Francesco Marconi, penulis The Journalist, percaya bahwa masa depan ruang redaksi bergantung pada investasi pada manusia dan teknologi.
Dalam The Journalist: Artificial Intelligence and the Future of Journalism , Francesco Marconi—pelopor penggunaan AI dalam jurnalisme di Associated Press dan Wall Street Journal —melihat kembali potensi teknologi tersebut.
Dia menjelaskan bagaimana reporter, editor, dan ruang berita dari semua ukuran dapat memanfaatkan kekuatan yang mereka berikan untuk mengembangkan cara baru dalam menceritakan kisah yang dapat terhubung dengan pembaca.
Intuisi jurnalistik dan kecerdasan mesin
Melalui studi kasus, Marconi memaparkan tantangan dan peluang yang dihadirkan AI, dan menekankan poin bahwa AI dapat meningkatkan — bukan mengotomatiskan — jurnalisme.
Marconi mengutip data survei dari Reuters Institute for the Study of Journalism, yang menunjukkan bahwa 78% responden percaya bahwa berinvestasi dalam AI diperlukan, sementara 85% percaya bahwa jurnalis akan membantu ruang redaksi mengatasi tantangan masa depan.
Penulis berpendapat bahwa masa depan ruang redaksi bergantung pada investasi pada manusia dan teknologi, di mana intuisi jurnalistik dan kecerdasan mesin bekerja sama.
Memanfaatkan mesin untuk mencari dan menganalisis data dapat memaparkan ruang redaksi pada topik-topik baru, menambah banyak konteks pada pelaporan, dan membuka saluran komunikasi yang transparan dengan pembaca.
Misalnya, Financial Times menggunakan AI untuk mengembangkan “She Said He Said,” sebuah bot yang secara otomatis mengetahui apakah sumber yang dikutip dalam sebuah artikel adalah laki-laki atau perempuan.
Sistem ini bekerja dengan menggunakan algoritma analisis teks yang mencari kata ganti dan nama diri untuk menentukan jenis kelamin orang yang disebutkan dalam sebuah artikel. Saat reporter menulis artikel, bot akan memberi tahu mereka jika terdapat ketidakseimbangan gender.
Buku Jurnalis - Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Jurnalisme yang diterbitkan oleh Tre Publishing House - Foto: HO LAM
Mengumpulkan berita melalui sensor dan memenangkan Hadiah Pulitzer
Penulis buku "The Journalist" juga berpendapat bahwa saat ini, sumber berita tidak hanya berasal dari orang-orang tetapi juga dari perangkat pintar seperti: sensor di kendaraan, perangkat transmisi data yang melacak pergerakan juga dapat memberikan lebih banyak konteks untuk berita.
Sensor pintar dapat menyediakan data tentang lalu lintas, cuaca, kepadatan penduduk, atau konsumsi energi. Dengan perangkat serupa, jurnalis dapat memantau getaran dan kebisingan dari berbagai acara.
Seperti menentukan lagu paling populer di sebuah konser, pertandingan paling berpengaruh dalam sebuah turnamen.
Atau memantau getaran lokasi konstruksi untuk mengukur dampaknya terhadap penduduk dan bisnis di sekitarnya," Marconi menganalisis.
Contoh nyatanya adalah South Florida Sun Sentinel, yang menggunakan sensor GPS untuk melacak petugas polisi yang sedang tidak bertugas yang ngebut. Atas liputan mereka, mereka memenangkan Penghargaan Pulitzer untuk Layanan Publik tahun 2013.
Beberapa organisasi berita bahkan bereksperimen dengan sensor bertenaga AI. Peneliti Stephanie Ho, yang bekerja sama dengan program jurnalisme Studio 20 Universitas New York, mengembangkan prototipe kamera bersensor untuk reporter dan fotografer Associated Press yang bekerja di acara publik besar.
Sensor ini akan memantau seluruh ruang untuk mendeteksi pemicu, seperti kebisingan, dan saat pemicu tersebut mencapai ambang batas tertentu, sensor akan mengambil foto dan mengirimkannya melalui email kepada reporter.
Meskipun mengalami kemajuan, menurut penulis, banyak ruang redaksi memandangnya sebagai ancaman, melihat hilangnya profesi di dalamnya. "Dari perspektif yang lebih tepat, kemajuan teknologi tidak menggantikan cara tradisional dalam mencari berita, melainkan memperluas pendekatan ruang redaksi terhadap data dan wawasan," komentar Marconi.
Francesco Marconi adalah seorang jurnalis, peneliti komputer, dan salah satu pendiri Applied XL.
Dia adalah kepala R&D di Wall Street Journal , memimpin tim ilmuwan , jurnalis yang mengkhususkan diri dalam data dan algoritma dalam jurnalisme untuk mengembangkan alat data untuk ruang redaksi.
Sebelum bergabung dengan Wall Street Journal , ia bekerja sebagai manajer strategi di Associated Press , memimpin upaya otomatisasi konten dan AI.
Sumber: https://tuoitre.vn/tuong-lai-cua-cac-toa-soan-20250620094211475.htm
Komentar (0)