Belakangan ini, sebuah parodi lagu dari puisi Luom telah menimbulkan kontroversi. Penonton marah ketika puisi tersebut, yang seharusnya menggambarkan sang utusan muda yang heroik selama perang perlawanan, diubah menjadi lagu rap yang tidak bermakna dan tidak masuk akal. Rap tersebut dibawakan oleh 2see dan di-remix oleh DJ FWIN.
Berbicara kepada Zing , DJ FWIN—yang menciptakan campuran rap tersebut—mengatakan bahwa versinya adalah yang paling banyak digunakan oleh pengguna TikTok. Lagu tersebut mencapai jutaan penayangan, tetapi karena menghadapi reaksi negatif dari penonton, ia memutuskan untuk menghapusnya.
Saya tidak menulis rap-nya, saya hanya membuat remix-nya. Saya melihatnya di kanal seorang rapper setahun yang lalu dan me-remix-nya. Saya mengunggahnya di kanal pribadi saya sekitar setahun yang lalu. Namun, sekitar sebulan yang lalu, sebuah akun TikTok menggunakan remix saya dan menambahkan video yang dibuat orang tersebut.
Sejak saat itu, lagu yang saya buat menjadi tren dan ditonton jutaan kali. Namun, lagu tersebut menerima terlalu banyak tanggapan negatif sehingga saya memutuskan untuk menghapusnya. Ke depannya, saya akan lebih berhati-hati dan teliti dalam bermusik agar tidak terjadi kesalahan serupa,” ujar DJ FWIN.
Reporter Rapper 2See belum menanggapi kontroversi tersebut.
Serangkaian video menggunakan musik dari puisi "Lượm".
Lagu viral di TikTok dengan tagar "Chubeloatchoat" (PV: Chubeloatchoat) telah ditonton lebih dari 18,4 juta kali di platform ini hingga malam hari tanggal 24 April. Lagu parodi ini telah digunakan dalam serangkaian video, beberapa di antaranya telah ditonton hingga 10 juta kali. Menariknya, dalam banyak video, pengguna berpose secara ofensif, bahkan berdiri di atas meja dan kursi, mengenakan ao dai tetapi dalam pose yang tidak pantas, atau mengenakan bikini.
Lirik lagu remix tersebut juga dianggap tak bermakna, tak sesuai dengan semangat lagu aslinya. "Anak langsing, tas cantik, kaki lincah, kepala pendek/ Angin menghempaskan dahan bambu bak 'Prada'/ Apa yang lagi ngetren di internet/ Melukis harimau, mengecat kulitnya, mengecat tulangnya, itu susah/ Yang abadi kenal mukanya di jalan Nguyen Tri Phuong/ Hari ini menertawakan seseorang, besok orang akan menertawakan/ Mendengar seratus kali tak sebaik melihat pagi hari 10 Oktober/ Kalau mau ke sini, harus bangun jembatan/ Kalau mau anak pintar baca, harus keluar duit banyak" , begitulah isi lagu rap yang beredar di TikTok.
Belakangan ini, situasi parodi musik di TikTok berulang kali memicu kemarahan publik. Musisi Ngo Minh Tai berkomentar bahwa ada banyak alasan mengapa situasi parodi musik menjadi serius. Pertama, minimnya sensor dan kemudian maraknya media sosial, yang menyebabkan produser dan penonton muda sering mengikuti tren. Mereka lebih berfokus pada melodi, terutama di detik-detik awal lagu, daripada isi dan liriknya.
"Saya tidak menghakimi, tetapi dari sudut pandang saya, penonton generasi 9X dan 8X mungkin menganggap puisi dan esai tersebut sangat berharga. Namun, bagi penonton yang lebih muda, banyak dari kalian mungkin tidak melihat nilai tersebut. Kalian berpikir bahwa mengubah beberapa kata dalam karya itu tidak ada artinya. Beberapa dari kalian bahkan memiliki gerakan tarian yang cukup sensitif, jadi ketika kalian menambahkannya ke dalam lagu itu, hasilnya malah semakin terdistorsi," kata sang musisi.
(Sumber: Zing News)
Berguna
Emosi
Kreatif
Unik
Kemarahan
[iklan_2]
Sumber
Komentar (0)