Vietnam.vn - Nền tảng quảng bá Việt Nam

PEDOMAN BEBERAPA ISI TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TERNAK DAN UNGGAS

Berdasarkan ketentuan undang-undang khusus tentang Kedokteran Hewan, kewenangan pemerintah daerah pada 2 tingkat di bidang pengelolaan negara Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup dibagi. Untuk membantu daerah memfasilitasi upaya pencegahan dan pengendalian epidemi pada ternak di tingkat akar rumput, Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup memandu sejumlah langkah pencegahan penyakit pada ternak dan unggas agar daerah dapat merujuk dan menerapkannya dalam proses pelaksanaan tugas.

Sở Nông nghiệp và Môi trường tỉnh Quảng NgãiSở Nông nghiệp và Môi trường tỉnh Quảng Ngãi16/07/2025

MENGINSTRUKSIKAN

BEBERAPA ISI TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TERNAK DAN UNGGAS

: I. PEDOMAN PELAKSANAAN PEKERJAAN ADMINISTRATIF

          Apabila terjadi wabah penyakit menular yang membahayakan pada hewan atau terjadi penularan penyakit dari hewan ke manusia, yang telah dipastikan diagnosisnya oleh instansi yang berwenang, maka Pemerintah Daerah tingkat kecamatan wajib segera mengatur pelaksanaan tugas-tugas administratif sebagai berikut:

          1. Rencana pencegahan penyakit hewan

Mengembangkan dan menyebarluaskan Rencana Pencegahan Penyakit Hewan untuk berbagai jenis penyakit dan hewan terinfeksi yang terjadi secara lokal (Misalnya: Demam babi Afrika, Penyakit kulit berbintik, Influenza burung, Penyakit mulut dan kuku, Rabies pada anjing dan kucing...) , yang mencakup tugas lengkap, solusi, dan sumber daya untuk melayani pekerjaan pencegahan penyakit.

          2. Persediaan, bahan kimia, vaksin, dan area pemusnahan ternak dan unggas

- Atur inspeksi dan peninjauan jumlah vaksin, bahan kimia, peralatan, perlengkapan, alat pelindung diri, alat pengawet vaksin (lemari es, kotak berinsulasi), alat pelindung diri, sepatu bot, dan sebagainya yang tersedia di wilayah tersebut untuk mendukung upaya pencegahan epidemi. Jika terjadi kekurangan, segera atur pembelian, perbaikan, dan penambahan untuk mendukung upaya tersebut.

- Menyiapkan area untuk pemusnahan ternak dan unggas yang mati.

          3. Penerbitan Keputusan untuk menyatakan wabah hewan

Apabila syarat-syarat untuk menetapkan wabah penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Ayat (2) Undang-Undang Kedokteran Hewan telah terpenuhi, maka Ketua Panitia Musyawarah Desa/Kelurahan menerbitkan Surat Keputusan untuk menetapkan wabah penyakit hewan darat dengan tata cara sebagai berikut:

- Syarat-syarat pelaporan penyakit hewan

+ Terjadi wabah penyakit hewan yang termasuk dalam Daftar Penyakit Hewan yang Harus Dideklarasikan dan mempunyai kecenderungan menyebar dengan cepat pada wilayah yang luas atau ditemukan agen infeksius baru.

+ Terdapat kesimpulan diagnosis yang menegaskan bahwa penyakit tersebut tercantum dalam Daftar penyakit hewan yang wajib dinyatakan sebagai wabah atau agen infeksius baru oleh instansi yang berwenang dalam mendiagnosis dan menguji penyakit hewan.

- Deklarasi epidemi: Atas permintaan badan pengelola yang menjalankan tugas veteriner di tingkat komune, Ketua Komite Rakyat di tingkat komune memutuskan untuk mendeklarasikan epidemi hewan apabila terdapat kondisi yang memadai untuk deklarasi epidemi dan epidemi terjadi di wilayah pengelolaan. Isi deklarasi epidemi hewan darat meliputi:

+ Nama penyakit hewan atau nama agen infeksius baru; spesies hewan yang terinfeksi;

+ Waktu terjadinya wabah hewan atau waktu ditemukannya agen infeksi baru;

+ Daerah epidemi, daerah yang terancam epidemi, zona penyangga;

+ Tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit hewan.

4. Pembentukan Komite Pengarah Pencegahan Penyakit Hewan

Apabila suatu daerah telah menetapkan wabah penyakit hewan di daerahnya, Komite Rakyat tingkat kecamatan akan mengeluarkan Keputusan untuk membentuk Komite Pengarah Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hewan di tingkat kecamatan sesuai dengan ketentuan Keputusan Perdana Menteri No. 16/2016/QD-TTg tanggal 29 April 2016 tentang pembentukan dan pengorganisasian kegiatan Komite Pengarah Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hewan di semua tingkatan (apabila daerah telah membentuk Komite Pengarah, perlu dilakukan peninjauan dan penyempurnaan keanggotaan). Menyelenggarakan rapat Komite Pengarah dan menugaskan anggota Komite Pengarah.

