Bapak Le Van An (Kelurahan Nghia Thuong, Distrik Tu Nghia) telah membuat tangga dan tempat tidur bambu selama lebih dari 30 tahun. Baginya, profesi yang tampaknya terlupakan ini masih menjadi sumber pendapatan utama bagi keluarganya.
Menurut Pak An, profesi membuat produk bambu semakin sulit. Bahan baku langka, harga naik, sementara biaya produk rendah. Hanya mereka yang benar-benar mencintai profesi ini yang akan bertahan.
Tuan Le Van An dan istrinya telah menekuni bisnis pembuatan tangga dan tempat tidur bambu selama 30 tahun (Foto: Quoc Trieu).
Pria berusia 63 tahun itu dengan cepat memangkas bambu, membelah potongan-potongan bambu, lalu bekerja keras menggergaji dan memahat untuk membuat bedeng bambu. Setiap bedeng bambu membutuhkan 1,5 pohon bambu tua, dengan biaya sekitar 100.000 VND. Setiap sesi, Pak An dapat menyelesaikan satu produk. Harga jual setiap bedeng bambu hanya 140.000-150.000 VND.
"Penghasilan saya sekitar 40.000-50.000 VND per hari dengan membuat satu produk. Kedengarannya murah, tapi karena harganya murah, banyak orang membeli tempat tidur dan tangga bambu saya. Di usia ini, saya senang bisa melakukan pekerjaan yang saya sukai dan produk saya bisa digunakan orang lain," kata Pak An.
Mereka yang tetap menekuni profesi seperti Tuan An menghadapi semakin banyak kesulitan. Bukan hanya pasar konsumen yang menyusut, tetapi sumber bahan baku juga semakin langka.
Menurut Tuan An, ia menghabiskan waktu seharian untuk berkeliling distrik Tu Nghia, Binh Son, Mo Duc... untuk bisa membeli bambu.
"Tidak ada yang menjual bambu yang ditanam di sepanjang sungai karena bambu dapat menahan tanah dan mencegah erosi. Sedangkan untuk bambu di kebun, hampir tidak ada rumah yang masih menyimpannya. Banyak rumah, yang tahun lalu memiliki kebun penuh bambu, tetapi tahun berikutnya mereka menebangnya untuk membuat pagar beton," ujar Pak An.
Pengrajin anyaman keranjang bambu menghasilkan pendapatan 150.000-200.000 VND per hari (Foto: Quoc Trieu).
Bapak Nguyen Qua (59 tahun, kecamatan Tinh An Tay, kota Quang Ngai ) telah menekuni profesi pembuatan keranjang bambu selama puluhan tahun.
Menurut Pak Qua, bambu Quang Ngai memiliki 3 jenis utama: bambu berduri, bambu beras, dan bambu gading. Pengrajin keranjang seperti Pak Qua hanya memilih bambu beras. Jenis bambu ini cukup fleksibel untuk menenun keranjang bambu yang indah dan tahan lama.
Dengan tangan terampilnya memahat bambu untuk para pekerja di bengkel anyaman keranjang, Bapak Nguyen Qua mengenang bahwa dulu, dusun ini memiliki lebih dari 100 rumah tangga yang menekuni anyaman bambu. Kini, bambu langka dan pasar untuk produk-produk tersebut semakin menyempit, sehingga seluruh dusun hanya memiliki sekitar 10 rumah tangga yang menekuni kerajinan ini.
"Untuk bertahan hidup di profesi ini, kita harus bekerja keras mencari bambu untuk mengurangi biaya produksi. Profesi ini hanya membutuhkan tenaga kerja sebagai keuntungan. Jika kita menjual dengan harga tinggi, tidak akan ada yang membeli dan kita akan beralih menggunakan kotak busa dan keranjang logam," ujar Pak Qua.
Seorang pekerja di distrik Tu Nghia mendorong tangga bambu ke pusat kota Quang Ngai untuk berjualan (Foto: Quoc Trieu).
Seperti banyak desa kerajinan tradisional lainnya, desa kerajinan anyaman bambu juga menghadapi banyak kesulitan karena perkembangan zaman.
Pada tahun 2000-an, ketika produk plastik murah seperti baskom, keranjang, dan terpal mulai muncul di mana-mana, produk bambu serupa juga mulai rusak.
Karena tak tega melihat profesi penganyam bambu "mati muda", masyarakat beralih menganyam keranjang bambu sesuai pesanan pedagang.
Keranjang pinang bambu dulunya populer, tetapi segera memudar. Lambat laun, ketika para pedagang mulai menggunakan truk berpendingin untuk mengangkut pinang, produk ini tidak lagi dominan.
Meskipun menghadapi kesulitan, banyak orang masih memutuskan untuk tetap menjalani pekerjaan tradisional mereka. Mereka mendorong tangga dan bedeng bambu dari desa ke jalan untuk dijual. Mereka pergi ke toko bunga untuk menjual keranjang bunga bambu... Setiap orang menyimpan harapan dalam hati mereka bahwa barang-barang bambu akan kembali digunakan secara luas.
[iklan_2]
Tautan sumber
Komentar (0)