Setiap sore sepulang sekolah, Hoang Thi Quynh pulang ke rumah untuk membantu ibunya memanen getah karet. Tugas ini berulang-ulang dari kelas 5 hingga kelas 12. Di tengah hutan karet yang luas, gambaran ibunya yang tekun bekerja di pepohonan menjadi sumber motivasi terbesar bagi Quynh untuk berprestasi dalam studi dan kehidupannya.
Itu bukanlah tahun-tahun yang mudah, tetapi tahun-tahun itu juga menjadi dasar bagi Quynh untuk membentuk kemauan yang kuat dan keinginan yang kuat untuk belajar.
Tumbuh di daerah terpencil di provinsi Kon Tum (dahulu), sekarang provinsi Quang Ngai, Quynh selalu berusaha keras untuk menjadi versi terbaik dirinya dan lulus sebagai siswa terbaik di Sekolah Menengah Atas Tran Quoc Tuan dalam ujian sekolah menengah atas nasional tahun 2023.
Setiap hari, Quynh harus melewati 15 km jalan pegunungan yang curam untuk sampai ke sekolah, tetapi selalu membawa semangat optimis ke kelas. Bui Thi Hanh, wali kelas Quynh di kelas 12, mengenang: "Yang paling mengesankan saya tentang Quynh adalah tekadnya untuk mengubah kesulitan menjadi kekuatan dan kemajuan. Dia sering bekerja sepulang sekolah untuk membantu keluarganya, tetapi tidak pernah membiarkan pekerjaan mengganggu studinya."
Setelah lulus SMA, Quynh diterima di sebuah universitas di Hanoi . Ibu Quynh memutuskan untuk meminjam uang dari bank dan menggadaikan rumah kecilnya agar gadis muda itu bisa pergi ke ibu kota untuk belajar dan bersekolah seperti teman-temannya.
Tanpa kerabat atau kenalan, Quynh sepenuhnya mandiri di kota besar. Setelah satu semester, ia terpaksa berhenti kuliah karena beban keuangan dan kesehatan ibunya yang menurun di pedesaan akibat osteoartritis. Alih-alih kembali ke kampung halamannya, Quynh memilih untuk tinggal di Hanoi, menghabiskan beberapa tahun bekerja, menimba pengalaman, dan mempersiapkan diri secara finansial untuk kesempatan kuliah baru.
Bekerja untuk hidup dan belajar
Selama 2 tahun terakhir, Quynh terutama mengajar Matematika dan Bahasa Vietnam untuk siswa sekolah dasar dan menengah, dengan penghasilan sekitar 100.000 hingga 200.000 VND per sesi.
Selain itu, Quynh juga mengajar anak-anak tunanetra secara gratis, sebagai cara untuk menyebarkan kasih sayang dan memberi mereka lebih banyak kepercayaan diri dalam perjalanan menuju kedewasaan yang selalu diiringi Quynh. Tak hanya itu, Quynh juga masih meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan sukarela untuk belajar dan memperluas relasi.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah perannya sebagai salah satu pendiri dan pengelola proyek GreenHeart di komunitas VN&5C. Di sana, Quynh mengoordinasikan penjualan kerajinan tangan daur ulang dan produk ramah lingkungan untuk menggalang dana bagi anak-anak di dataran tinggi. Di bawah kepemimpinan Quynh, proyek ini telah menarik banyak relawan dari dalam dan luar negeri.
"Tua bukan berarti dibuang - berikan saja kesempatan, ia akan bersinar dengan cara yang berbeda" adalah pesan yang disebarkan Quynh dan para relawan melalui setiap produk daur ulang.

Quynh (sampul kanan) bersama para relawan VN&5C
Perjalanan Baru
Quynh mengetahui Beasiswa Wings of Dreams RMIT Vietnam melalui seorang mantan mahasiswa penerima beasiswa tersebut. Setelah melakukan riset yang cermat, ia memutuskan untuk mendaftar dan resmi menjadi salah satu dari empat penerima beasiswa pada Oktober 2025.
Beasiswa Dream Wings tidak hanya menanggung biaya bahasa Inggris dan kuliah, tetapi juga menyediakan tunjangan hidup bulanan, laptop, dan biaya perjalanan jika diperlukan. Bagi Quynh, ini merupakan dukungan yang sangat berharga agar ia dapat melanjutkan studinya.
Mulai Februari 2026, Quynh akan mulai mengikuti program UniSTART di RMIT untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris dan belajarnya di lingkungan internasional. Setelah itu, Quynh akan resmi mendaftar di program Sarjana Psikologi.
Untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin tahun depan, Quynh saat ini sedang mengikuti kelas les privat bahasa Inggris bersama Ha Viet Tinh, mantan mahasiswa Beasiswa Dream Wings RMIT, dan belajar mandiri setiap hari. Meskipun ia menyadari bahwa perjalanan belajar bahasa Inggris masih penuh rintangan dan ia harus memulai dari awal lagi di RMIT dengan teman-teman dan lingkungan baru, Quynh percaya bahwa kesulitan-kesulitan ini juga akan menjadi kesempatan baginya untuk mengembangkan diri.
"Jika semuanya berjalan lancar, setelah lulus, saya ingin melanjutkan studi Magister untuk menjadi psikoterapis di rumah sakit atau dosen Psikologi," kata Quynh.
Saya sudah mengenal Psikologi dan ingin menekuni bidang ini sejak usia 16 tahun. Menjadi lebih dekat dengan impian ini sungguh merupakan kebahagiaan yang luar biasa.
Dari jalan pegunungan yang berliku menuju SMA Kon Tum hingga gerbang universitas internasional, Hoang Thi Quynh adalah bukti nyata akan kekuatan tekad dan inisiatif. Gadis muda ini tidak hanya tangguh mengatasi kesulitan, tetapi juga tahu bagaimana mengubah kesulitan menjadi peluang untuk belajar, berkontribusi, dan menginspirasi orang lain.
Sumber: https://phunuvietnam.vn/me-vay-ngan-hang-the-chap-nha-de-con-gai-co-the-theo-hoc-dai-hoc-20251029134727857.htm






Komentar (0)