semakin merindukan dan mencintai melodi kampung halamannya.
Hasratnya yang membara mendorongnya untuk belajar dan meneliti sendiri. Ia meneliti dokumen, menyaksikan para seniman tampil, dan menghabiskan waktu berjam-jam mendengarkan serta merasakan setiap nada.
Untuk memuaskan hasratnya dan menemukan lingkungan pelatihan yang tepat, Bapak Se bergabung dengan klub kecapi Tinh di Hanoi. Di sana, beliau diajari dan dibimbing oleh para senior yang berpengalaman dan memiliki kecintaan mendalam terhadap seni tradisional.
Periode ini tak hanya membantunya menguasai teknik-tekniknya, tetapi juga membuka wawasannya tentang kedalaman budaya Then dan Tinh. Semakin ia mempelajarinya, semakin ia bergairah dengan lirik-lirik Then yang mendalam dan melodi Tinh yang liris, dan ia memutuskan untuk tetap berpegang teguh pada hasrat ini.

Setelah menyelesaikan studinya dan kembali ke kampung halamannya, Tuan Se aktif mengikuti kegiatan budaya dan seni di komune dan rutin mengikuti berbagai perlombaan dan pentas tingkat provinsi.
Selama perjalanannya tampil di berbagai tempat, mulai dari panggung desa kecil hingga acara budaya tingkat provinsi, Pak Se berkesempatan bertemu dengan berbagai generasi seniman dan pencinta budaya. Perjalanan-perjalanan tersebut juga menyadarkannya bahwa seni tradisional suku Tay terancam punah.
Para perajin tua perlahan menghilang, sementara generasi muda kurang tertarik pada nilai-nilai budaya tradisional karena daya tarik hiburan modern. Suara kecapi Tinh dan nyanyian Then terancam hanya menjadi nostalgia belaka.
Bapak Hoang Khac Se memahami bahwa untuk melestarikan budaya nasionalnya, seseorang tidak hanya perlu tampil, tetapi juga menginspirasi. Ia memutuskan untuk mengajar siapa pun yang mencintai budaya tersebut, dengan cermat setiap cara memainkan alat musik, teknik penekanan dan vibrasi dalam syair Then, dengan hasrat yang sungguh-sungguh untuk menemukan orang-orang yang memiliki minat yang sama. Karena ia memahami bahwa mengajar bukan hanya tentang memberikan keterampilan, tetapi juga tentang memberikan kecintaan, kebanggaan, dan rasa tanggung jawab terhadap budaya nasional.
Dengan alat musik Tinh di tangannya, Tuan Se bekerja siang dan malam demi melestarikan budaya tradisional masyarakat Tay. Ia memahami bahwa, untuk melestarikan Then dan Tinh, keduanya harus dihidupkan kembali dalam kehidupan bermasyarakat, dan harus membuat generasi muda melihat kebaikan, keindahan, dan jiwa budaya nasional.
Berkat kegigihan dan antusiasmenya, banyak anak muda mulai mengenal alat musik Tinh dan syair Then kuno. Mereka menjadi bukti bahwa api tradisi tak pernah padam, hanya menunggu seseorang yang antusias untuk menyalakannya kembali.


Agar suara bangsa bergema dan bergema jauh dan luas, dengan hati dan antusiasme mudanya, Tuan Se terus-menerus menyebarkan dan menghubungkan nilai-nilai tradisional dengan nafas kehidupan modern, menanamkan kecintaan terhadap nyanyian Then dan kecapi Tinh kepada banyak anak muda, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pelestarian dan pemeliharaan nilai-nilai budaya kelompok etnis Tay.
Sumber: https://baolaocai.vn/de-thanh-am-cua-dan-toc-mai-ngan-xa-post884312.html
Komentar (0)