5. Melaksanakan pelaporan penyakit secara berkala dan ad hoc

          Sesuai arahan Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup dalam Surat Edaran Nomor 07/2016/TT-BNNPTNT tanggal 31 Mei 2016, ketika terjadi wabah, daerah harus secara ketat melaksanakan sistem pelaporan berkala dan ad hoc sebagai berikut:

          - Pelaporan Ad Hoc: Bila ada hewan yang sakit atau diduga terserang penyakit menular, Dinas Perekonomian , Balai Pelayanan Masyarakat/Balai Pertanian Kabupaten/Kota agar segera menugaskan petugas khusus untuk melakukan pemeriksaan, verifikasi, dan pembinaan kepada peternak agar melakukan tindakan awal pencegahan penyakit; sekaligus segera melaporkan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi. untuk panduan dan penanganan.

Laporan harian memuat informasi terkini mengenai wabah, langkah-langkah penanggulangan wabah di tingkat daerah yang telah dilaksanakan kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi sesuai dengan formulir yang ditentukan dalam Surat Edaran No. 07/2016/TT-BNNPTNT tanggal 31 Mei 2016 (termasuk hari libur) guna merangkum laporan kepada Pemerintah Daerah, Dinas Pertanian dan Lingkungan Hidup, dengan jangka waktu pelaporan sejak tanggal wabah sampai dengan berakhirnya wabah ( dengan Formulir Pelaporan Wabah terlampir ).

          - Pelaporan berkala: Komune, bangsal, dan zona khusus mengarahkan badan dan unit khusus untuk melapor secara berkala ke Departemen Pertanian dan Lingkungan Hidup (melalui Departemen Peternakan dan Kedokteran Hewan) untuk disintesis dan dilaporkan ke otoritas yang berwenang.

+ Setiap minggu , sebelum pukul 10:00 pagi pada hari Selasa , laporkan situasi penyakit hewan, pembayaran dana dukungan pencegahan penyakit di wilayah tersebut dan konten terkait.

+ Setiap bulan sebelum tanggal 15 , merangkum laporan tentang situasi epidemi dan hasil pencegahan epidemi di wilayah tersebut.

          6. Menerbitkan Keputusan untuk menyatakan berakhirnya wabah penyakit hewan

a) Dalam rangka menjamin terpenuhinya syarat-syarat untuk menyatakan berakhirnya wabah penyakit hewan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, Pasal 31 Undang-Undang Kedokteran Hewan dan Pasal 11 Surat Edaran No. 07/2016/TT-BNNPTNT tanggal 31 Mei 2016 Kementerian Pertanian dan Pembangunan Daerah Tertinggal, antara lain:

+ Dalam batas waktu yang ditentukan untuk masing-masing penyakit, terhitung sejak tanggal hewan sakit terakhir mati, dimusnahkan, disembelih wajib, atau sembuh, tidak ada hewan yang sakit atau mati akibat penyakit hewan yang dinyatakan;

+ Telah melakukan vaksinasi atau tindakan pencegahan penyakit wajib lainnya terhadap hewan yang rentan terhadap wabah hewan di daerah wabah atau daerah yang terancam wabah, khususnya: telah melakukan vaksinasi terhadap hewan yang rentan terhadap wabah yang dinyatakan sebanyak lebih dari 90% dari jumlah hewan yang divaksinasi di daerah wabah dan lebih dari 80% dari jumlah hewan yang divaksinasi di daerah yang terancam wabah atau telah melakukan tindakan pencegahan penyakit wajib lainnya terhadap hewan yang rentan terhadap penyakit di daerah wabah atau daerah yang terancam wabah sesuai petunjuk instansi pengelola, yang melaksanakan tugas kebidanan;

+ Melaksanakan tindakan higiene, disinfeksi, dan sterilisasi untuk menjamin terpenuhinya persyaratan higiene veteriner di daerah epidemik dan daerah yang terancam epidemik;

+ Ada permintaan tertulis untuk deklarasi berakhirnya epidemi hewan dari badan manajemen veteriner dan hal itu dinilai dan diakui oleh badan manajemen veteriner pada tingkat yang lebih tinggi.

b) Ketua Komite Rakyat di tingkat komune menerbitkan Keputusan untuk menyatakan berakhirnya wabah pada hewan di wilayah pengelolaan.

Catatan: Orang yang berwenang menyatakan wabah hewan, berwenang menyatakan berakhirnya wabah hewan apabila semua persyaratan sesuai ketentuan telah terpenuhi.

