Ketika huruf-huruf tumbuh di hutan besar
Sore tiba, Desa Kon Plông perlahan mulai tenang setelah seharian bertani. Di sekolah kecil yang terletak di tengah gunung, lampu kelas kembali menyala. Para perempuan dan laki-laki membawa buku catatan dan pena, dan secara teratur pergi ke kelas untuk belajar membaca dan menulis.
Ibu Do Thi Kim Tuyen, Kepala Sekolah Asrama Dasar Ngok Tem (Kelurahan Kon Plong, Quang Ngai ), mengatakan bahwa sekolah tersebut menyelenggarakan dua kelas literasi untuk warga setempat. Para siswanya beragam usia, ada yang berusia awal 30-an, ada pula yang sudah beruban.
Mengajar orang dewasa membaca dan menulis memang tidak mudah, tetapi semua orang bersemangat dan tekun belajar. Melihat orang-orang bekerja keras, para guru semakin termotivasi untuk berusaha lebih keras. Setiap guru berusaha dan sepenuh hati membimbing mereka dengan harapan mereka akan segera belajar membaca dan menulis. Mengetahui cara membaca dan menulis akan membuat hidup orang-orang jauh lebih mudah,” ujar Ibu Tuyen.
Di dataran tinggi Kon Plong, belajar membaca dan menulis tidak terbatas pada empat dinding ruang kelas. Rumah adat desa dan pusat kegiatan masyarakat juga digunakan sebagai tempat belajar mengajar. Di malam yang diterangi cahaya bulan, kerlap-kerlip lampu di ruang kelas kecil, suara ejaan bergema di pegunungan dan hutan, mengingatkan pada gerakan "Pendidikan Rakyat" di masa lalu.
Tak berhenti di situ, para guru juga membimbing siswa untuk belajar melalui kanal "Binh Dan Hoc Vu So", sebuah bentuk pembelajaran daring yang fleksibel diterapkan di dataran tinggi. Dengan ponsel pintar, layar TV, atau proyektor, siswa dapat meninjau kembali pengetahuan di mana saja, kapan saja. Ceramah yang hidup dan mudah dipahami membantu siswa mengingat lebih lama, bahkan saat beristirahat di ladang, mereka dapat membuka video untuk belajar.
Masyarakat bergandengan tangan untuk belajar membaca dan menulis

Menurut Bapak Vo Xuan Tuu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Sosial Kelurahan Kon Plong, saat ini seluruh kelurahan memiliki 8 kelas literasi dengan hampir 200 siswa yang berpartisipasi. Kelas-kelas tersebut diselenggarakan di tiga sekolah di wilayah tersebut, sehingga memudahkan masyarakat untuk datang ke kelas.
"Kami bekerja sama erat dengan sekolah, kepala desa, dan tetua desa untuk mendorong warga agar bersekolah. Awalnya, beberapa orang ragu, tetapi ketika melihat tetangga dan teman mereka belajar bersama, semua orang ingin ikut. Di beberapa kelas, siswa bahkan mengajak anak dan cucu mereka untuk berlatih menulis bersama," ujar Bapak Tuu.
Setelah masa belajar, banyak siswa dapat membaca dan menulis di tingkat 2. Beberapa kelas telah diringkas, sementara yang lain sedang dalam tahap akhir, diperkirakan akan selesai pada tahun 2026. Kabar baiknya, hingga saat ini, di komune ini, tidak ada kasus orang yang tidak dapat membaca dan menulis dan belum mengikuti kelas literasi.
Upaya pencegahan buta huruf juga mendapat perhatian. Para guru terus memantau, mendukung, dan mengingatkan masyarakat untuk terus belajar, serta mendorong mereka untuk meninjau melalui video "Nomor Pendidikan Populer". Di banyak desa, "belajar setiap malam" telah menjadi rutinitas yang umum.
Setelah menyelesaikan program literasi, masyarakat dapat meninjau kembali pelajaran mereka di rumah atau di lapangan. Kanal "Pendidikan Populer" menyediakan pelajaran yang singkat, mudah dipahami, dan mudah diingat, sehingga akan sangat membantu dalam memerangi buta huruf. Semoga dengan literasi, kehidupan masyarakat akan berubah, berkembang, dan menjadi lebih mudah," ujar Bapak Tuu.
Menurut Dinas Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Quang Ngai, wilayah tersebut telah mencapai standar literasi tingkat 2. Namun, mempertahankan dan meningkatkan kualitas tetap menjadi tugas utama. Dinas mengarahkan wilayah untuk meninjau dan memperbarui data buta huruf secara berkala. Di saat yang sama, Dinas juga mendorong penerapan teknologi dan memperluas model pembelajaran yang fleksibel, sesuai dengan kondisi kehidupan masyarakat di daerah pegunungan.
Di komune Kon Plong, model kelas literasi yang dipadukan dengan "Pendidikan Populer Digital" dianggap sebagai terobosan, yang menghemat biaya sekaligus membantu masyarakat mengakses pengetahuan dengan lebih mudah. Selain itu, kegiatan propaganda, mobilisasi masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka, dan mempertahankan jumlah siswa sekolah dasar juga berkontribusi dalam mencegah buta huruf kembali.
Pemberantasan literasi bukan hanya tentang mengajarkan membaca dan menulis, tetapi juga tentang membuka wawasan, meningkatkan kecerdasan masyarakat, membantu masyarakat memahami sains dan teknologi, layanan kesehatan, dan mengembangkan ekonomi keluarga. Banyak siswa, setelah belajar membaca, dapat mencatat pengeluaran, membaca petunjuk bertani, dan mengakses informasi tentang penyuluhan pertanian dan kehutanan.
Kelas literasi di tengah pegunungan Kon Plong sederhana, namun sarat dengan semangat pantang menyerah dan keinginan untuk bangkit. Setiap huruf yang ditulis bukan hanya hasil jerih payah individu, tetapi juga bukti solidaritas seluruh masyarakat dalam perjalanan membawa cahaya ilmu pengetahuan bagi seluruh masyarakat di dataran tinggi.
Sumber: https://giaoducthoidai.vn/xoa-mu-chu-mo-canh-cua-tri-thuc-cho-nguoi-dan-vung-cao-post752378.html
Komentar (0)