Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional AS (NASA) mengumumkan pada tanggal 24 November bahwa mereka akan mengurangi jumlah penerbangan yang membawa astronaut berdasarkan kontraknya dengan pesawat ruang angkasa Starliner milik Boeing.
Misi Starliner berikutnya ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) akan dilakukan tanpa awak, sebuah keputusan yang mempersempit cakupan program yang telah terganggu oleh kesulitan teknis dan dikalahkan oleh SpaceX dalam beberapa tahun terakhir.
Insiden terbaru terjadi selama uji terbang manusia pertama Starliner pada tahun 2024, dengan astronaut NASA Butch Wilmore dan Suni Williams.
Saat mendekati ISS, beberapa pendorong Starliner rusak, sehingga para astronaut terpaksa tinggal di stasiun selama sembilan bulan.
NASA dan Boeing telah membahas masa depan program Starliner selama berbulan-bulan setelah insiden tersebut. Seorang juru bicara Boeing mengatakan perusahaan tetap berkomitmen pada program tersebut.
Sebelumnya, kontrak Boeing di bawah Program Penerbangan Luar Angkasa Komersial NASA, senilai $4,5 miliar, diharapkan akan mengerahkan enam penerbangan ke dan dari ISS.
Berdasarkan perubahan terbaru, jumlah penerbangan Starliner dikurangi menjadi empat, termasuk maksimum tiga penerbangan astronaut dan satu penerbangan tanpa awak yang dijadwalkan pada April 2026.
Dua penerbangan tambahan tersebut dianggap sebagai opsi. Penyesuaian ini mengurangi nilai kontrak Boeing menjadi $3,732 miliar, turun dari nilai awal $4,5 miliar. NASA telah membayar $2,2 miliar untuk kontrak tersebut hingga saat ini.
NASA memilih Boeing dan SpaceX pada tahun 2014 untuk mengembangkan dan mengoperasikan pesawat ruang angkasa untuk membawa astronaut AS ke dan dari ISS, menciptakan dua kapal cadangan.
Sementara pesawat ruang angkasa Dragon milik SpaceX telah menjadi kendaraan utama NASA sejak penerbangan manusia pertamanya pada tahun 2020, Starliner telah diganggu oleh penundaan, kegagalan teknis, dan pembengkakan biaya.
"Keselamatan tetap menjadi prioritas utama kami saat kami fokus pada misi Starliner-1, termasuk pelajaran yang dipetik dari uji terbang sebelumnya dan pengujian musim gugur ini," tegas juru bicara Boeing.
"NASA dan Boeing terus menguji sistem propulsi Starliner secara ketat sebagai persiapan untuk dua penerbangan potensial tahun depan," ujar Steve Stich, manajer Program Penerbangan Antariksa Komersial NASA. "Penyesuaian ini memungkinkan kami untuk fokus pada sertifikasi sistem pada tahun 2026, melaksanakan rotasi astronot pertama Starliner ketika sudah siap, dan menyesuaikan rencana penerbangan berdasarkan kebutuhan operasional stasiun hingga tahun 2030."
Menyusul penundaan Starliner, NASA telah memberikan SpaceX penerbangan ISS tambahan dengan kapsul Dragon-nya, yang dijadwalkan hingga ISS pensiun pada tahun 2030, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang daya saing Starliner. Boeing telah menghabiskan lebih dari $2 miliar sejak 2016 untuk program harga tetap ini.
NASA masih mempertahankan perlunya dua kendaraan Amerika ke ISS, untuk menghindari ketergantungan penuh pada kapal Rusia jika Dragon milik SpaceX dihentikan.
Boeing bermaksud menjadikan Starliner sebagai pesawat antariksa komersial untuk stasiun luar angkasa masa depan, mungkin menggantikan ISS, meskipun rencana itu masih jauh.
Menurut NASA, misi berikutnya, yang dijadwalkan pada April 2026 dan disebut Starliner-1, hanya akan mengangkut kargo ke ISS, bukan membawa astronaut.
Sumber: https://www.vietnamplus.vn/nasa-giam-so-chuyen-bay-cua-boeing-starliner-sau-su-co-voi-phi-hanh-doan-post1079165.vnp






Komentar (0)