Hal ini bukan sekadar pengakuan atas nilai sebuah desa kerajinan berusia lebih dari 200 tahun, tetapi juga seruan untuk membangunkan rasa bangga dan aspirasi untuk memulihkan saripati terakota dari tanah di sepanjang Sungai Tra Bong.
Sungai Tra Bong mengalir melalui desa tembikar My Thien di kecamatan Binh Son, Quang Ngai . FOTO: HAI PHONG
Terletak di tepi kiri Sungai Tra Bong, desa tembikar My Thien di kecamatan Binh Son, Quang Ngai (sebelumnya kota Chau O, distrik Binh Son, Quang Ngai) dibentuk pada awal abad ke-19.
Bapak Le Hong Khanh, seorang peneliti budaya di Quang Ngai, mengatakan bahwa menurut beberapa dokumen upacara pemakaman dan cerita rakyat, lebih dari 200 tahun yang lalu, Bapak Pham Cong Dac dan Bapak Nguyen Cong At dari Thanh Hoa beserta keluarga mereka menetap di Quang Ngai, membangun tungku pembakaran pertama, dan membuka desa tembikar My Thien. Desa ini merupakan salah satu dari sekian banyak desa tembikar yang makmur pada masa itu, tercatat dalam petisi Gubernur Quang Ngai, Nguyen Ba Trac, kepada Raja Bao Dai, dan kemudian diterbitkan di majalah Nam Phong yang terkenal pada tahun 1933.
Pada awal 1980-an, tembikar My Thien memasuki periode perkembangan yang pesat. Seluruh desa memiliki puluhan tungku tembikar buatan tangan yang khusus memproduksi barang-barang rumah tangga seperti pot tanah liat, cangkir, mangkuk, vas, guci, dll. dengan teknik putar yang terampil. Pada tahun 1982, koperasi tembikar My Thien didirikan, beranggotakan lebih dari 200 orang, dengan kegiatan produksi yang sibuk siang dan malam untuk memasok barang-barang ke wilayah Tengah dan Dataran Tinggi Tengah.
Tembikar My Thien memiliki karakteristik uniknya sendiri. Bahan baku utamanya adalah tanah liat yang ditambang secara lokal, dibiarkan di luar ruangan di bawah sinar matahari dan hujan selama 12 bulan untuk menghilangkan mineral, kemudian dicampur dan dibentuk menjadi cetakan. Tangan-tangan terampil para perajin di atas meja putar tradisional dengan terampil menguleni dan membentuk setiap produk, lalu menghiasnya dengan peralatan sederhana namun kreatif. Setelah dibentuk, produk dikeringkan selama 10-20 hari, kemudian dibakar terus-menerus dalam tungku pembakaran selama 72 jam, kemudian dipanaskan kembali selama 72 jam sebelum meninggalkan pabrik.
MENGHIDUPKAN KEMBALI DESA KERAJINAN
Berkat proses rumit yang menggabungkan tangan manusia dan ketelitian api, produk keramik My Thien tahan lama, mampu menahan panas dengan baik, dan aman bagi kesehatan pengguna. Namun, daya saing keramik tradisional tak mampu menahan derasnya produk plastik dan porselen murah dari Tiongkok di akhir 1990-an. Pasar perlahan-lahan berbalik arah, tungku pembakaran berhenti menyala, koperasi keramik bubar, dan seluruh desa kerajinan jatuh ke dalam kesulitan.
Bapak Dang Van Trinh melihat produk-produk yang dibuatnya. FOTO: NGUYEN TRANG
Banyak keluarga yang membuat tembikar tradisional terpaksa meninggalkan kerajinan mereka dan beralih ke pertanian, perdagangan, atau bekerja sebagai buruh. Karena desa kerajinan ini berada di ambang kepunahan, hanya beberapa rumah tangga yang masih memelihara tungku pembakaran mereka, termasuk perajin Dang Van Trinh (60 tahun), seorang perajin generasi keempat dalam keluarga dengan tradisi panjang membuat tembikar di My Thien.
"Membuat tembikar adalah profesi yang menuntut kesabaran dan gairah. Dari memilih tanah hingga membentuk dan membakar tungku, tidak ada langkah yang mudah. Namun, para pembuat tembikar mencintai api, tanah, serta ketelitian dan kesunyian dalam profesi ini. Saya hanya berharap generasi muda saat ini memiliki seseorang yang akan melestarikan profesi ini, tetapi tampaknya kini hanya Ngo Dao Giang yang tersisa sebagai pemuda yang menekuni profesi ini," ungkap Bapak Trinh.
Baru-baru ini (27 Juni 2025), ketika Kementerian Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata mengumumkan tembikar My Thien sebagai warisan budaya takbenda nasional, kabar baik bagi para perajin tembikar di sini, terutama keluarga Bapak Dang Van Trinh. Hal ini bukan hanya pengakuan dari negara, tetapi juga kesempatan untuk memulihkan, melestarikan, dan mengembangkan desa tembikar tradisional ini.
Selama dua abad terakhir, tanah telah melunakkan kerajinan, api telah menempa jiwa. Tembikar My Thien bukan hanya produk buatan tangan yang sederhana, tetapi juga warisan hidup yang menyimpan jejak tangan, pikiran, dan jiwa dari berbagai generasi masyarakat di sepanjang Sungai Tra Bong.
Pada 7 Juli, Komite Rakyat Komune Binh Son menyatakan bahwa pihaknya sedang berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan, Olahraga, dan Pariwisata Provinsi Quang Ngai untuk mengembangkan proyek restorasi tungku tembikar kuno, menyelenggarakan kelas pelatihan kejuruan bagi generasi muda, dan menemukan cara untuk mengonsumsi produk melalui wisata pengalaman. Para pengrajin seperti Bapak Dang Van Trinh akan memainkan peran kunci dalam mewariskan profesi ini dan melestarikan teknik tradisional.
Sumber: https://thanhnien.vn/hoi-sinh-lang-gom-hon-200-nam-tuoi-ben-song-tra-bong-185250708222943851.htm
Komentar (0)