
Para wartawan mengambil foto ruas jalan tol Bien Hoa - Vung Tau yang melintasi Kota Ho Chi Minh pada hari pembukaan lalu lintas teknis pada bulan April 2025 - Foto: DONG HA
Berita terkini sering menyebar dengan cepat di media sosial. Bisa benar atau salah.
Peran pers dan media arus utama di era ledakan berita palsu
Di era digital , informasi tidak lagi hanya diproduksi oleh jurnalis atau media arus utama. Siapa pun bisa menjadi "produsen konten", siapa pun bisa menjadi "juru bicara" di halaman pribadi, dan siapa pun bahkan bisa "memanipulasi psikologi" dari informasi yang "diproduksi sendiri".
Namun, di antara informasi tersebut, berita palsu cenderung menyebar lebih cepat daripada berita nyata karena sifatnya yang sensasional, mengejutkan, dan menarik emosi langsung banyak pembaca.
Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat media digital cenderung memiliki “refleks instan” – istilah sosiologis yang digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika masyarakat menerima informasi tanpa filter, dan bereaksi berdasarkan emosi sesaat, seringkali marah, terkejut, atau frustrasi.
Dalam konteks dan situasi tersebut, media arus utama ibarat "topeng informasi" untuk menyaring berita palsu dan mengklarifikasi fakta.
Jika berita palsu dianggap sebagai "virus informasi", maka masyarakat membutuhkan sistem kekebalan kolektif yang cukup kuat untuk menghindari manipulasi, perpecahan, atau penyesatan.
Kekebalan semacam itu tidak dapat dihasilkan dengan sendirinya, tetapi perlu dipupuk melalui tindakan proaktif, sinkron, dan terus-menerus dari seluruh sistem politik , media, dan setiap individu.
Apa yang harus dilakukan untuk memiliki "sistem kekebalan sosial" terhadap berita palsu?
Untuk memiliki sistem kekebalan sosial terhadap berita palsu diperlukan peran serta lembaga manajemen, lembaga pers dan media, serta pembaca dan pengguna media sosial.
Pertama-tama, lembaga pengelola media perlu memperkuat kerangka hukum dan terus menyempurnakan regulasi pengelolaan informasi di dunia maya. Khususnya, perlu ada sanksi dan penegakan hukum yang tegas terhadap tindakan penyebaran berita bohong, informasi palsu yang menyebabkan kebingungan publik atau merugikan reputasi organisasi dan individu.
Pada saat yang sama, diperlukan suatu badan khusus yang dapat menerima, memverifikasi, dan menanggapi dengan cepat berita yang diduga palsu.
Regulator harus mewajibkan platform media sosial untuk menggunakan algoritma untuk mengendalikan konten yang menyesatkan dan menandai unggahan yang tidak diverifikasi.
Dengan lembaga pers, media terus menegaskan perannya dalam kritik dan kepemimpinan .
Di tengah badai berita palsu, masyarakat membutuhkan sumber informasi tepercaya untuk ditelusuri. Pers dan media arus utama perlu menjadi "pelampung" opini publik, membantu pembaca membedakan antara kebenaran dan kebohongan yang disamarkan dengan cerdik.
Bagi pembaca dan pengguna media sosial, mereka perlu mengembangkan "antibodi" alami terhadap berita palsu. Mereka perlu dibekali dengan pengetahuan, keterampilan analitis, serta kemampuan untuk memeriksa sumber informasi, dan bertanya pada diri sendiri sebelum setiap informasi dibagikan.
Lebih jauh lagi, orang-orang juga dapat menanggapi misinformasi, melaporkan unggahan yang merugikan, dan membagikan sumber yang dapat dipercaya untuk membantu menyebarkan kebenaran.
Penting bagi masyarakat untuk memiliki mekanisme kekebalan, yaitu kemampuan untuk mendeteksi, bereaksi, dan melawan invasinya, melalui ekosistem informasi yang transparan, akurat, dan bertanggung jawab.
Kekebalan sosial terhadap berita palsu tidak datang dari satu individu atau organisasi saja, tetapi merupakan hasil koordinasi berlapis-lapis: hukum, media, teknologi, dan budaya informasi warga negara.
Ketika setiap orang menjadi "antibodi" - waspada, kritis dan bertanggung jawab - maka berita palsu tidak akan punya tempat lagi untuk bertahan hidup.
Berita palsu dapat menyebar dengan cepat, tetapi kebenaran, jika dilindungi dengan benar oleh hukum, oleh pers dan oleh masyarakat yang waspada... tetap dapat menang.
Itulah filosofi landasan sosial yang progresif, landasan bangsa yang demokratis, adil, beradab, dan kuat. Filosofi ini juga menjadi dasar terciptanya tatanan sosial yang harmonis, tempat orang-orang dapat hidup, bekerja, dan berkembang dalam lingkungan yang damai dan saling menghormati.
Source: https://tuoitre.vn/thoi-ma-ai-cung-co-the-xuat-ban-tin-xa-hoi-phai-co-he-mien-dich-voi-tin-gia-20250808091458065.htm






Komentar (0)