Gedung Putih mengatakan informasi bahwa Washington berusaha mencampuri pemilu di Rusia adalah "sepenuhnya salah" dan melontarkan tuduhan balasan terhadap Moskow.
Badan Intelijen Luar Negeri Rusia (SVR) menyatakan pada 11 Maret bahwa AS berencana untuk mengintervensi pemilihan presiden Rusia, termasuk upaya untuk mengurangi partisipasi pemilih dan menyerang sistem pemungutan suara daring. SVR belum memberikan bukti yang relevan.
Seorang juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS mengatakan pada 12 Maret bahwa "tuduhan-tuduhan ini sepenuhnya salah." "Amerika Serikat tidak pernah dan tidak akan ikut campur dalam pemilu di Rusia," kata orang tersebut. "Rusia telah lama menargetkan pemilu di Amerika Serikat dan negara-negara lain. Rusia seharusnya menghentikan perilaku ini alih-alih menyebarkan disinformasi."
Poster tentang pemilihan presiden di sebuah jalan di Rusia. Foto: TASS
Ini bukan pertama kalinya Rusia menuduh Barat berencana ikut campur dalam pemilu. Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan pada 4 Maret bahwa "misi diplomatik Barat di Rusia sedang membangun mekanisme untuk ikut campur dalam pemilu melalui proyek-proyek yang mendukung oposisi." Rusia memperingatkan bahwa upaya semacam itu "akan dianggap sebagai tindakan agresi."
Rusia dijadwalkan menyelenggarakan pemilihan presiden pada 15-17 Maret. Para kandidatnya antara lain Presiden petahana Vladimir Putin, yang mencalonkan diri sebagai calon independen, pemimpin Partai Demokrat Liberal Rusia Leonid Slutsky, anggota parlemen Vladislav Davankov, dan anggota parlemen Nikolay Kharitonov. Ini adalah pencalonan presiden kelima Putin.
Amerika Serikat akan menyelenggarakan pemilihan presiden pada bulan November. Dengan kemenangan gemilang pada Super Tuesday, Presiden AS Joe Biden dan mantan Presiden Donald Trump hampir pasti akan menjadi kandidat Demokrat dan Republik, mengulangi persaingan untuk Gedung Putih pada tahun 2020.
Nguyen Tien (Menurut Reuters )
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)