Perusahaan disaring dari basis data perusahaan Vietnam dalam studi peringkat Laporan Vietnam dalam industri Bahan Konstruksi (VLXD), dengan data keuangan diperbarui hingga 31 Desember 2024, dikombinasikan dengan penggunaan metode Pengodean Media (pengodean data pers di media), survei subjek penelitian dan pemangku kepentingan.

foto 1.jpg

Industri Bahan Bangunan 2024-2025: Dari pemulihan hingga menemukan pendorong pertumbuhan baru

Pada tahun 2024, industri bahan bangunan Vietnam akan pulih secara positif berkat urbanisasi yang pesat, investasi publik berskala besar, dan kebijakan dukungan, dengan hasil baja mentah mencapai 21,98 juta ton (naik 14%), semen 91 juta ton (naik 2%), ubin keramik 450 juta m² (naik 15%), keramik saniter 14,5 juta produk (naik 15%), meskipun kaca konstruksi menurun sebesar 16% (147 juta m²).

Menurut statistik Laporan Vietnam, situasi bisnis perusahaan bahan bangunan telah membaik secara signifikan, meskipun terdapat tekanan dari biaya bahan baku. Persentase perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan lebih dari 25% menurun tajam menjadi 11,2%, sementara persentase perusahaan yang mencapai pertumbuhan pendapatan meningkat menjadi 45,9%. Dalam hal laba, 49,0% perusahaan mencatat pertumbuhan lebih dari 25%.

gambar 22.jpg
Sumber: Laporan Vietnam, Statistik dari data peringkat

Namun, volatilitas harga tetap menjadi tantangan utama, dengan indeks harga perumahan dan bahan bangunan meningkat sebesar 26% dari Januari 2019 hingga Februari 2025. Harga baja akan naik sebesar VND300.000-400.000/ton mulai Agustus 2024, semen sebesar VND50.000/ton, sementara harga pasir dan batu akan meningkat karena pembatasan penambangan. Pada awal 2025, harga bahan bangunan akan lebih stabil, menciptakan kondisi bagi proyek konstruksi untuk pulih, tetapi bisnis masih perlu menemukan pendorong pertumbuhan baru.

Menurut survei bisnis Vietnam Report, enam pendorong utama pertumbuhan industri pada periode 2021-2025 meliputi: Peningkatan investasi publik, perbaikan infrastruktur (84,6%); Kebijakan dukungan pemerintah (61,5%); Pemulihan ekonomi (61,5%); Pengembangan lini produk baru, diversifikasi kegiatan bisnis (53,8%); Urbanisasi yang pesat (46,2%); Peningkatan kuat aliran modal FDI ke Vietnam (38,5%).

Selain faktor pertumbuhan domestik, pasar ekspor membuka ruang yang luas bagi industri ini. Setelah 5 tahun terdampak perang dagang AS-Tiongkok, Vietnam telah memanfaatkan keunggulan geopolitiknya untuk menjadi tujuan strategis baru bagi bisnis AS dan Barat. Meskipun kapasitas industri bahan bangunan Vietnam masih kecil dibandingkan skala global, potensi ekspornya masih sangat menjanjikan seiring dengan peningkatan permintaan infrastruktur yang kuat. Menurut survei Vietnam Report, 45,7% pelaku bisnis menilai potensi ekspor dari tinggi hingga sangat tinggi, dengan 92,3% berencana untuk berekspansi ke luar negeri dalam 1-3 tahun ke depan, terutama ke pasar Asia (45,0%), Amerika (26,7%), dan Eropa (23,1%).

Menurut Laporan Vietnam, 5 strategi prioritas perusahaan bahan bangunan pada periode 2024-2025 meliputi: Mempromosikan investasi dan mengembangkan aplikasi teknologi; Berfokus pada pembangunan citra merek dan pemasaran; Meningkatkan tanggung jawab sosial, mempromosikan pembangunan berkelanjutan; Merestrukturisasi perusahaan, merampingkan sumber daya manusia; Memperkuat manajemen risiko, terutama manajemen keuangan.

Meruntuhkan hambatan, membuka jalan bagi material ramah lingkungan

Transformasi hijau bukan hanya tren, tetapi juga kebutuhan strategis. Proporsi perusahaan yang memprioritaskan CSR dan pembangunan berkelanjutan akan meningkat dari 61,5% pada tahun 2024 menjadi 76,9% pada tahun 2025, menunjukkan visi strategis jangka panjang untuk memenuhi standar ESG (lingkungan, sosial, tata kelola).

Dengan meningkatnya laju urbanisasi dan permintaan konstruksi, industri bahan bangunan Vietnam menghadapi tekanan besar dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan. Meskipun beberapa hasil luar biasa telah dicapai, proses transformasi hijau di industri ini masih memiliki banyak keterbatasan, yang membutuhkan upaya bersama dari berbagai pihak terkait.

Menurut survei yang dilakukan Vietnam Report, hambatan terbesar implementasi ESG saat ini adalah: Kerangka hukum tidak transparan dan jelas (53,8%); Informasi tidak memadai (46,2%); Keterbatasan finansial (38,5%); Karyawan kurang memiliki pengetahuan dan keahlian di bidang ESG (30,8%); Skala bisnis terbatas (30,8%)...

gambar 33.jpg
Sumber: Laporan Vietnam, Survei perusahaan bahan bangunan

Di sisi lain, dalam beberapa tahun terakhir, perubahan perilaku konsumen material konstruksi dan interior cukup nyata. Sebelumnya, kebutuhan dasar masyarakat terfokus pada kepemilikan rumah, sarana transportasi, dan kondisi hidup yang esensial. Namun, Vietnam memasuki siklus ekonomi baru, dengan kelas menengah yang diperkirakan akan meningkat tajam, yang menyebabkan pergeseran perilaku konsumen dari berfokus pada kepemilikan menjadi peningkatan kualitas hidup. Khususnya, generasi muda—yang saat ini mencakup sekitar 47% populasi—mengharapkan lebih banyak ruang hidup daripada sekadar memiliki rumah.

Selain estetika dan kenyamanan, konsumen semakin memperhatikan keberlanjutan material konstruksi dan furnitur. Produk tidak hanya harus tahan lama dan indah, tetapi juga ramah lingkungan. Tren ini mencerminkan meningkatnya kesadaran masyarakat akan perlindungan lingkungan, dan sekaligus menuntut industri material konstruksi untuk memenuhi standar ramah lingkungan, yang berkontribusi dalam membangun pasar yang lebih berkelanjutan.

Thuy Nga