II. PEDOMAN PEKERJAAN PROFESIONAL

1. Pencegahan penyakit hewan

a) Melakukan pemantauan secara berkala terhadap kondisi penyakit pada ternak, mendeteksi secara dini ternak yang menunjukkan gejala penyakit menular, dan melaksanakan tindakan pencegahan penyakit sesuai ketentuan, agar penyakit tidak menyebar luas;

b) Tempat pemeliharaan ternak harus terpisah dari tempat tinggal manusia; tempat pemeliharaan ternak, alat-alat dan sarana yang dipergunakan dalam pemeliharaan ternak harus dibersihkan, disinfeksi, disterilkan secara teratur, dan mempunyai tindakan yang efektif untuk memusnahkan inang perantara... secara berkala dan setelah setiap masa pemeliharaan; tempat pemeliharaan ternak harus mengikuti tata ruang wilayah setempat atau mendapat izin dari instansi yang berwenang;

c) Sumber air untuk peternakan harus terjamin mutunya sesuai ketentuan perundang-undangan; limbah peternakan harus diolah sebelum dibuang untuk menjamin higiene veteriner dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan lingkungan;

d) Hewan ternak harus sehat, memiliki asal usul yang jelas, dan telah divaksinasi lengkap terhadap penyakit menular berbahaya. Prioritas harus diberikan pada pemilihan hewan ternak dari fasilitas pembibitan yang bersertifikat bebas penyakit... sesuai dengan ketentuan undang-undang tentang ras ternak; pakan yang digunakan dalam pembibitan harus memastikan keamanan penyakit, higiene veteriner, dan mematuhi ketentuan undang-undang tentang pakan ternak;

e) Hewan harus divaksinasi terhadap penyakit menular berbahaya sebagaimana diharuskan oleh badan pengelola veteriner;

f) Penyelenggaraan usaha peternakan dan pengelolaannya wajib menjamin dan memelihara langkah-langkah keamanan hayati peternakan secara menyeluruh dan sinkron sesuai dengan petunjuk Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup.

2. Pengawasan penyakit

a) Pemantauan aktif

Pemilik hewan peliharaan wajib memantau kondisi penyakit pada ternaknya setiap hari. Jika ditemukan hewan yang diduga sakit atau mati karena sebab yang tidak diketahui, hewan yang sehat harus segera dipisahkan dari hewan yang sakit atau mati dan segera dilaporkan kepada kepala desa atau ketua tim. Kepala desa atau ketua tim bertanggung jawab untuk melaporkan kepada Komite Rakyat di tingkat kelurahan (melalui Departemen Ekonomi, Pusat Layanan Masyarakat/Pusat Layanan Pertanian) .

- Panitia Rakyat tingkat kecamatan memerintahkan kepada Dinas Perekonomian, Balai Pelayanan Ternak/Balai Pertanian, Kepala Desa, Ketua Tim... untuk melakukan pemantauan secara berkala dan terus menerus terhadap kondisi penyakit berbahaya pada ternak (kerbau, sapi, babi, kambing, anjing, kucing, unggas...) di rumah tangga dan tempat pembibitan, terutama ternak pendatang baru, ternak di daerah rawan wabah lama, dan daerah rawan penyakit berbahaya sebagaimana ditetapkan oleh instansi kesehatan hewan yang berwenang.

b) Pemantauan pasif:

Setelah menerima informasi tentang kasus hewan sakit atau diduga menderita penyakit menular berbahaya seperti Penyakit Mulut dan Kuku, Flu Burung, Demam Babi Afrika, Rabies, Penyakit Kulit Berbenjol pada Sapi, dll., dan hewan mati dengan penyebab yang tidak diketahui dari desa dan kelompok pemukiman, laporkan ke Departemen Ekonomi, Pusat Pemberian Layanan Publik/Pusat Layanan Pertanian untuk melakukan inspeksi, verifikasi, dan investigasi penyebab penyakit, dan pada saat yang sama mengambil sampel, mengirimkannya untuk diuji guna mengetahui penyebabnya (jika diperlukan) dan melaksanakan tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit sesuai dengan peraturan.

3. Rezim investigasi dan pelaporan wabah

          a) Mengenai pekerjaan pengumpulan informasi wabah

Setelah menerima informasi mengenai kasus hewan sakit yang diduga terinfeksi penyakit menular berbahaya seperti Penyakit Mulut dan Kuku, Flu Burung, Demam Babi Afrika, Rabies, Penyakit Kulit Berlapis pada sapi, dll., serta kematian hewan yang tidak diketahui penyebabnya, Komite Rakyat di tingkat kecamatan akan memerintahkan Departemen Ekonomi, Pusat Penyediaan Layanan Publik/Pusat Layanan Pertanian untuk segera berkoordinasi dengan pihak berwenang di tingkat kecamatan, kelurahan, dan zona khusus guna menyelenggarakan inspeksi dan mengumpulkan informasi mengenai wabah tersebut. Isi inspeksi dan pengumpulan informasi mengenai wabah tersebut meliputi:

