Aku masih ingat betul pagi itu, hari foto lama itu diambil. Langit biru, matahari bersinar keemasan di seluruh halaman. Orang tuaku duduk di tengah, sementara aku dan adikku berantakan, pakaian kami masih kotor setelah bermain di bawah pohon mangga. Lensa tua fotografer desa menangkap momen ketika ibuku membungkuk lembut merapikan rambutku, sementara ayahku menatapnya dan tersenyum lembut. Di belakangnya tampak dinding tanah belang-belang dan atap seng tua, tetapi cahaya yang masuk melalui jendela kecil membuat foto itu bersinar, anehnya hangat.
Kalau dipikir-pikir lagi, saya paham: kebahagiaan kadang tak butuh hal besar, cukup dengan kebersamaan, cukup dengan gelak tawa memenuhi rumah sederhana itu, itu sudah cukup.
Foto itu diambil beberapa bulan yang lalu. Rambut orang tuaku kini memutih, wajah mereka keriput tebal, tetapi senyum mereka tetap lembut seperti biasa. Kamera kembali memotret, menangkap semua senyum kami, cerah dan utuh, seolah tak ada waktu yang berlalu.
Di antara kedua foto itu terbentang perjalanan panjang dari masa kanak-kanak menuju dewasa, dari kesulitan menuju kedamaian. Saya menyadari ada benang merah tak kasat mata yang menghubungkan segalanya, yaitu cinta keluarga. Kebahagiaan masa kecil adalah berbaring di pelukan ibu saya, mendengarkan suara hujan yang jatuh di teras, diantar ayah saya ke pasar Tet dengan sepeda tua, dan hidangan sederhana yang dipenuhi tawa. Ketika saya dewasa, kebahagiaan menjadi hal-hal yang tampaknya sederhana, seperti pulang kampung untuk mengunjungi orang tua, menikmati masakan rumah bersama, mendengarkan batuk lembut ayah saya, dan suara ibu saya yang berkata: "Makanlah, Nak, kau terlalu kurus."
Saya telah berkelana ke berbagai negeri, mengambil foto-foto tak terhitung jumlahnya bersama teman dan kolega, tetapi tak satu pun yang menyentuh hati saya seperti dua foto keluarga itu. Dalam bingkai kecil itu, tak hanya ada wajah, tetapi juga kenangan, waktu, dan cinta abadi. Ada hal-hal yang dapat direkam kamera, tetapi hanya hati yang dapat benar-benar mengabadikannya.
Tiba-tiba saya berpikir, suatu hari nanti ketika foto baru itu sudah usang, anak-anak kita akan mengambil foto seluruh keluarga lagi, dengan senyum cerah yang sama. Dan kemudian, mungkin mereka akan mengerti: kebahagiaan bukan terletak pada indah atau tidaknya foto itu, melainkan pada hadirnya semua wajah yang kita sayangi dalam bingkai.
2 foto, 2 momen, tetapi kebahagiaannya tetap sama. Di tengah banyaknya perubahan dalam hidup, saya memahami satu hal yang sederhana namun mendalam: memiliki rumah untuk pulang, seseorang untuk dicintai, tersenyum bersama dalam sebuah foto, itulah kebahagiaan terlengkap yang bisa dimiliki seseorang dalam hidup.
Nguyen Thanh
Sumber: https://baodongnai.com.vn/dong-nai-cuoi-tuan/202511/tam-anh-gia-dinh-eb22c80/






Komentar (0)