Penemuan fosil berusia 3,4 juta tahun mengungkap nenek moyang manusia
Penemuan 'Kaki Burtele' bersama dengan gigi-gigi mudanya memberikan pencerahan mengenai keberagaman spesies selama evolusi manusia.
Báo Khoa học và Đời sống•01/12/2025
Para ahli baru-baru ini menerbitkan hasil penelitian di jurnal Nature pada 26 November tentang fosil kaki berusia 3,4 juta tahun, yang dikenal sebagai "Kaki Burtele", yang ditemukan di Ethiopia pada tahun 2009. Foto: Yohannes Haile-Selassie, Arizona State University. Penelitian para ahli menunjukkan bahwa tulang kaki yang terdiri dari delapan bagian ini sebenarnya milik Australopithecus deyiremeda - salah satu nenek moyang manusia, yang hidup sezaman dengan kerabat terkenal Australopithecus afarensis - spesies fosil Lucy. Foto: Yohannes Haile-Selassie, Arizona State University.
Menurut tim peneliti, penemuan terobosan ini dikonfirmasi setelah para ilmuwan menemukan 25 gigi dan tulang rahang tambahan dari seorang anak berusia sekitar 4,5 tahun di wilayah Burtele, wilayah Afar, Ethiopia. Foto: Yohannes Haile-Selassie. Hasilnya membantu para ahli mengidentifikasi pemilik tulang kaki tersebut, yang memiliki ciri-ciri mirip manusia dan kera. Foto: Yohannes Haile-Selassie / Museum Sejarah Alam Cleveland. "Kaki Burtele" unik karena jempol kakinya bengkok untuk memudahkan memanjat, tetapi pemiliknya masih bisa bergerak dengan dua kaki, tetapi cara berjalannya sangat berbeda dengan manusia modern. Foto: Yohannes Haile-Selassie / Museum Sejarah Alam Cleveland.
Kemampuan memanjat pohon dan berjalan tegak ini menunjukkan bahwa Burtele Foot beradaptasi dengan baik di lingkungan yang penuh predator. Foto: Stephanie Melillo, Universitas Mercyhurst/Yohannes Haile-Selassie/ASU. Penemuan ini memperkuat gagasan bahwa, sekitar 3,5-3,3 juta tahun yang lalu, dua spesies evolusi manusia hidup di wilayah yang sama. Hal ini membantah anggapan lama bahwa evolusi manusia purba berlangsung secara linear dan hanya ada satu spesies pada satu waktu. Foto: Shutterstock. Kedua spesies ini tidak hanya berjalan dengan cara yang berbeda, tetapi juga memakan berbagai jenis tumbuhan. Analisis email gigi menunjukkan bahwa Australopithecus afarensis memiliki pola makan yang lebih beragam, termasuk rumput, semak, dan pohon. Foto: Gemini AI.
Sementara itu, Australopithecus deyiremeda memiliki sumber makanan yang lebih terbatas, terutama dari semak dan pohon—seperti hominin yang lebih primitif. Dengan perbedaan ini, kedua spesies dapat menghindari persaingan langsung dan hidup berdampingan. Foto: vocal.media. Pembaca diundang untuk menonton video : Di Balik Kesuksesan Ilmuwan. Sumber: VTV24.
Komentar (0)