- Kumpulkan informasi awal tentang wabah:

+ Jenis hewan yang sakit, diduga sakit atau mati karena sebab yang tidak diketahui; jumlah hewan yang sakit, diduga sakit atau mati/jumlah keseluruhan ternak; umur; tanggal ditemukannya hewan yang sakit, diduga sakit atau mati; gejala klinis, lesi luar dan dalam pada hewan yang sakit (jika ada); hasil penggunaan obat hewan, vaksin, bahan kimia; penerapan langkah-langkah keamanan hayati untuk peternakan ( kandang; asal: hewan indukan, pakan, sperma; pengelolaan manusia, hewan berbahaya; bahan untuk peternakan; program sanitasi dan disinfeksi untuk area peternakan, langkah-langkah untuk memusnahkan hewan berbahaya, dll. ) oleh pemilik ternak; kesimpulan awal tentang penyebab penyakit;

+ Kepatuhan terhadap deklarasi kegiatan peternakan kepada pemerintah daerah;

+ Jumlah rumah tangga yang memelihara ternak dan jumlah keseluruhan ternak yang rentan terhadap penyakit atau yang spesiesnya sama dengan ternak yang terinfeksi penyakit, diduga terinfeksi penyakit atau mati karena sebab yang tidak diketahui di desa atau dusun tempat wabah penyakit terjadi;

+ Hasil vaksinasi pada ternak rentan ( terhadap penyakit menular berbahaya, perlu dilakukan upaya pencegahan penyakit secara wajib dengan melakukan vaksinasi pada ternak sesuai ketentuan ) di desa dan dusun yang terdapat wabah penyakit.

- Melaporkan hasil investigasi wabah, menilai dan meramalkan situasi epidemi di waktu mendatang, mengusulkan tindakan untuk mencegah dan mengendalikan epidemi;

+ Selain itu, apabila dikemudian hari ditemukan hewan sakit atau mati yang diduga menderita penyakit menular dari hewan ke manusia seperti Flu Burung, Rabies pada kucing dan anjing..., maka Dinas Perekonomian, Balai Besar Pelayanan Masyarakat/Balai Pelayanan Pertanian wajib memberikan penyuluhan kepada Pemerintah Daerah tingkat kecamatan untuk membentuk tim investigasi guna menangani wabah tersebut sesuai dengan ketentuan Surat Edaran Bersama Nomor 16 Tahun 2013/TTLT-BYT-BNN&PTNT antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian dan Pembangunan Daerah Tertinggal tentang Pedoman Koordinasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia.

          * Catatan : Pejabat di tingkat provinsi dan kabupaten/kota serta pegawai negeri sipil yang ditugaskan untuk mengoordinasikan pemeriksaan dan pengumpulan informasi awal di fasilitas peternakan dan rumah tangga perlu membuat catatan pemeriksaan dan verifikasi; catatan tersebut perlu menunjukkan semua isi penyelidikan awal dan pengumpulan informasi tentang wabah, dan tindakan yang diambil untuk menangani wabah tersebut.

b) Diagnosis dan penentuan penyebab penyakit

Setelah selesai mengumpulkan informasi mengenai situasi epidemi, Departemen Ekonomi, Pusat Penyediaan Layanan Publik/Pusat Layanan Pertanian akan melakukan inspeksi dan diagnosis berdasarkan gejala dan lesi (dalam dan luar) ternak untuk menentukan penyebab penyakit. Jika diperlukan, sampel akan diambil untuk pengujian guna menentukan penyebab penyakit secara akurat. Khusus untuk Penyakit Mulut dan Kuku pada sapi dan babi, meskipun terdapat gejala eksternal yang khas, pengambilan sampel perlu dilakukan untuk pengujian guna menentukan jenis virus penyebab penyakit guna memilih dan menggunakan vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit.

- Bersamaan dengan itu, segera melakukan pembinaan dan koordinasi dengan daerah untuk melaksanakan upaya-upaya pencegahan awal wabah: melakukan isolasi ternak sehat dari ternak sakit; melakukan isolasi dan penetapan zona wilayah wabah; melakukan disinfeksi seluruh areal peternakan rumah tangga yang terdapat ternak sakit dan rumah tangga tetangga (bila ada) ; melakukan pembinaan terhadap organisasi dan perorangan yang mempunyai hewan yang diduga sakit untuk melaksanakan ketentuan pencegahan wabah sesuai ketentuan; segera melakukan pemusnahan ternak yang mati dan sakit (tidak dapat diobati ).

          * Beberapa persyaratan dalam otopsi dan pengambilan sampel:

+ Bagi yang melaksanakan otopsi dan mendiagnosis penyakit : Pelaksana otopsi dan pengambilan sampel harus mempunyai keahlian di bidang kedokteran hewan dan biologi; terlatih dalam teknik pengambilan sampel, dan dilengkapi dengan alat pelindung diri lengkap seperti: pakaian, sarung tangan, masker, sepatu bot, kacamata, dan lain-lain untuk menjamin keselamatan manusia dan mencegah penyebaran penyakit.

