Menetap selalu menjadi impian banyak anak muda di perkotaan - Ilustrasi foto
Memiliki rumah yang layak untuk ditinggali selalu menjadi impian Bapak Trong Nghia dan Ibu Thu Huong (yang tinggal di distrik Binh Chanh, Kota Ho Chi Minh). Setelah lebih dari 12 tahun " berkeliling dan menetap" di kota, mereka telah merasakan kesulitan dan kondisi hidup yang sempit.
Gak berani punya anak, cuma mau seharian penuh aja
12 tahun menyewa, hanya dengan memejamkan mata dan memikirkannya, semua kesulitan muncul. Tekad Pak Nghia dan istrinya untuk mengakhiri hidup mereka sebagai penyewa semakin kuat dari hari ke hari.
Penghasilan Pak Nghia sebagai tukang listrik sangat tidak stabil. Gaji penata rambut atau ahli kuku seperti Bu Huong paling tinggi hanya 9 juta VND/bulan.
Setelah bertahun-tahun hidup hemat, bahkan tidak berani makan, total aset mereka mencapai lebih dari 350 juta VND. Mereka bahkan membeli rumah, apartemen murah seluas 49 meter persegi di distrik Binh Chanh. "Pinjam dari bank, cicilannya mudah sekali," kata Pak Hoang sambil tertawa.
Pada bulan Februari, hari mereka pindah ke rumah baru, pasangan itu berpelukan dan menangis. Air mata kebahagiaan, ketika impian mereka untuk berumah tangga menjadi kenyataan.
Namun, kenyataan, tekanan, dan kesulitan hidup kemudian membawa mereka kembali ke kenyataan. Keharusan membayar lebih dari 14 juta VND setiap bulan untuk pokok dan bunga ke bank hampir menghabiskan seluruh pendapatan mereka. Belum lagi, dalam tiga tahun pertama, suku bunga tetap hanya 6%. Di tahun keempat, suku bunga mengambang justru menambah beban!
Baru saja menginjak usia 34 tahun, beban memiliki anak terasa berat di dada Huong, dan semakin berat setiap hari. Namun, apa yang bisa ia lakukan ketika impian pertamanya untuk membeli rumah begitu nyata namun rapuh. Jika ia memiliki anak lagi, ia takut tidak akan cukup kuat untuk mewujudkan impian seumur hidupnya itu!
Selama berminggu-minggu, Tuan Nghia dan istrinya harus berbagi setiap kentang untuk mengejar impian mereka untuk menetap di rumah mereka sendiri - Foto: TRIEU VAN
Untuk mendapatkan penghasilan lebih, Pak Nghia mendaftar menjadi pengemudi ojek siang dan malam. Selain jam kerja, ia juga mengambil pekerjaan tambahan menjahit dan memotong sepatu.
Ia mengaku baru sekarang ia mengerti pepatah "makan banyak, tidur sedikit kurang". Terkadang, setelah membayar tagihan bank, pasangan itu bahkan tidak punya 100.000 VND di saku mereka untuk membeli makanan. Selama berminggu-minggu, pasangan itu saling menyemangati dan berbagi kentang untuk makan. "Kalau kami mencoba menyetir, kami bisa mendapat sedikit lebih banyak, cukup untuk menutupi pengeluaran kami. Namun, kalau sakit, pasangan itu sering makan kentang atau mi, cukup untuk mengisi perut mereka," ungkap Bapak Nghia.
Sejak membeli rumah, Hai tidak mengenal belanja - Ilustrasi: TRIEU VAN
Untuk berumah tangga, seseorang mesti bekerja 19 jam sehari.
Lebih dari 5 bulan setelah pindah ke rumahnya sendiri, Van Hai (29 tahun, tinggal di distrik Hoc Mon) mengatakan ia masih merasa emosional ketika memikirkannya. Namun, tekanan untuk melunasi utang juga sangat berat.
Gaji asisten direktur asing tempat Hai bekerja sekitar 22 juta per bulan. Penghasilannya lumayan, tetapi untuk membayar cicilan rumah dan biaya hidup sangat sulit.
Alih-alih sering makan di luar, Hai kini memasak sendiri untuk menghemat uang. Ia juga mengurangi pengeluaran untuk kopi, minuman beralkohol, menonton film, dan bersosialisasi.
Namun, dengan cicilan bulanan sebesar 19 juta ke bank, itu masih belum cukup. Hai mulai mengambil pekerjaan tambahan di luar. Setelah menyelesaikan shift 8 jamnya di perusahaan, Hai pergi ke pusat bahasa asing di Distrik 6 untuk mengajar bahasa Mandarin.
Hai pulang setelah pukul 21.00, menyantap semangkuk mi instan, lalu kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan penerjemahannya dan menyiapkan dokumen untuk beberapa mitra. Hai juga sering mengambil pekerjaan sampingan lainnya seperti penerjemahan, desain grafis, penyuntingan film... "Bekerja 19-20 jam sehari sudah biasa bagi saya," kata Hai.
[iklan_2]
Sumber: https://tuoitre.vn/an-khoai-ca-thang-vi-tra-lai-ngan-hang-mua-chung-cu-20240509003852515.htm
Komentar (0)