
Semakin banyak bisnis yang menghadapi masalah karyawan yang menggunakan AI untuk membuat faktur palsu - Foto: PandaPaperroll
Menurut Financial Times , semakin banyak bisnis di seluruh dunia menghadapi masalah karyawan yang memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk membuat faktur palsu dan mengklaim pembayaran secara curang.
Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan teknologi besar seperti OpenAI dan Google telah meluncurkan model pembuatan gambar AI generasi berikutnya, yang menyebabkan lonjakan faktur palsu yang dihasilkan menggunakan teknologi ini.
Menurut perusahaan keamanan siber AppZen, 14% dari dokumen palsu yang terdeteksi pada bulan September adalah faktur palsu yang dihasilkan oleh AI, dibandingkan dengan nol pada periode yang sama tahun lalu.
Sementara itu, perusahaan Fintech Lamps mengungkapkan bahwa perangkat lunak barunya mendeteksi permintaan pengembalian dana palsu senilai lebih dari $1 juta hanya dalam 90 hari.
Para ahli keamanan siber meyakini bahwa setelah OpenAI meluncurkan versi GPT-40 yang telah ditingkatkan pada bulan Maret, jumlah faktur palsu yang dihasilkan oleh AI meningkat tajam.
Surat kabar bisnis Maeil, mengutip komentar Financial Times , melaporkan bahwa faktur-faktur ini hampir tidak dapat dibedakan dari faktur asli – mulai dari lipatan kertas dan tanda tangan hingga detail barang dan logo restoran.
Sebelumnya, memalsukan faktur seringkali membutuhkan layanan pengeditan foto berbayar atau menyewa layanan pemalsuan dokumen daring. Kini, hanya dengan beberapa baris deskripsi, AI dapat membuat faktur palsu dalam hitungan detik.
Sebagai respons terhadap situasi ini, banyak bisnis telah menerapkan perangkat lunak manajemen keamanan berbasis AI untuk mendeteksi faktur palsu canggih yang sulit diidentifikasi oleh manusia.
Sistem ini dapat memindai dan menganalisis gambar faktur, memeriksa metadata, melacak server penyimpanan, menentukan kapan gambar diambil, atau mencocokkan informasi perjalanan karyawan untuk mendeteksi tanda-tanda penipuan.
Para ahli memperingatkan bahwa perkembangan AI yang pesat membuat penipuan keuangan semakin canggih dan sulit dikendalikan. Jika bisnis tidak berinvestasi dalam teknologi deteksi penipuan modern, mereka dapat mengalami kerugian finansial yang signifikan dan risiko reputasi dalam manajemen internal.
Sumber: https://tuoitre.vn/dung-ai-tao-hoa-don-gia-thu-doan-gian-lan-moi-khien-nhieu-doanh-nghiep-lao-dao-20251028112709942.htm






Komentar (0)