          + Untuk spesimen: Spesimen harus dikemas, diawetkan, dan diangkut sesuai dengan peraturan dalam QCVN 01-83:2011/BNNPTNT dan dikirim ke laboratorium yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan Hewan. Saat mengambil spesimen, petugas yang melakukan pengambilan sampel harus mengisi semua informasi dalam Catatan Pengambilan Sampel, Catatan Pemeriksaan Bedah, dan Formulir Pengiriman Spesimen (jika ada) sesuai dengan peraturan.

          + Penanganan hewan mati setelah pengambilan sampel: Untuk hewan yang mati karena penyebab yang tidak diketahui akibat dugaan penyakit menular, sebelum nekropsi dan pengambilan sampel, perlu digali lubang pembuangan dengan ukuran yang ditentukan. Bawa hewan yang akan dinekropsi dan diambil sampelnya ke mulut lubang dan letakkan alas di bawahnya untuk mencegah darah dan sekresi tumpah ke lingkungan; setelah nekropsi dan pengambilan sampel, lakukan pembuangan ( hewan yang akan dinekropsi dan diambil sampelnya beserta pakaian dan peralatan pelindung, dll. ), desinfeksi alat pengambilan sampel; dan pada saat yang sama, semprotkan disinfektan untuk mendisinfeksi area pengambilan sampel sesuai dengan prosedur yang ditentukan.

          4. Penanganan wabah hewan

          a) Apabila syarat-syarat untuk menyatakan wabah tidak mencukupi, maka perlu dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pengendalian penyakit hewan, khususnya:

- Membersihkan, mendisinfeksi, dan mensterilkan kandang, tempat penggembalaan hewan sakit, kendaraan dan peralatan peternakan, tempat pembuangan limbah, serta titik-titik lalu lintas menuju daerah wabah dan daerah wabah sesuai dengan petunjuk instansi terkait, dan melaksanakan tugas-tugas kebidanan di tingkat kecamatan;

- Menyelenggarakan pencegahan penyakit melalui vaksinasi atau melakukan tindakan pencegahan penyakit wajib lainnya terhadap hewan yang rentan terhadap wabah hewan; mengobati, menyembelih hewan secara wajib atau memusnahkan hewan sakit dan produk hewan yang mengandung patogen sesuai dengan petunjuk instansi pengelola, dan melakukan tugas-tugas kebidanan di tingkat kecamatan;

- Melarang orang yang tidak berkepentingan memasuki tempat-tempat di mana hewan sakit atau mati; melarang orang memasuki daerah epidemi; menerapkan tindakan pencegahan penyakit pada hewan sesuai dengan peraturan;

- Membatasi penyembelihan, pemasukan, pengeluaran, atau peredaran di wilayah yang terdapat wabah hewan yang rentan terhadap penyakit hewan dan produk hewani.

          b) Ketika Keputusan untuk menyatakan wabah hewan telah dikeluarkan

Pertama: Menyelenggarakan dan melaksanakan tindakan pencegahan wabah di daerah rawan wabah:

- Menetapkan batas-batas daerah wabah, daerah rawan wabah, dan daerah penyangga; memasang rambu-rambu, pos-pos pengawasan, serta mengarahkan lalu lintas dan pengangkutan hewan dan produk hewan melalui daerah wabah;

- Melarang orang yang tidak berkepentingan memasuki area hewan yang sakit atau mati; melarang orang memasuki area epidemi; menerapkan tindakan pencegahan penyakit pada hewan sesuai dengan peraturan;

- Dilarang melakukan pemotongan, pemasukan, pengeluaran, atau peredaran di daerah wabah penyakit hewan yang rentan terhadap wabah penyakit hewan yang telah dinyatakan dan produk hewannya, kecuali dalam hal pengangkutan hewan dan produk hewan tersebut diperbolehkan berdasarkan peraturan Menteri Pertanian dan Lingkungan Hidup;

- Segera menyelenggarakan pencegahan penyakit melalui vaksinasi atau melakukan tindakan pencegahan penyakit wajib lainnya terhadap hewan yang rentan terhadap wabah hewan yang telah dinyatakan terjadi di daerah wabah; mengobati, menyembelih hewan secara wajib atau memusnahkan hewan sakit dan produk hewan yang mengandung patogen sesuai dengan petunjuk instansi pengelola, dan melakukan tugas kebidanan;

- Membersihkan, mendisinfeksi, dan mensterilkan kandang, tempat penggembalaan hewan sakit, kendaraan dan peralatan yang digunakan dalam peternakan, tempat pembuangan limbah, serta titik lalu lintas menuju daerah wabah dan daerah wabah sesuai dengan petunjuk instansi pengelola dan melaksanakan tugas kebidanan.

