Para ilmuwan telah menghabiskan banyak waktu untuk mencoba menjelaskan rahasia di balik kemampuan manusia untuk memakan makanan pedas.
Li Yongzhi, warga Henan , Tiongkok, memukau dengan kemampuannya menyantap makanan pedas - Foto: Imaginechina/Splash News
Sebuah artikel terkini di majalah Varsity Universitas Cambridge berbagi informasi menarik tentang kemampuan manusia untuk memakan makanan pedas.
Pertama, mari kita pahami apa yang membuat makanan "pedas". Sensasi pedas yang berbeda-beda—terbakar, menggelitik, tajam, hangat—sebenarnya berasal dari sumber dan bahan kimia yang berbeda.
Misalnya, cabai mengandung capsaicin, yang menimbulkan sensasi terbakar, sedangkan hidroksi-alfa sanshool dalam cabai Sichuan menimbulkan sensasi mati rasa.
Masing-masing zat kimia ini bekerja pada reseptor protein yang berbeda pada saraf di lidah, menyebabkan sensasi nyeri yang berbeda disertai ciri-ciri menarik seperti air liur, hidung meler, dan mata berair.
Tapi mengapa sebagian orang jago makan pedas sementara yang lain payah? Coba perhatikan kasus cabai dan capsaicin, dan Anda mungkin akan menemukan beberapa alasannya.
Pertama, ilmuwan menyalahkan gen.
Secara spesifik, kapsaisin bekerja pada reseptor TRPV1 pada sel saraf perasa nyeri. Perbedaan kecil pada gen (disebut mutasi) antar individu dapat mengubah sensitivitas reseptor ini terhadap kapsaisin.
Kapsaisin mengikat bagian spesifik reseptor TRPV1 untuk mengaktifkan saraf. Perubahan asam amino di area ini dapat mengurangi sensitivitas, sehingga diperlukan konsentrasi kapsaisin yang lebih rendah untuk menghasilkan respons.
Menurut penelitian Outi Törnwall dari Departemen Ilmu Pangan dan Lingkungan, Universitas Helsinki (Finlandia), faktor genetik dapat menjelaskan 15-58% perbedaan tingkat kenikmatan makanan pedas. Sisanya, 42-85%, bergantung pada faktor lain.
Alasan selanjutnya adalah budaya. Sebuah studi di Universitas Pennsylvania (AS) mengeksplorasi bagaimana budaya dan norma sosial memengaruhi toleransi terhadap rasa pedas.
Cabai rawit yang sangat pedas di desa Zapotec (Meksiko) - Foto: GRC
Studi ini mewawancarai dan mengamati 125 orang di desa tradisional Zapotec di Meksiko, di mana setiap orang berusia 6 tahun ke atas makan tiga kali sehari yang mengandung cabai.
Pada saat yang sama, 56 orang Amerika - yang rata-rata hanya makan makanan pedas 2,62 kali seminggu - juga disurvei secara serupa.
Hasilnya menunjukkan semua peserta merasakan sensasi terbakar yang sama.
Namun, orang yang rutin mengonsumsi cabai lebih menikmati sensasinya. Mereka membentuk hubungan yang lebih kuat antara rasa sakit dan kenikmatan, yang disebut "transfer hedonistik".
Dalam banyak budaya, memakan cabai juga dianggap sebagai simbol kekuatan, keberanian, dan kejantanan.
Usia dan pengalaman juga memainkan peran besar dalam toleransi rempah-rempah.
Umumnya, orang yang lebih muda merasa makanan pedas lebih tajam karena sensitivitas sensorik yang meningkat. Sebaliknya, orang lanjut usia yang telah mengonsumsi makanan pedas dalam jangka waktu lama mungkin kurang sensitif terhadap capsaicin karena hilangnya reseptor rasa sakit setelah paparan jangka panjang.
Selain itu, orang yang rutin mengonsumsi makanan pedas juga terbiasa dengan rasa tersebut berkat mekanisme berkurangnya sensitivitas reseptor.
Paparan capsaicin dalam jangka panjang menyebabkan reseptor TRPV1 menjadi kurang efektif atau bahkan mengalami degenerasi, sehingga mengakibatkan jumlah reseptor lebih sedikit dan sensitivitas berkurang.
Rasa pedas tidak tergolong salah satu rasa dasar seperti manis, asin, asam, pahit dan umami - Foto: MELINDA'S FOOD
Mengonsumsi makanan pedas memang bermanfaat, tetapi harus dilakukan secukupnya.
Meskipun kita sering menganggap rasa pedas sebagai salah satu rasa dalam makanan, menurut BBC, rasa pedas sebenarnya tidak tergolong sebagai salah satu rasa dasar seperti manis, asin, asam, pahit dan umami.
Sebaliknya, sensasi pedas merupakan respons reseptor rasa sakit di mulut terhadap capsaicin, senyawa yang ditemukan dalam cabai.
Ketika capsaicin menstimulasi reseptor ini, otak menerima sinyal yang mirip dengan paparan suhu tinggi, sehingga menimbulkan sensasi terbakar.
Selain merangsang indra perasa, makanan pedas juga memiliki banyak manfaat kesehatan. Kapsaisin dalam cabai memiliki kemampuan untuk melancarkan sirkulasi darah, mendukung penurunan berat badan, melindungi jantung, dan menyehatkan kulit.
Namun, konsumsi makanan pedas perlu diatur dengan tepat untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
Menariknya, tidak semua hewan dapat merasakan makanan pedas.
Burung, misalnya, tidak terpengaruh oleh capsaicin dan dapat memakan cabai tanpa merasakan pedas. Kemampuan ini membantu mereka menyebarkan biji cabai melalui kotorannya, sehingga membantu reproduksi dan penyebaran cabai di alam liar.
[iklan_2]
Sumber: https://tuoitre.vn/vi-sao-co-nguoi-an-cay-cuc-sieu-nguoi-khong-biet-an-20250110170224799.htm
Komentar (0)