Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu
Kantor berita AFP pada tanggal 30 April mengutip Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengatakan bahwa pasukan negaranya akan melakukan operasi terhadap Hamas di kota Rafah di Jalur Gaza selatan, terlepas dari apakah gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera tercapai atau tidak.
"Gagasan bahwa kita akan menghentikan perang sebelum mencapai semua tujuan kita adalah mustahil. Kita akan memasuki Rafah dan melenyapkan batalion Hamas di sana dengan atau tanpa kesepakatan, untuk mencapai kemenangan total," tegasnya.
Menteri Luar Negeri AS mengatakan Hamas harus menerima kesepakatan gencatan senjata yang 'sangat murah hati' dari Israel
Komentar Netanyahu muncul saat Hamas mempertimbangkan rencana gencatan senjata terbaru yang diusulkan dalam pembicaraan di Mesir yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar, yang telah meningkatkan harapan berakhirnya konflik.
Hamas mengatakan pihaknya sedang mempertimbangkan rencana gencatan senjata selama 40 hari dan pertukaran beberapa sandera dengan lebih banyak tahanan Palestina.
Seorang pejabat Israel mengatakan negaranya "akan menunggu jawaban hingga Rabu malam (1 Mei)" dan kemudian "membuat keputusan" apakah akan mengirim negosiator ke Mesir.
Sementara itu, Al Jazeera mengutip kepala Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini yang menyatakan kekhawatirannya bahwa pengerahan militer Israel di Rafah akan menghambat perundingan gencatan senjata di Gaza.
Kemungkinan kemajuan seperti itu “sepenuhnya bergantung pada apakah gencatan senjata tercapai minggu ini,” katanya.
Warga Palestina belum diminta untuk mengungsi dari Rafah, katanya, tetapi "ada perasaan bahwa jika tidak ada gencatan senjata minggu ini, hal itu bisa terjadi kapan saja."
[iklan_2]
Tautan sumber






Komentar (0)