Ketika empati menjadi kekuatan untuk terhubung
Burung bangau kertas yang berserakan di lantai dulunya merupakan simbol harapan rapuh seorang anak autis yang selalu diamati Hung Anh. Setiap lipatan merupakan momen konsentrasi, tanda kesabaran, tetapi juga kesepian jiwa yang hidup di dunianya sendiri. "Dia tidak sakit, melainkan seorang jenius yang pendiam. Orang lain menganggap autisme sebagai tembok, saya melihatnya sebagai bentuk bahasa yang berbeda," ungkap Hung Anh tentang sepupunya.

Dari pemahaman tersebut, Hung Anh memprakarsai Artism, sebuah situs web interaktif tempat anak-anak autis dapat mengunggah gambar yang belum selesai, sehingga pemirsa dapat "menggeser ke kanan" dan menyelesaikan separuh sisanya.
"Kreasi bersama menjadi sebuah bentuk dialog. Bersama-sama mereka melukis langit dengan bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya, mengubah manusia tongkat menjadi pahlawan super, dan menghiasi taman-taman yang indah dengan harmoni imajinatif. Yang tersisa bukan sekadar kasih sayang, melainkan kegembiraan, pengakuan, dan empati," jelas Hung Anh.
Hanya beberapa bulan setelah peluncurannya, lebih dari 200 lukisan hasil karya bersama telah dibagikan di berbagai platform media sosial, menjangkau lebih dari 10.000 pemirsa. Namun bagi Hung Anh, jumlah tersebut tidak sepenting transformasi emosional para peserta. "Anak-anak yang dulunya disalahpahami kini telah menjadi teman dalam berkarya seni. Dua dunia yang tampaknya terpisah mulai berpotongan melalui warna, imajinasi, dan cerita," ujar Hung Anh.
Dari perjalanan bersama sepupunya, Hung Anh menyadari bahwa mendongeng bukan hanya sarana ekspresi diri, tetapi juga jembatan penghubung. Komunikasi bukan lagi alat untuk mendukung anak autis, melainkan kanvas untuk membangun koneksi.
Perjalanan anak muda yang berani mendengar dan memimpin
Hung Anh tidak hanya penyayang, tetapi juga seorang siswa berprestasi dengan rekam jejak prestasi yang mengesankan. Ia memenangkan juara ketiga tingkat nasional di kelas 11 dan juara pertama tingkat kota selama dua tahun berturut-turut dalam Kompetisi Sastra untuk Siswa Berprestasi.

Profesor Tran Nho Thin, Universitas Ilmu Sosial dan Humaniora - Universitas Nasional Vietnam, Hanoi, berkomentar: “Saya jarang bertemu mahasiswa berbakat dan inspiratif seperti beliau. Hung Anh memiliki hasrat yang kuat untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Ia memandang sastra sebagai prisma untuk menjelajahi dunia yang penuh warna. Di kelas, Hung Anh sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan tajam, yang membuat teman-teman dan dosen merenung. Keterbukaannya terhadap perspektif multidimensi dan keinginannya untuk memahami hakikat permasalahan secara mendalam menunjukkan kualitas seorang cendekiawan sejati.”
Prestasi akademis diiringi dengan semangat kepemimpinan kreatif. Sebagai Presiden Ams Wide Web Media Club di Hanoi - Amsterdam High School for the Gifted, Hung Anh pernah menghadapi krisis besar ketika halaman penggemarnya yang memiliki lebih dari 40.000 pengikut diretas.
Wakil Kepala Sekolah Duong Tu Anh mengenang: “Ia hampir menangis, tetapi tetap tenang untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hung Anh mengusulkan pembuatan video promosi perintis untuk sekolah tersebut. Upayanya membuahkan hasil karena video tersebut sukses besar dan berkontribusi pada kebangkitan Klub.”
Tak berhenti di situ, menghadapi kelelahan anggota timnya, Hung Anh secara proaktif merancang sistem penjadwalan berbasis AI untuk mengoptimalkan jadwal kerja. "Hanya dalam satu minggu, saya berhasil menghadirkan solusi yang lengkap," ujar Ibu Tu Anh.
Pengalaman-pengalaman itu telah membentuk pola pikir kepemimpinan yang berpusat pada empati, titik temu antara kemanusiaan dan teknologi.
Ketika ditanya tentang arah masa depannya, mahasiswa baru RMIT ini mengungkapkan keinginannya untuk "mengubah media menjadi alat untuk dampak sosial". Hung Anh berencana untuk mempelajari Komunikasi Profesional dan mendirikan laboratorium media dampak sosial di mana mahasiswa dapat bereksperimen dan memecahkan masalah sosial menggunakan kekuatan media massa yang begitu besar.
Profesor Tran Nho Thin menulis dalam surat rekomendasinya kepada RMIT: “Hung Anh tidak hanya akan bersinar dalam studinya tetapi juga akan menjadi pemimpin yang baik, dengan perspektif baru dan membawa nilai-nilai berkelanjutan kepada komunitas mahasiswa dan dosen RMIT.”
Dari melipat burung bangau kertas dalam diam hingga berkolaborasi dalam melukis daring, perjalanan Hung Anh menunjukkan bahwa mendengarkan dapat menciptakan perubahan, dan empati dapat menjadi sebuah tindakan membangun hubungan antarmanusia. Dunia anak-anak autis yang sunyi telah berbicara, dengan warna, imajinasi, dan hati seorang anak muda yang berani mendengarkan.
Sumber: https://baotintuc.vn/giao-duc/lang-nghe-the-gioi-thinh-lang-cua-tre-tu-ky-qua-tung-net-ve-20251029115946915.htm






Komentar (0)