Pada tanggal 7 Oktober, media regional seperti Kompas (Indonesia) dan Thairath (Thailand) secara bersamaan menerbitkan informasi tentang kesimpulan investigasi FIFA, dengan demikian membenarkan bahwa FAM telah menyerahkan dokumen palsu untuk melegalkan status bermain tujuh pemain naturalisasi di tim nasional Malaysia.
Menurut Kompas , FIFA menegaskan tidak mengalami kesulitan dalam mencari dokumen asli kakek-nenek ketujuh pemain tersebut. Hal ini menunjukkan adanya minimnya verifikasi dan kehati-hatian dari FAM dalam proses pengurusan dokumen.

Pers daerah mengomentari bahwa skandal ini berdampak serius pada upaya pengembangan sepak bola Malaysia.
FOTO: NGOC LINH
Investigasi FIFA dibuka tak lama setelah kemenangan Malaysia 4-0 atas Vietnam di kualifikasi Piala Asia 2027 pada 10 Juni 2025, ketika lembaga tersebut menerima keluhan resmi tentang proses naturalisasi yang "tidak biasa dan cepat".
Thairath: "FAM menghadapi risiko kalah dalam pertandingan yang telah mereka mainkan"
Sementara itu, surat kabar Thairath (Thailand) menggambarkan ini sebagai "investigasi yang mengguncang sepak bola Asia Tenggara", dengan kemungkinan Malaysia harus menanggung konsekuensi serius.
Menurut surat kabar tersebut, FIFA mengonfirmasi bahwa FAM telah mengedit tempat kelahiran kakek-nenek para pemain – dari Argentina, Brasil, Spanyol, dan Belanda menjadi "Malaysia" – agar mereka memenuhi syarat untuk bermain.
Keluarga ceroboh atau tidak jujur?
Menurut surat kabar daerah, insiden tersebut bukan sekadar kesalahan administratif tetapi menunjukkan tanda-tanda penipuan sistematis dalam proses naturalisasi pemain FAM.
Kompas menggunakan kata-kata "kurang teliti dan tidak bertanggung jawab" ketika berbicara mengenai proses FAM dalam memverifikasi asal-usul dan menangani naturalisasi pemain dan mengatakan bahwa skandal ini akan sangat mempengaruhi reputasi sepak bola Malaysia, yang sedang dalam proses reformasi dan peningkatan naturalisasi pemain untuk meningkatkan prestasi internasional.
FAM mengumumkan akan mengajukan banding dan memperjuangkannya sampai akhir tetapi belum memberikan bukti tentang asal-usul pemain.
CNN Indonesia menerbitkan detail tempat lahir setiap pemain yang terbukti melanggar. Misalnya, kakek-nenek Gabriel Felipe Arrocha lahir di Santa Cruz de la Palma, Spanyol, tetapi diubah menjadi Melaka, Malaysia. Atau, kakek-nenek Facundo Tomás Garcés lahir di Villa Maria Selva, Santa Fe de la Cruz, Argentina, tetapi diubah menjadi Penang, Malaysia;...
FIFA dengan mudah mendeteksi profil palsu
Menurut kesimpulan yang dipublikasikan, FIFA mengumpulkan salinan akta kelahiran asli kakek-nenek para pemain dan menemukan bahwa tidak satu pun dari mereka lahir di Malaysia sebagaimana tercatat dalam FAM. Sebaliknya, asal-usul mereka yang sebenarnya dipastikan berasal dari Argentina, Brasil, Spanyol, dan Belanda.
Dokumen yang diserahkan FAM kepada FIFA sebelumnya mengonfirmasi bahwa kakek-nenek dari ketujuh pemain tersebut adalah warga negara Malaysia, yang membuat mereka memenuhi syarat untuk bermain di tim nasional berdasarkan aturan "hubungan darah".
Namun, hasil investigasi FIFA membuktikan bahwa ini adalah berkas yang diedit secara sistematis, dan FAM tidak melakukan proses penilaian independen atau memverifikasi dengan otoritas sipil sebelum menyerahkan dokumen tersebut.
FIFA merilis bukti penipuan FAM: Dari mana asal ketujuh pemain yang dinaturalisasi?
Menurut peraturan FIFA, seorang pemain hanya dapat mewakili tim nasional jika setidaknya salah satu kakek-neneknya lahir di negara tersebut. Mengubah informasi asal keluarga secara sengaja merupakan pelanggaran Pasal 22 Kode Disiplin FIFA (FDC) tentang pemalsuan dan pemalsuan dokumen.
FAM menyatakan akan mengajukan banding dan menempuh jalur hukum hingga tuntas, namun belum memberikan bukti yang menunjukkan asal muasal pemain naturalisasi tersebut.
Source: https://thanhnien.vn/bao-chi-khu-vuc-chi-trich-fam-thieu-can-trong-vo-trach-nhiem-khi-xet-duyet-nhap-tich-cau-thu-185251007113609101.htm
Komentar (0)