Kapal pertama yang membawa hampir 200 ton makanan, air dan kebutuhan pokok telah berlabuh di pelabuhan Jalur Gaza, meresmikan koridor laut kemanusiaan dari Siprus.
"Semua barang telah dibongkar dan siap didistribusikan di Gaza," badan amal AS World Central Kitchen (WCK) mengumumkan hari ini tentang hampir 200 ton bantuan pertama yang diangkut melalui koridor bantuan laut baru.
Open Arms, kapal mitra WCK, berangkat dari pelabuhan Larnaca di Siprus pada 13 Maret dan tiba di Gaza pada 15 Maret. Presiden Siprus Nikos Christodoulides mengatakan Open Arms telah mulai kembali ke pelabuhan negaranya dan kapal kedua sedang bersiap untuk berangkat.
Kapal kedua yang membawa 240 ton bantuan berlabuh di pelabuhan Larnaca, menunggu sinyal keberangkatan. WCK mengatakan pengiriman baru tersebut mencakup makanan kaleng dan pakaian.
Selain itu, kereta kedua membawa dua forklift dan sebuah derek untuk mendukung pengangkutan barang ke Gaza di masa mendatang. Delapan pekerja untuk mengoperasikan mesin dan membongkar bantuan juga akan mendampingi konvoi ke Gaza.
Kapal bantuan kemanusiaan pertama dari Republik Siprus tiba di Gaza pada 15 Maret. Foto: AFP
Pelayaran perdananya menandai keberhasilan awal koridor laut baru yang diluncurkan WCK, bersama dengan badan amal Open Arms dari Spanyol, Uni Emirat Arab (UEA), dan Siprus, dalam upaya untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada masyarakat di Jalur Gaza.
"Kami berharap koridor laut yang baru dibuka ini, bersama dengan koridor bantuan di darat, akan membantu mengatasi masalah kelaparan bagi masyarakat di wilayah tersebut," demikian pengumuman Open Arms, pemasok kapal tersebut, di jaringan X pada 14 Maret.
Warga di Jalur Gaza mengaku terpaksa memakan tanaman liar atau pakan ternak. Beberapa warga bahkan menyerbu konvoi bantuan ke Gaza untuk mencuri makanan.
Seiring memburuknya situasi, banyak negara dan organisasi internasional mengirimkan pasokan melalui udara dan laut. Angkatan Udara Jerman menyatakan pada 16 Maret bahwa mereka telah berhasil melaksanakan pengiriman bantuan pertama ke Gaza utara.
Konflik Israel-Hamas pecah pada awal Oktober 2023, setelah kelompok bersenjata itu menyerang Israel selatan, menewaskan lebih dari 1.100 orang dan menculik sekitar 250 orang.
Israel telah melancarkan serangan balasan terhadap Hamas di Gaza, menewaskan lebih dari 31.500 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dalam pertempuran berbulan-bulan.
Thanh Tam (Menurut Politico, AFP, Reuters )
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)