Setelah bertahun-tahun berjuang mencari nafkah, tangannya kapalan karena kesulitan makan dan uang, Huynh diliputi kegembiraan ketika melihat namanya tercantum dalam daftar siswa kelas 6C Pusat Pendidikan Kejuruan - Pendidikan Berkelanjutan Distrik 6. Ini bukan hanya lembaran baru dalam hidupnya, tetapi juga sebuah perjalanan untuk menemukan impian literasi yang terasa begitu jauh.
Mimpi belajar tak kunjung usai karena mencari nafkah
Masa kecil Huynh dihabiskan bersama neneknya dalam kemiskinan. Setiap hari, mereka berdua berkeliling Pasar Thi Nghe dengan setumpuk kupon lotre di tangan. Di malam hari, mereka diam-diam mencari-cari di antara tumpukan sayuran yang dibuang, berharap menemukan makanan yang masih utuh.
Sementara anak-anak lain dengan senang hati bersekolah dengan seragam putih mereka, Huynh hanya bisa belajar membaca dan menulis melalui kelas malam amal. Setelah belajar hingga kelas 5, tragedi menimpanya: neneknya, satu-satunya penopang hidupnya, terkena stroke, melumpuhkan separuh tubuhnya, dan kemudian meninggal dunia ketika Huynh baru berusia 14 tahun. Kejutan itu membuat masa kecilnya yang sudah rapuh semakin hampa.
Belajar terpaksa berhenti. Namun, hasrat Huynh untuk menulis tak pernah pudar. Ia masih rajin membaca buku-buku lama dan merenungkan setiap surat kabar untuk meredakan penyesalan atas impiannya yang belum terwujud untuk bersekolah.
Semasa kecil, Huynh mencari nafkah dengan bekerja sebagai salesman. Pekerjaan itu membantunya mengatur hidup, tetapi kemudian kekhawatiran perlahan muncul. "Waktu muda, saya masih bisa berlari-lari, tapi setelah 30 tahun, apakah saya masih cukup gesit untuk bertahan di pekerjaan ini? Kalau saya tidak belajar, saya akan tersingkir," tanya Huynh pada dirinya sendiri.
Pertanyaan itulah yang menjadi pendorong Huynh untuk memutuskan kembali bersekolah. Baginya, kembali ke sekolah bukan hanya untuk melanjutkan mimpinya belajar, tetapi juga kesempatan untuk membuka arah baru, karier yang stabil, dan masa depan yang lebih terjamin.
Pergi ke sekolah untuk menguasai masa depan
Pada hari ia menerima surat penerimaannya, Huynh dipenuhi haru. Apa yang tampak biasa bagi banyak orang ternyata adalah mimpi besar bagi gadis berusia 22 tahun ini. Untuk pertama kalinya, ia duduk di ruang kelas yang luas dengan proyektor dan AC; untuk pertama kalinya ia merasakan seperti apa kantin sekolah. "Semuanya terasa baru, bahkan menulis tanggal di buku catatan pun membingungkan, saya membuat dua kesalahan," kata Huynh.
Siang hari, Huynh masih berjualan; sore harinya, ia pergi ke kelas. Banyak kesulitan yang ia hadapi: ilmu pengetahuan yang terputus, tekanan untuk menyeimbangkan antara belajar dan bekerja, dan perasaan terlambat belajar dibandingkan teman-temannya. Namun, Huynh tidak sendirian. Di Pusat Pendidikan Kejuruan - Pendidikan Berkelanjutan Distrik 6, ia menemukan simpati dari siswa-siswa dari berbagai usia yang memiliki hasrat belajar yang sama. "Kita semua memiliki hasrat belajar yang sama, tanpa memandang usia," ungkap Huynh.
Yang membantu Huynh menjadi lebih percaya diri adalah dedikasi para gurunya. Mereka tidak hanya mengajarinya, tetapi juga mendorong dan memotivasinya untuk gigih mengejar impiannya akan ilmu pengetahuan. Kisah Huynh tersebar di media sosial, menerima banyak ucapan selamat, menjadi sumber motivasi yang besar baginya untuk meyakini pilihannya.
Jika Anda bertekad, Anda mungkin akan mendapatkan lebih banyak atau lebih sedikit. Namun, jika Anda tidak berani, Anda pasti tidak akan mendapatkan apa pun.
Huynh Thi Nhu Huynh
Bagi saya, masuk kelas pada usia 22 tahun adalah cara untuk menegaskan hak saya untuk belajar, memilih jalan saya sendiri dan mengendalikan masa depan saya.
Saat ini masih bekerja di industri jasa, Huynh berharap dapat menimba ilmu lebih banyak untuk mengembangkan bidang favoritnya. Oleh karena itu, keputusan untuk kembali bersekolah bukan hanya upaya pribadi, tetapi juga bukti nilai sistem pendidikan berkelanjutan, yang membuka "pintu kedua" bagi mereka yang belum menyelesaikan impian pendidikannya.
Perjalanan Huynh mengingatkan kita bahwa tidak ada kata terlambat untuk bersekolah. Selama kita berani berpikir dan bertindak, setiap orang dapat melanjutkan impian mereka untuk belajar, berapa pun usianya.

Sumber: https://nhandan.vn/nghi-luc-cua-co-gai-22-tuoi-di-hoc-lop-6-post910482.html
Komentar (0)