Kedua: Menyelenggarakan dan melaksanakan tindakan pencegahan wabah di daerah rawan wabah dan daerah penyangga.

- Untuk daerah yang terancam:

+ Mengendalikan masuk dan keluarnya hewan yang rentan terhadap penyakit hewan dan produk-produknya ke dalam wilayah yang terancam wabah;

+ Mengendalikan secara ketat penyembelihan dan pengangkutan hewan dan produk hewan di daerah rawan wabah;

+ Menyelenggarakan pencegahan penyakit melalui vaksinasi dan menerapkan tindakan pencegahan penyakit wajib bagi hewan yang rentan terhadap penyakit hewan yang diumumkan;

+ Menyelenggarakan propaganda dan penyebaran informasi mengenai langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit hewan di wilayah tersebut.

- Untuk zona penyangga:

+ Memeriksa dan mengendalikan pengangkutan, penyembelihan, dan perdagangan hewan dan produk hewan;

+ Secara berkala memantau dan mengawasi hewan yang rentan terhadap penyakit hewan.

- Pengobatan wajib terhadap hewan sakit, hewan yang menunjukkan tanda-tanda penyakit, dan produk hewan pembawa patogen yang tercantum dalam Daftar Penyakit Hewan yang Wajib Diwaspadai, Daftar Penyakit yang Ditularkan Antara Hewan dan Manusia, atau Ditemukannya Agen Infeksius Baru.

5. Beberapa metode penanganan ternak dan unggas yang sakit atau mati

a) Pemusnahan wajib: Pemusnahan hewan dan produk hewan dilakukan berdasarkan asas berikut:

- Hewan harus dibunuh dengan sengatan listrik atau cara lain; sekresi, kotoran, dan urin tidak boleh terbuang ke lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit selama pengangkutan ke lokasi pemusnahan;

- Kendaraan pengangkut hewan dan produk hewan untuk dimusnahkan wajib memiliki lantai tertutup guna mencegah sampah berceceran di jalan dan wajib segera dibersihkan, didisinfeksi, dan disterilkan setelah pengangkutan; Peralatan pemusnahan juga wajib didisinfeksi secara menyeluruh setelah pemusnahan;

- Waktu pemusnahan: Apabila terdapat hasil pemeriksaan positif wabah yang mengharuskan pemusnahan (atau hewan mati) , maka pemusnahan harus segera dilakukan oleh Pemerintah Daerah, paling lambat dalam waktu 24 jam;

- Spesifikasi tempat pembuangan akhir sampah harus sesuai dengan petunjuk dalam Lampiran 06, Surat Edaran Nomor 07/2016/TT-BNNPTNT, khususnya sebagai berikut:

+ Lokasi: Lubang pemakaman harus berjarak setidaknya 30m dari rumah, sumur, dan kandang hewan dan memiliki cukup ruang; lokasi pemakaman harus berada di kebun (sebaiknya kebun buah atau kebun kayu).

+ Ukuran: Lubang penguburan harus cukup besar untuk menampung volume hewan, produk hewan, dan kotoran yang akan dikubur. Misalnya, jika 1 ton hewan perlu dikubur, lubang penguburan harus berukuran kedalaman 1,5-2 m x lebar 1,5-2 m x panjang 1,5-2 m.

- Petugas pemusnahan langsung dan petugas pengawasan pemusnahan harus dilengkapi dengan alat pelindung diri seperti pakaian pelindung, sarung tangan, masker, sepatu bot karet, dll. Setelah pemusnahan, mereka harus membersihkan dan mendisinfeksi tubuh dan kendaraan pribadi mereka sesuai dengan instruksi dari badan khusus. Pakaian dan alat pelindung diri peserta pemusnahan langsung dan petugas pengawasan harus dikumpulkan di satu tempat untuk dimusnahkan dengan cara dikubur atau dibakar guna mencegah penyebaran patogen ke luar.

          - Beberapa catatan saat memusnahkan ternak :

+ Pemusnahan unggas: Bila terdapat hasil positif (+) untuk virus flu burung patogenik tinggi (A/H5N1, H5N6, H5N8, H7N9) dan strain virus baru yang muncul pertama kali dan dapat menular ke manusia, segera musnahkan unggas dalam kandang yang sama, unggas liar di lingkungan sekitar yang belum divaksinasi influenza dan telah melakukan kontak dengan unggas sakit atau melakukan kontak dengan unggas yang menunjukkan gejala virus flu burung patogenik tinggi;

+ Untuk babi: Pemusnahan wajib semua babi yang sakit, babi yang mati, babi yang hasil tesnya positif Penyakit Mulut dan Kuku, Demam Babi Afrika, mengisolasi babi yang sehat dalam kawanan yang sama dengan babi yang sakit untuk pemantauan dan perawatan;

