Pada tanggal 18 September, Pusat Promosi Investasi dan Perdagangan Kota Ho Chi Minh (ITPC) berkoordinasi dengan Kantor Perwakilan Dagang Negara Bagian Rheinland-Pfalz (Republik Federal Jerman) di Vietnam untuk menyelenggarakan lokakarya bertema "Kepatuhan terhadap peraturan perdagangan impor dan ekspor di bawah EVFTA untuk mengoptimalkan biaya dan memanfaatkan insentif pajak".
Para pembicara berbagi pengalaman di lokakarya. Foto: Panitia Penyelenggara
Dalam konteks integrasi yang semakin mendalam, Perjanjian Perdagangan Bebas Vietnam-Uni Eropa (EVFTA) tidak hanya membuka banyak peluang insentif tarif bagi barang-barang Vietnam, tetapi juga menetapkan persyaratan ketat terkait aturan asal barang, standar teknis, lingkungan, dan tanggung jawab sosial. Memahami dan mematuhi peraturan ini akan membantu bisnis memanfaatkan insentif, mengoptimalkan biaya, mengurangi risiko, dan meningkatkan nilai merek di pasar internasional.
Pada lokakarya tersebut, Ibu Nguyen Thi Phuong, CEO TradeComply Company, mengatakan bahwa EVFTA membawa peluang besar, kepatuhan yang ketat terhadap peraturan baru merupakan faktor kunci bagi perusahaan Vietnam untuk benar-benar mendapatkan manfaat dan melindungi posisi mereka di pasar Eropa.
Komitmen EVFTA untuk menghilangkan hampir 99% lini tarif dalam kurun waktu tujuh tahun akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi industri domestik utama seperti tekstil, alas kaki, furnitur kayu, produk pertanian olahan, dan makanan laut, terutama karena UE merupakan pasar ekspor terbesar ketiga Vietnam.
Misalnya, tarif pajak untuk kemeja yang diekspor ke Jerman telah diturunkan dari 12% menjadi 0%, menghemat hampir 1 juta dolar AS untuk pengiriman 1 juta kemeja. Demikian pula, tarif pajak untuk kopi sangrai telah diturunkan dari 7-11% menjadi 0%, memberikan eksportir Vietnam keunggulan kompetitif yang besar dibandingkan eksportir dari Brasil atau Indonesia.
EVFTA dianggap sebagai “pengungkit emas” bagi usaha kecil dan menengah (UKM) Vietnam, namun hal ini hanya berlaku jika bisnis mematuhi peraturan.
Gelombang baru regulasi ketat Uni Eropa akan berdampak langsung pada eksportir Vietnam. Mulai tahun 2026, mekanisme penyesuaian karbon perbatasan (CBAM) akan mengenakan pajak karbon pada impor seperti besi dan baja, semen, aluminium, dan pupuk, yang mewajibkan eksportir Vietnam di sektor-sektor ini untuk melaporkan emisi CO2 mereka .
Selain itu, Peraturan Pengurangan Deforestasi Uni Eropa (EUDR), yang mulai berlaku untuk UKM sejak pertengahan tahun 2025, akan mengharuskan produk seperti kopi, kayu, dan karet untuk menunjukkan asal-usul bebas deforestasi, sehingga memerlukan sistem keterlacakan yang efektif.
Produk garmen akan diuntungkan oleh EVFTA ketika diekspor ke Eropa. Dalam foto: Produksi garmen ekspor di Nha Be Garment Company. Foto: NBC
Para importir Uni Eropa juga semakin menuntut transparansi dalam rantai pasok mereka terkait ketenagakerjaan dan lingkungan sesuai dengan standar ESG dan peraturan akuntabilitas. Oleh karena itu, UKM Vietnam yang gagal mematuhinya dapat dikeluarkan dari rantai pasok.
Untuk mengatasi lingkungan yang kompleks ini, Ibu Nguyen Thi Phuong menekankan, perusahaan-perusahaan Vietnam perlu mengubah pola pikir mereka. Perdagangan internasional kini bukan sekadar masalah logistik dan harga, tetapi intinya adalah kepatuhan terhadap peraturan dan standar pasar impor. Kepatuhan proaktif diperlukan untuk menghemat biaya, meningkatkan kemampuan negosiasi, dan memperluas pangsa pasar di Uni Eropa.
Ibu Phan Thuy My, Kepala Kantor Perwakilan Dagang negara bagian Rheinland-Pfalz (Republik Federal Jerman) di Vietnam, mengatakan bahwa Uni Eropa telah memperbarui aturan asalnya, memberikan lebih banyak fleksibilitas untuk barang, terutama untuk produk dengan sertifikat asal dan sektor prioritas sejak 1 Januari 2025. Aturan yang direvisi ini harus tercantum dalam sertifikat pengangkutan dan deklarasi pemasok.
Komisi Eropa juga sedang mengembangkan sistem digital baru, seperti sistem ELAN untuk produk pertanian, untuk menyederhanakan prosedur bea cukai. Peraturan baru lainnya adalah Deklarasi Keselamatan, yang mewajibkan barang yang diimpor ke Uni Eropa dari negara-negara non-Uni Eropa untuk memiliki deklarasi ini dan diserahkan oleh pengangkut.
Selain itu, mekanisme penyesuaian perbatasan karbon (CBAM) telah mewajibkan importir untuk melaporkan data emisi untuk produk karbon tinggi seperti baja, aluminium, semen, dan beberapa bahan kimia mulai Oktober 2023.
Ibu Phan Thuy My menekankan bahwa ketika menjalankan kegiatan bisnis di Eropa pada umumnya dan Jerman pada khususnya, bisnis harus sepenuhnya memahami informasi dan meminta dukungan dari Kamar Dagang dan Industri Jerman (IHK).
Sumber: https://hanoimoi.vn/doanh-nghiep-viet-can-lam-gi-de-tan-dung-toi-da-uu-dai-thue-tu-evfta-716463.html
Komentar (0)