"Amerika Serikat akan dapat berbagi peralatan dan material dengan Filipina untuk membantu mengembangkan reaktor modular kecil dan infrastruktur energi nuklir sipil lainnya," ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada upacara penandatanganan di sela-sela Pekan KTT APEC yang sedang berlangsung di San Francisco. Negosiasi Perjanjian 123 ini akan dimulai pada November 2022.
Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. berpidato di KTT CEO APEC di San Francisco, AS, pada 15 November 2023. Foto: AP
"Kami melihat energi nuklir menjadi bagian dari bauran energi Filipina pada tahun 2032 dan kami bersemangat untuk melanjutkan jalur ini bersama Amerika Serikat… Energi nuklir adalah area di mana kami dapat menunjukkan bahwa aliansi dan kemitraan Filipina-AS benar-benar berhasil," ujar Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. dalam sebuah pidato.
Kesepakatan tersebut, yang memerlukan persetujuan kongres AS, akan memungkinkan transfer materi, peralatan, dan informasi nuklir secara damai sesuai dengan persyaratan non-proliferasi.
Filipina ingin menjajaki tenaga nuklir sebagai sumber daya dasar alternatif seiring upayanya untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap guna membantu mencapai tujuan iklim dan meningkatkan ketahanan energi. Negara Asia Tenggara ini sering terdampak oleh fluktuasi harga minyak dunia, pemadaman listrik musiman, dan harga listrik yang tinggi.
Upaya-upaya sebelumnya untuk mengembangkan tenaga nuklir di Filipina telah dihentikan karena masalah keselamatan, tetapi Bapak Marcos telah membahas kemungkinan untuk menghidupkan kembali pembangkit listrik tenaga nuklir yang bangkrut yang dibangun untuk menanggapi krisis energi Filipina di bawah pemerintahan ayahnya.
Selesai dibangun pada tahun 1984, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Bataan ditutup dua tahun kemudian karena dampak bencana nuklir Chernobyl, serta masalah internal lainnya di Filipina.
Hoang Hai (menurut Reuters, CNA)
[iklan_2]
Sumber






Komentar (0)