+ Untuk pemusnahan hewan yang terinfeksi atau diduga terinfeksi rabies: Hewan yang mati dan hewan yang terinfeksi rabies wajib dimusnahkan. Anjing dan kucing yang menunjukkan gejala rabies dianjurkan untuk dimusnahkan. Jika tidak dimusnahkan, mereka harus diisolasi untuk dipantau selama 14 hari. Jika terdeteksi rabies, mereka harus dimusnahkan sesuai peraturan;

+ Musnahkan ternak sakit: Musnahkan ternak yang mati akibat penyakit menular seperti Penyakit Mulut dan Kuku, Penyakit Kulit Berbenjol pada sapi, Pasteurellosis, dan lain-lain. Apabila di suatu desa atau dusun ditemukan penyakit baru, ternak terinfeksi virus PMK strain baru, maka pemusnahan ternak sakit harus dilakukan atas arahan instansi yang berwenang dan dibimbing oleh badan pengelola veteriner yang ahli di bidangnya.

b) Penyembelihan wajib: Penyembelihan hewan wajib dilakukan sebagai berikut:

- Dilaksanakan di rumah potong hewan yang ditunjuk oleh instansi pengelola dan pelaksana veteriner setempat dan wajib melaksanakan sepenuhnya tindakan higiene veteriner sesuai ketentuan yang berlaku;

- Kendaraan pengangkut hewan untuk disembelih harus memiliki lantai tertutup untuk mencegah limbah tercecer di jalan dan harus dibersihkan, didisinfeksi, dan disterilkan segera setelah pengangkutan;

- Rumah pemotongan hewan, peralatan penyembelihan, dan limbah hewan yang disembelih harus diolah, dibersihkan, didisinfeksi, dan disterilkan setelah penyembelihan;

- Daging hewan yang telah disembelih harus digunakan tetapi harus diolah dengan memperhatikan persyaratan higiene veteriner;

- Hasil samping, hasil lain dari hewan yang disembelih wajib, alas tidur, dan kotoran hewan harus dibakar atau dikubur.

Selain itu, pemusnahan dan pemotongan secara wajib terhadap hewan berpenyakit, hewan yang menunjukkan gejala penyakit, dan produk hewan pembawa patogen yang termasuk dalam Daftar Penyakit Hewan yang Wajib Diwaspadai, Daftar Penyakit yang Ditularkan Antara Hewan dan Manusia, atau Penemuan Agen Infeksius Baru wajib mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kedokteran hewan, pencegahan penyakit menular, dan perlindungan lingkungan.

c) Perawatan, pengobatan dan perawatan ternak yang sakit:

Untuk penyakit yang diperbolehkan dirawat dan diobati sesuai peraturan dan petunjuk Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup, selain membersihkan, mendisinfeksi, dan mensterilkan area peternakan; memvaksinasi ternak yang sehat, peternak wajib:

- Melakukan pengobatan sesuai dengan aturan pakai yang dianjurkan, disertai obat-obatan dan suplemen untuk meningkatkan daya tahan tubuh, memastikan lama pengobatan dan dosis sesuai dengan anjuran produsen dan sesuai petunjuk badan profesi;

- Rawat hewan yang sakit secara aktif, sediakan makanan yang mudah dicerna dan air bersih dalam jumlah cukup, simpan hewan yang sakit di tempat yang tinggi dan bersih, dan selalu jaga agar tetap hangat selama perawatan.

6. Mengatur pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi

          Pekerjaan disinfeksi dan sterilisasi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam Lampiran No. 08 Surat Edaran No. 07/2016/TT-BNNPTNT tanggal 31 Mei 2016, dengan fokus pada langkah-langkah berikut:

          - Prinsip kebersihan, disinfeksi dan sterilisasi

+ Orang yang melakukan disinfeksi harus menggunakan perlindungan kerja yang sesuai;

+ Disinfektan harus kurang beracun bagi manusia, hewan, dan lingkungan; harus sesuai untuk objek yang didisinfeksi; memiliki sifat disinfektan yang cepat, kuat, tahan lama, berspektrum luas, dan dapat membunuh banyak jenis patogen;

+ Sebelum melakukan penyemprotan disinfektan, benda yang akan didisinfeksi harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mekanis (menyapu, mengikis, menggosok);

+ Campur dan gunakan disinfektan sesuai dengan petunjuk produsen, pastikan konsentrasi dan rasio penyemprotan yang tepat per satuan luas.

          - Objek desinfeksi

          + Kandang dan kurungan untuk memelihara binatang yang sakit harus dimusnahkan;

+ Peralatan ternak dan kedokteran hewan di peternakan dan rumah tangga;

+ Masyarakat turut berpartisipasi dalam proses pemusnahan ternak yang terserang penyakit;

+ Hewan yang sakit harus dimusnahkan;

+ Sarana pengangkutan hewan sakit ke tempat pemusnahan;

+ Lubang untuk mengubur dan memusnahkan ternak yang sakit;

+ Jalan desa, gang, pusat lalu lintas dari daerah epidemi ke luar.

          - Pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dengan bahan kimia

          + Pembersihan mekanis ( menyapu, mengambil pupuk kandang, alas tidur, kotoran ternak, membersihkan semak dan rumput ) di daerah wabah, zona wabah, lumbung padi, daerah kurungan, jalan desa dan gang sebelum menyemprotkan bahan kimia untuk meningkatkan efisiensi dan cepat memusnahkan patogen;

+ Menggunakan disinfektan yang termasuk dalam Daftar Obat Hewan yang diperbolehkan untuk diedarkan, kurang toksik terhadap manusia, hewan dan lingkungan, dengan daya disinfektan yang cepat dan tahan lama;

+ Lakukan penyemprotan kimia untuk disinfeksi dengan frekuensi sebagai berikut: di daerah wabah dan epidemi, semprotkan disinfektan kimia sekali sehari selama minggu pertama, 2-3 kali seminggu selama 3 minggu berikutnya. Di daerah epidemi yang terancam, lakukan disinfeksi dengan frekuensi 2-3 kali seminggu, terus menerus selama sebulan. Di daerah penyangga, lakukan dengan frekuensi 1 kali seminggu selama 1 bulan;

+ Penyemprotan insektisida ( vektor penyakit ): Penyemprotan insektisida/bahan kimia untuk membunuh lalat, nyamuk, kutu, agas, dan lain-lain di desa-desa dan rumah-rumah peternak (sebaiknya penyemprotan insektisida/bahan kimia dilakukan setelah pukul 17.00 setiap hari, saat serangga sudah terkonsentrasi di satu tempat) ;

Tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan pembersihan dan disinfeksi harus dilengkapi dengan alat pelindung diri lengkap seperti pakaian pelindung, masker, kacamata pelindung, sarung tangan, dll. untuk memastikan keselamatan kerja dan keselamatan dari penyakit. Setelah disinfeksi, pakaian dan peralatan pelindung harus dikumpulkan dan dimusnahkan sesuai peraturan. Sepatu bot karet harus dibersihkan dengan larutan kimia untuk memastikan tidak ada patogen yang tersimpan.

          - Disinfeksi dengan bubuk kapur: Selain penyemprotan bahan kimia, perlu dikombinasikan penggunaan bubuk kapur untuk mendisinfeksi kandang, area ternak, dan pintu masuk kandang ternak. Kapur harus disebarkan di persimpangan lalu lintas yang mengarah ke area epidemi dengan dimensi yang direkomendasikan sebagai berikut: lebar untuk memastikan keliling roda dari 0,2 m hingga 0,4 m, dan panjang untuk menutupi seluruh permukaan jalan.

7) Vaksinasi terhadap epidemi

- Apabila terjadi epidemi pada ternak dan unggas, tergantung pada penyakit yang terjadi di wilayah tersebut, atur peninjauan dan hitung jumlah ternak di wilayah tempat epidemi terjadi. Persiapkan sumber daya manusia, sarana, pendanaan, vaksin, dan kondisi penyimpanan vaksin untuk pelaksanaan vaksinasi yang efektif;

- Memobilisasi kekuatan lokal seperti Pimpinan Desa/Kelompok, Serikat Pemuda, Asosiasi Petani, dan sebagainya di desa-desa untuk mendukung kekuatan veteriner dalam propaganda dan mobilisasi, pencatatan, dan imobilisasi ternak selama vaksinasi. Orang yang terlibat langsung dalam vaksinasi harus merupakan staf veteriner atau orang yang terlatih dalam vaksinasi;

- Badan pengelola veteriner tingkat kecamatan menugaskan tenaga khusus untuk menyelenggarakan vaksinasi di desa-desa dan kelompok pemukiman yang berada di bawah pengelolaannya.   

Sumber: https://snn.quangngai.gov.vn/tin-tuc/tin-tu-so-nong-nghiep-va-ptnt/huong-dan-mot-so-noi-dung-ve-cong-tac-phong-chong-dich-benh-gia-suc-gia-cam.html


Komentar (0)

No data
No data

Dalam kategori yang sama

Kunjungi desa nelayan Lo Dieu di Gia Lai untuk melihat nelayan 'menggambar' semanggi di laut
Tukang kunci mengubah kaleng bir menjadi lentera Pertengahan Musim Gugur yang semarak
Habiskan jutaan untuk belajar merangkai bunga, temukan pengalaman kebersamaan selama Festival Pertengahan Musim Gugur
Ada bukit bunga Sim ungu di langit Son La

Dari penulis yang sama

Warisan

;

Angka

;

Bisnis

;

No videos available

Peristiwa terkini

;

Sistem Politik

;

Lokal

;

Produk

;