Menghadapi tekanan lingkungan dan persyaratan integrasi, Kota Ho Chi Minh mengidentifikasi ekonomi hijau sebagai landasan strategis untuk mempertahankan daya saing, meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan kawasan perkotaan berkelanjutan untuk masa depan.
Sebagai pusat ekonomi terbesar di negara ini, Kota Ho Chi Minh menghadapi kebutuhan mendesak untuk mengubah model pertumbuhannya menuju hijau, sirkular, dan rendah emisi. Hal ini bukan hanya pilihan yang tak terelakkan untuk pembangunan berkelanjutan, tetapi juga merupakan kekuatan pendorong untuk membantu kota ini meningkatkan daya saingnya dalam konteks integrasi internasional yang semakin mendalam.
Dalam beberapa tahun terakhir, Kota Ho Chi Minh telah meluncurkan berbagai program dan rencana aksi untuk mendorong pertumbuhan hijau. Bidang-bidang utama meliputi penghematan energi, pengembangan energi terbarukan, ekonomi sirkular, pengelolaan sampah, dan pembangunan perkotaan cerdas.
Menurut Departemen Pertanian dan Lingkungan Hidup Kota Ho Chi Minh, pada tahun 2030, kota ini bertujuan untuk mengurangi setidaknya 10% dari total emisi gas rumah kaca dibandingkan dengan skenario pembangunan seperti biasa.
Associate Professor-PhD Nguyen Hong Quan, Direktur Institut Penelitian Pembangunan Ekonomi Sirkular (Universitas Nasional Kota Ho Chi Minh) berkomentar bahwa untuk wilayah perkotaan khusus seperti Kota Ho Chi Minh, ekonomi hijau tidak hanya memiliki signifikansi lingkungan tetapi juga merupakan fondasi untuk mempertahankan daya saing dan menarik investasi asing.
Mengembangkan industri hijau, energi bersih, dan transportasi umum yang berkelanjutan akan membantu kota mengurangi tekanan pada infrastruktur dan lingkungan.
Faktanya, Kota Ho Chi Minh telah menerapkan banyak model spesifik. Contoh-contoh tipikal meliputi mendorong bisnis untuk menerapkan produksi yang lebih bersih, mendukung usaha kecil dan menengah untuk mengakses kredit hijau; mengembangkan sistem bus listrik, bus berbahan bakar gas terkompresi (CNG); mempromosikan klasifikasi limbah di sumbernya; dan mengubah kawasan industri menjadi hijau.
Bersama pemerintah, banyak bisnis juga secara proaktif berinovasi untuk beradaptasi. Seorang perwakilan perusahaan garmen di Kawasan Industri Tan Tao menyampaikan bahwa pelanggan Eropa dan Amerika semakin membutuhkan produk yang memenuhi standar ramah lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan terpaksa berinvestasi dalam sistem energi surya dan meningkatkan lini produksi untuk menghemat listrik dan air. Ini adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan pesanan dan memperluas pasar ekspor.
Dari perspektif komunitas, warga Kota Ho Chi Minh juga mulai mengubah kebiasaan konsumsi mereka ke arah yang ramah lingkungan.
Ibu Tran Thi Hai Yen, warga kelurahan Duc Nhuan, mengatakan: “Keluarga saya beralih menggunakan tas kain, mengurangi penggunaan kantong plastik saat pergi ke pasar. Anak-anak juga diajari memilah sampah di rumah. Awalnya agak merepotkan, tetapi lama-kelamaan menjadi kebiasaan dan lingkungan tempat tinggal menjadi lebih bersih.”
Sinkronkan kebijakan dan sumber daya
Para ahli mengatakan bahwa agar ekonomi hijau benar-benar menjadi kekuatan pendorong pembangunan berkelanjutan, Kota Ho Chi Minh memerlukan peta jalan yang jelas dan sinkron dari lembaga, kebijakan hingga sumber daya investasi.
Mantan Direktur Institut Ekonomi Vietnam, Profesor Madya, Dr. Tran Dinh Thien, menganalisis bahwa hambatan terbesar saat ini adalah tingginya biaya investasi dalam teknologi hijau, sementara usaha kecil dan menengah (UKM) mendominasi di Kota Ho Chi Minh. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme insentif kredit dan dukungan teknis untuk mendorong perusahaan bertransformasi secara berani.
Selain itu, infrastruktur perkotaan juga perlu direncanakan dengan mempertimbangkan faktor-faktor hijau dan berkelanjutan. Para pakar perkotaan berpendapat bahwa kota harus memprioritaskan pengembangan transportasi umum, meningkatkan area hijau, dan memperluas ruang bagi pejalan kaki dan pesepeda. Hal ini merupakan solusi untuk mengurangi emisi sekaligus meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Menurut Wakil Ketua Komite Rakyat Kota Ho Chi Minh, Bui Xuan Cuong, kota tersebut telah mengidentifikasi ekonomi hijau dan pembangunan ekonomi sirkular sebagai salah satu pilar strategis di periode mendatang. Kota ini akan berfokus pada penyempurnaan mekanisme, mobilisasi sumber daya sosial, dan promosi kerja sama internasional untuk memanfaatkan pengalaman, teknologi, dan modal investasi hijau.
Arah lain yang direkomendasikan oleh banyak ilmuwan adalah meningkatkan pendidikan masyarakat dan membangun gaya hidup hijau di setiap rumah tangga.
Pakar lingkungan perkotaan, Dr. Do Huu Hoang, menekankan bahwa perubahan perilaku setiap warga kota, mulai dari menghemat listrik dan air, menggunakan transportasi umum, hingga mengurangi sampah plastik, akan menciptakan dampak positif yang sangat besar. Pemerintah perlu memiliki kebijakan untuk mendorong dan menghargai inisiatif ramah lingkungan dari masyarakat.
Transisi menuju ekonomi hijau di Kota Ho Chi Minh sebenarnya baru saja dimulai, dengan banyak tantangan dalam hal modal, teknologi, dan kesadaran sosial. Namun, sebagai lokomotif terdepan di negara ini, kota ini memiliki peluang besar untuk merintis dan menciptakan model kawasan perkotaan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Sumber: https://baolangson.vn/kinh-te-xanh-buoc-di-tat-yeu-cua-thanh-pho-ho-chi-minh-trong-phat-trien-do-thi-5060848.html
Komentar (0)