
Berbicara pada pertemuan Komite Tetap Majelis Nasional (NASC) pada sore hari tanggal 14 Oktober tentang rancangan Undang-Undang tentang Amandemen dan Suplemen sejumlah pasal dalam Undang-Undang Geologi dan Mineral, Wakil Perdana Menteri Tran Hong Ha menegaskan bahwa tidak mungkin menugaskan daerah untuk mengelola mineral tanah jarang.
Menurut pengajuan Pemerintah pada rancangan undang-undang tersebut, permintaan tanah jarang diperkirakan akan meningkat tajam dalam dekade berikutnya karena pesatnya perkembangan industri teknologi tinggi, energi terbarukan, dan mobil listrik.
Undang-Undang Geologi dan Mineral Tahun 2024 memuat ketentuan tentang pengelolaan mineral strategis dan penting (termasuk tanah jarang), yang mengamanatkan agar pengusahaan mineral wajib mengutamakan efisiensi sosial ekonomi dan perlindungan lingkungan hidup sebagai kriteria dasar dalam pengambilan keputusan penanaman modal; mendorong lembaga dan perseorangan yang memiliki kemampuan modal, teknologi, dan peralatan untuk berperan serta dalam penanaman modal pengusahaan mineral; mengatur penerimaan mineral untuk menjamin keselarasan kepentingan antara negara, masyarakat, dan pelaku usaha.

Namun, tanah jarang saat ini merupakan komoditas khusus yang memberikan dampak besar terhadap pertahanan, keamanan, dan diplomasi di seluruh dunia, sehingga diperlukan mekanisme manajemen yang ketat terhadap kegiatan yang berkaitan dengan jenis mineral ini.
Penambahan regulasi khusus mengenai pengelolaan, pengolahan, dan pemanfaatan tanah jarang merupakan salah satu solusi penting yang berkontribusi dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan negara, menciptakan daya dorong untuk mendorong pengembangan industri pertambangan, pengolahan, dan pemanfaatan mineral tanah jarang secara sinkron, efektif, dan berkelanjutan; sekaligus memberikan manfaat praktis bagi negara di tengah kelangkaan pasokan tanah jarang di dunia saat ini.
Berdasarkan rancangan peraturan tersebut, kegiatan eksplorasi, eksploitasi, dan pengolahan tanah jarang harus dikontrol secara ketat; mineral tanah jarang mentah tidak boleh diekspor; hanya badan usaha dan organisasi yang ditunjuk atau diberi izin oleh Negara yang boleh melakukan eksplorasi, eksploitasi, pengolahan, dan pemanfaatan tanah jarang. Kegiatan pengolahan tanah jarang harus dikaitkan dengan pembangunan ekosistem industri modern untuk meningkatkan rantai nilai domestik, yang menjamin kemandirian dalam pelaksanaan strategi nasional di bidang tanah jarang.

Melalui pemeriksaan, Komite Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Lingkungan Hidup Majelis Nasional pada dasarnya sepakat untuk melengkapi peraturan tentang mekanisme manajemen yang ketat untuk kegiatan yang berkaitan dengan tanah jarang, namun meminta klarifikasi tentang apakah waktu untuk memegang hak prioritas untuk mengajukan permohonan izin pertambangan tanah jarang berbeda dari mineral golongan I; apakah ada batasan jumlah izin tanah jarang yang diberikan kepada organisasi atau individu, terutama organisasi atau individu asing?
Menanggapi rancangan undang-undang tersebut, Ketua Komite Kerja Delegasi, Nguyen Thanh Hai, menekankan bahwa tanah jarang merupakan keunggulan kompetitif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu memperhatikan pemanfaatan sumber daya ini dengan saksama. "Ada negara-negara yang menganggap sumber daya mineral sebagai 'cadangan' untuk generasi mendatang, tetapi pemanfaatannya oleh masyarakat sangat terbatas, sehingga hambatan hukumnya sangat ketat," ujar Nguyen Thanh Hai.
Terkait pula dengan pengelolaan tanah jarang, Wakil Perdana Menteri Tran Hong Ha menegaskan, yang pasti mineral ini harus dikelola dengan mekanisme yang sangat khusus, yakni harus ada strategi dalam keseluruhan siklusnya, mulai dari eksplorasi, investigasi, eksploitasi, hingga pengolahan...
Mekanisme ini akan dikaitkan dengan isu keamanan nasional dan sejumlah kebijakan ekspor dan impor. Setelah proyek selesai, proyek tersebut tidak dapat dialihkan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan Vietnam. "Saya mengusulkan agar jenis mineral ini tidak didesentralisasikan ke pengelolaan lokal," ujar Wakil Perdana Menteri Tran Hong Ha.
Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan dan Penambahan Sejumlah Pasal dalam Undang-Undang Geologi dan Mineral menambahkan satu bab (bab VIIa) yang terdiri dari empat pasal tentang pengelolaan tanah jarang. Rancangan undang-undang ini menambahkan sanksi dan mekanisme pengelolaan yang ketat bagi kegiatan yang berkaitan dengan jenis mineral ini di bawah arahan pimpinan Partai dan Negara.
Sumber: https://www.sggp.org.vn/can-co-che-quan-ly-dac-biet-doi-voi-dat-hiem-post818015.html
Komentar (0)