Vietnam dan Kuba berjarak setengah dunia, tetapi hati kedua bangsa selalu dekat dan berdetak bersama.
Sekretaris Jenderal dan Presiden To Lam bertemu dengan Perdana Menteri Kuba Manuel Marreo Cruz pada sore hari tanggal 26 September (waktu setempat) - Foto: VNA
Kunjungan kenegaraan ini, yang juga merupakan kunjungan pertama Sekretaris Jenderal dan Presiden To Lam ke Kuba, sekali lagi memperlihatkan kasih sayang yang teramat istimewa.
Atas undangan Sekretaris Pertama Komite Sentral Partai Komunis Kuba, Presiden Kuba Miguel Diaz Canel Bermudez dan istrinya, pada tanggal 25 September, Sekretaris Jenderal dan Presiden To Lam beserta istrinya tiba di ibu kota Havana.
Cinta yang murni dan setia
Sudah lebih dari 45 tahun sejak mahasiswa Nguyen Viet Thao pertama kali menginjakkan kaki di Kuba. Ia telah memiliki banyak kesempatan untuk kembali sejak saat itu, menyaksikan perubahan dan perkembangan di negara tetangga tersebut.
"Setiap kali kita memikirkan Kuba, gambaran Kuba yang indah dengan masyarakat yang sehat, negara dengan semangat internasional proletar yang murni, muncul di benak kita. Kuba juga merupakan negara yang bersahabat dengan kasih sayang yang istimewa dan langka bagi revolusi dan bangsa Vietnam, bagi para pemimpin dan rakyat Vietnam" - Lektor Kepala Dr. Nguyen Viet Thao, mantan wakil direktur Akademi Politik Nasional Ho Chi Minh, mengenang dengan penuh emosi dalam percakapan dengan Tuoi Tre.
Selama tahun-tahun ketika Vietnam berjuang untuk menyatukan negara dengan kesulitan yang tak terhitung jumlahnya, Kuba, meskipun kekurangan, tetap memberi Vietnam tidak hanya dukungan politik yang besar dan kuat, tetapi juga membantunya dengan barang-barang dan pasokan penting, termasuk gula, makanan, obat-obatan, dll.
Kuba juga membantu kami menemukan peralatan yang diperlukan untuk membuka Jalan Truong Son dan Jalur Ho Chi Minh guna mendukung perang perlawanan. Saya masih ingat kata-kata abadi pemimpin Fidel Castro: "Demi Vietnam, Kuba rela mengorbankan darahnya!", ungkap Bapak Thao.
Namun, menurut Bapak Thao, ikatan dan takdir kedua negara telah ada jauh sebelum itu, ditabur oleh pahlawan nasional Kuba José Martí pada abad ke-19. Saat itulah Bapak Martí menulis karya A Walk on the Land of the Annamese.
Meskipun ia tidak pernah menginjakkan kaki di negara kita, ia memiliki pengertian yang besar dan kasih sayang khusus terhadap bangsa ini, dan yakin bahwa orang-orang di sini akan menyalakan obor pembebasan nasional dan memberi inspirasi bagi bangsa-bangsa lain.
Pahlawan Kuba itu gugur di medan perang melawan penjajahan Spanyol pada 19 Mei 1895, di usia 42 tahun. Di Vietnam, pada 19 Mei 1890, tokoh besar lainnya, Presiden Ho Chi Minh, lahir. Kebetulan itu, menurut Bapak Nguyen Viet Thao, menciptakan ikatan baru antara kedua bangsa.
"Hingga saat ini, setiap tanggal 19 Mei, masyarakat Kuba masih merayakan hari jadi ganda dua pahlawan nasional, Vietnam dan Kuba. Mungkin tidak ada negara lain di dunia yang memiliki hari jadi ganda seperti ini," ujar Bapak Thao.
Motivasi untuk bertahan
Sekretaris Jenderal dan Presiden To Lam serta Sekretaris Pertama Partai Komunis Kuba dan Presiden Kuba Miguel Diaz Canel Bermudez mengunjungi Kawasan Ekonomi Khusus Mariel - Foto: VNA
"Kami telah berulang kali bertanya pada diri sendiri, apa kekuatan pendorong di balik hubungan Vietnam-Kuba yang kuat, erat, dan patut dicontoh ini?", ujar Bapak Thao. Beliau menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena Vietnam dan Kuba memiliki tujuan ideal dan jalur revolusioner yang sama, yaitu jalur pembangunan menuju sosialisme dari titik awal yang sederhana.
Saat ini, kedua negara terus saling membantu dan berkoordinasi, teguh di jalan menuju kemerdekaan nasional dan sosialisme. Faktor inilah yang terus menghubungkan hubungan kedua negara di tingkat tinggi.
Senada dengan itu, Dr. Ruvislei González Saez, Kepala Departemen Riset Asia-Oseania di Pusat Studi Kebijakan Internasional Kuba, menyebutkan bantuan dan solidaritas antara kedua negara selama pandemi COVID-19, ketika Kuba mentransfer jutaan dosis vaksin dan teknologi produksi ke Vietnam.
"Kunjungan Sekretaris Jenderal dan Presiden To Lam ke Kuba kali ini merupakan sebuah isyarat yang sangat penting dan bermakna mendalam. Kunjungan ini dilakukan tak lama setelah beliau menjabat, menunjukkan rasa hormat kepada Kuba dan pesan bahwa Vietnam selalu mendampingi Kuba di masa-masa sulit," ujar Bapak Ruvislei González Saez kepada Tuoi Tre.
Ia berharap kunjungan tersebut akan memberikan kontribusi untuk mengembangkan lebih lanjut hubungan ekonomi, perdagangan, dan keuangan antara Kuba dan Vietnam agar sesuai dengan hubungan politik.
Ibu Ngo Phuong Ly mengunjungi Sekolah Vo Thi Thang

Istri Sekretaris Jenderal dan Presiden To Lam, Ny. Ngo Phuong Ly, dan Victoria Chu, seorang gadis berdarah campuran Vietnam dan Kuba, di Sekolah Dasar Vo Thi Thang - Foto: D.LINH
Tuoitre.vn
Sumber: https://tuoitre.vn/viet-nam-cuba-mai-ben-nhau-20240927075702388.htm







Komentar (0)