Dalam langkah penting dalam perjalanan integrasi dan peningkatan kualitas pendidikan kedokteran, Universitas Kedokteran dan Farmasi, Universitas Nasional Vietnam, Hanoi telah secara resmi menandatangani perjanjian kerja sama internasional dengan Sistem Rumah Sakit Umum Paris (Assistance Publique - Hôpitaux de Paris, disingkat AP-HP).
Prof. Le Ngoc Thanh (kanan) dan Ibu Florence VEBER, Direktur Kerjasama Internasional AP-HP. |
AP-HP saat ini memiliki 38 rumah sakit umum, 6 kompleks rumah sakit universitas, dan tim yang terdiri dari hampir 100.000 staf medis dan ilmiah. Setiap tahun, sistem ini menerima sekitar 8 juta pasien dan melaksanakan ribuan proyek penelitian medis.
Dengan 11 lembaga penelitian khusus dan 181 pusat rujukan penyakit langka, AP-HP tidak hanya menjadi pilar perawatan kesehatan masyarakat tetapi juga tempat pelatihan bagi generasi dokter, peneliti, dan dosen kedokteran yang berkualifikasi tinggi.
Khususnya, AP-HP merupakan salah satu mitra internasional dengan sejarah panjang kerja sama dengan Vietnam di bidang pelatihan medis. Banyak dokter Vietnam telah diterima dan dilatih di sini melalui program spesialis DFMS/DFMSA, sebuah program sistematis dan mendalam yang sangat diakui secara internasional.
Perjanjian kerja sama antara Universitas Kedokteran dan Farmasi, Universitas Nasional Vietnam, Hanoi dan AP-HP menandai titik balik strategis dalam peta jalan pengembangan pendidikan kedokteran di Vietnam.
Salah satu isi utama perjanjian tersebut adalah pembangunan Rumah Sakit Truong di Linh Dam menuju rumah sakit pintar, yang menerapkan teknologi tinggi, kecerdasan buatan, dan sistem manajemen digital dalam semua kegiatan mulai dari operasi hingga perawatan dan pelatihan.
Lebih dari sekadar rumah sakit modern, model rumah sakit pintar juga berfungsi sebagai ruang praktik klinis terpadu tempat mahasiswa, peserta pelatihan, dan dosen dapat berpartisipasi dalam siklus pembelajaran, perawatan, dan penelitian yang sinkron.
Inilah premis bagi Vietnam untuk mendekati model kompleks rumah sakit-universitas gaya Prancis, sehingga mempersempit kesenjangan dalam teknologi dan metode pelatihan dibandingkan dengan negara-negara maju.
Sementara itu, sistem pelatihan medis di Vietnam masih menghadapi banyak hambatan struktural. Program pelatihan belum sepenuhnya sinkron antar fasilitas; aspek teoretis masih mendominasi, sementara kondisi praktik klinis terbatas; tim pengajar klinis belum memadai untuk memenuhi persyaratan pelatihan komprehensif; dan belum adanya sistem yang independen dan transparan untuk menilai kapasitas praktik profesional.
Situasi ini membuat banyak lulusan kedokteran kurang percaya diri saat memasuki dunia kerja. Hal ini meningkatkan kebutuhan mendesak akan reformasi komprehensif dalam pelatihan kedokteran, tidak hanya dalam konten dan metode pengajaran, tetapi juga dalam organisasi, pengendalian mutu, dan pengembangan sumber daya manusia.
Dalam konteks ini, Profesor Le Ngoc Thanh, Rektor Universitas Kedokteran dan Farmasi, Universitas Nasional Vietnam, Hanoi, membuat rekomendasi strategis untuk belajar dari model pelatihan medis Prancis dalam melatih sumber daya manusia medis di Vietnam.
Menurut Profesor Thanh, model medis Prancis dibangun di atas fondasi teoritis yang kokoh, dipadukan erat dengan praktik klinis dan penelitian ilmiah.
Total waktu pelatihan untuk dokter di Prancis berlangsung dari 9 hingga 11 tahun, tergantung pada spesialisasinya, di mana siswa dihadapkan pada praktik klinis sejak tahun pertama dan melalui tahapan praktik yang mendalam.
Khususnya, fase Internat, yang juga dikenal sebagai residensi, dianggap sebagai pilar model ini. Selama masa residensi, mahasiswa bekerja penuh waktu di rumah sakit, berpartisipasi langsung dalam perawatan di bawah pengawasan ketat dokter pembimbing. Fase ini merupakan fase penentu karier, membantu mahasiswa mengembangkan pemikiran klinis yang komprehensif, keterampilan profesional, dan etika profesional.
Pada saat yang sama, sistem pendidikan Prancis juga sangat mendorong mahasiswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ilmiah. Hal ini tidak hanya membantu memperdalam pengetahuan mereka, tetapi juga menciptakan kondisi bagi mereka untuk menjadi dokter dan ilmuwan, yang mampu berkontribusi pada kemajuan kedokteran modern. Hubungan organik antara universitas dan rumah sakit menciptakan ekosistem pembelajaran-praktik-penelitian yang lancar, efektif, dan berkelanjutan.
Prof. Thanh yakin bahwa jika Vietnam dapat menerapkan karakteristik unggul ini secara fleksibel, kita dapat sepenuhnya melatih generasi dokter dengan basis pengetahuan yang solid, keterampilan klinis yang baik, dan kemampuan untuk melakukan penelitian independen. Hal ini merupakan faktor kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia medis di era pengobatan presisi dan perawatan personal.
Namun, transisi ini bukannya tanpa kesulitan. Memperpanjang masa pelatihan membutuhkan sumber daya investasi yang besar, yang dapat berdampak pada pasokan sumber daya manusia dalam jangka pendek. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan kebijakan dukungan finansial, beasiswa, dan mekanisme insentif karier untuk mempertahankan talenta.
Pada saat yang sama, sistem infrastruktur juga perlu ditingkatkan secara komprehensif. Investasi dalam pusat praktik simulasi, laboratorium modern, sistem pembelajaran digital, dan rumah sakit praktik standar merupakan syarat penting untuk menjamin kualitas pelatihan.
Selain itu, dosen klinik juga perlu dikembangkan kapasitasnya baik secara profesional maupun pedagogis, dan sekaligus memperoleh mekanisme remunerasi yang sesuai dengan peran dan tanggung jawabnya.
Terakhir, faktor yang tak terpisahkan adalah perubahan pola pikir di sekolah, rumah sakit, lembaga manajemen, dan peserta didik. Model pelatihan baru ini menuntut peserta didik untuk lebih proaktif, belajar mandiri, dan berpikir kritis; sementara itu, dosen dan manajer perlu memainkan peran utama, mengarahkan, dan menciptakan kondisi bagi peserta didik untuk berkembang secara komprehensif.
Sumber: https://baodautu.vn/hop-tac-quoc-te-mo-loi-cho-dao-tao-bac-sy-viet-nam-theo-chuan-phap-d312049.html
Komentar (0)