
Dalam konferensi pers tersebut, Wakil Direktur Departemen Impor-Ekspor, Tran Thanh Hai, meninjau perkembangan penerapan pajak resiprokal. Ia menunjukkan bahwa sejak 2 April, Amerika Serikat telah mengumumkan penerapan pajak resiprokal kepada sejumlah negara, tetapi pada 9 April, diputuskan untuk menangguhkan sementara penerapannya selama 90 hari. Hal ini memungkinkan negara-negara, termasuk Vietnam, untuk tetap mempertahankan tarif pajak lama selama masa penangguhan.
Sedangkan untuk Tiongkok, tarif pajak tertinggi yang diusulkan AS adalah 145%. Namun, setelah perjanjian pada 12 Mei, tarif pajak ini diturunkan menjadi 30%. Perubahan pesat ini telah mendorong ekspor barang-barang Tiongkok ke AS secara signifikan, karena para pelaku bisnis memanfaatkan periode pengurangan pajak yang signifikan ini.
Hal ini menyebabkan tingginya konsentrasi barang, kapal, dan kontainer di wilayah ini, yang menyebabkan tarif pengiriman meningkat tajam. Menurut Bapak Hai, situasi ini mirip dengan pandemi Covid-19, terutama pada rute dari Asia ke Pantai Barat Amerika Serikat.
“Biaya pengiriman kontainer 40 kaki dari Asia ke Pantai Barat Amerika Serikat dulu berkisar antara $2.500 hingga $3.000, tetapi sekarang bisa naik hingga $4.000 atau lebih,” kata Bapak Hai.
Selain itu, kekurangan kontainer lokal juga mulai terlihat, tidak hanya di China atau Vietnam tetapi juga di negara lain di kawasan seperti Indonesia, Thailand atau Malaysia.
Namun, Kementerian Perindustrian dan Perdagangan serta Administrasi Maritim Vietnam menilai bahwa kekurangan peti kemas di Vietnam tidak meluas. Beberapa tempat memang mengalami kesulitan, tetapi tidak separah saat puncak pandemi Covid-19.
Selain itu, konflik antara Israel dan Iran juga memengaruhi aktivitas pelayaran internasional. Wilayah ini mencakup banyak selat dan rute pelayaran strategis seperti Selat Hormuz dan Terusan Suez.
Jika kapal pengapalan menghindari kawasan itu dan berputar mengelilingi Afrika, biaya pengapalan akan terus meningkat, yang memengaruhi biaya ekspor ke Eropa dan Pantai Timur AS.
Dengan kenyataan di atas, Tn. Tran Thanh Hai menyarankan agar pelaku bisnis perlu memperbarui situasi untuk berkoordinasi dengan mitra impor atau ekspor.
Pada saat yang sama, kehati-hatian lebih besar diperlukan dalam menandatangani kontrak terkait transportasi, logistik, dan pengiriman barang untuk membatasi risiko, terutama dalam konteks situasi yang tidak biasa seperti kapal yang tertunda atau kapal yang terkena dampak konflik.
Perusahaan juga harus mempertimbangkan opsi transportasi alternatif. Khususnya, jalur kereta api intermodal ke Eropa saat ini tersedia dan merupakan solusi potensial. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan, bersama dengan Kementerian Konstruksi dan Kementerian Keuangan, terus memantau perkembangan pasar logistik secara ketat untuk memberikan rekomendasi dan dukungan yang tepat waktu kepada para pelaku bisnis,” tegas Bapak Hai.
Sumber: https://hanoimoi.vn/thue-doi-ung-va-gia-cuoc-van-tai-hai-van-de-nong-tai-hop-bao-bo-cong-thuong-706124.html






Komentar (0)