Belakangan ini, saat menjelajahi TikTok, pengguna dapat dengan mudah menemukan banyak sekali klip video yang mengikuti tren "bertransformasi menjadi putri duyung". Oleh karena itu, pengguna hanya perlu melakukan beberapa langkah sederhana seperti mengakses efek AI Mermaid di aplikasi TikTok, mengeklik untuk menggunakannya, merekam video langsung, atau memilih foto/video yang tersedia untuk diunggah untuk membuat video "transformasi" dengan efek laut yang berkilauan dan magis serta musik latar yang merdu.
Oleh karena itu, hanya dalam waktu singkat, tren ini menyebar di TikTok dengan jutaan video yang diberi tagar - frasa atau kata yang ditambahkan ke unggahan media sosial seperti: #MermaidTrend, #MermaidChallenge, #MermaidTransformation...
Tren ini juga dengan cepat "mendarat" di Vietnam, menarik banyak pengguna TikTok dan media sosial muda untuk berpartisipasi. Tak perlu riasan, tak perlu berenang, cukup pilih filter kecantikan siap pakai untuk bertransformasi menjadi putri duyung cantik dalam hitungan detik.
Hal yang menarik dan beragam dari tren ini adalah, dengan setiap konten gambar/klip yang bersifat individual dan berbeda, hasil "transformasi"-nya pun akan memiliki banyak fitur yang unik, tergantung pada konteks asli yang diberikan oleh pengguna. Hal ini semakin merangsang keingintahuan dan kegembiraan masyarakat daring, terutama bagi mereka yang memiliki hasrat untuk membuat konten.
Nguyen Thi Hai, warga Kecamatan Dong Tam, Kota Vinh Yen, berbagi: “Saya melihat banyak teman membagikan video transformasi putri duyung yang cantik, jadi saya penasaran untuk mencobanya. Setelah mengakses aplikasi TikTok, saya mengunggah gambarnya dan menunggu sebentar hingga hasilnya berkilau dan memuaskan. Setelah mengunggah video transformasi tersebut di platform media sosial, saya juga menerima banyak "suka" dan pujian dari teman-teman, jadi saya merasa sangat senang.”
Tren ini tak hanya "memukau" pengguna wanita, tetapi juga menarik banyak "pria". Banyak tokoh terkenal dan berpengaruh juga tak ketinggalan "tren" populer ini.
Namun, tren ini juga memiliki beberapa risiko potensial terkait kesehatan, psikologi, dan bahkan masalah hukum. Menurut beberapa pakar teknologi, sebenarnya ada banyak teknologi AI yang membantu pengguna TikTok "mengubah" wajah mereka.
Filter kecantikan masa kini terintegrasi dengan AI canggih. Filter ini tidak hanya menghaluskan kulit atau mengubah warna rambut, tetapi juga merestrukturisasi seluruh wajah pengguna, mulai dari ukuran mata, hidung, dagu, hingga warna kulit dan pencahayaan virtual. Ketika pengguna menggunakannya terus-menerus, otak mulai merekam gambar yang telah diedit sebagai "standar kecantikan". Ini adalah bentuk "pembentukan virtual" yang sangat berbahaya.
Ketika teknologi ini disalahgunakan, beberapa filter dalam teknologi AI memerlukan pengenalan wajah yang akurat, yang dapat mengumpulkan informasi biometrik tanpa sepengetahuan pengguna. Jika data ini disalahgunakan, hal ini dapat menimbulkan risiko privasi, memicu perilaku pemalsuan, membuka keamanan di banyak aplikasi, dan bahkan melalui teknologi deepfake (menyambung wajah dan gambar orang lain ke dalam video) untuk melakukan tindakan ilegal.
Selain risiko kebocoran data, para psikolog juga memperingatkan tentang ilusi psikologis pengguna aplikasi tentang penampilan mereka. Menurut para ahli, penggunaan efek transformasi yang berlebihan, terutama video yang mengubah kecantikan atau mengidealkan bentuk tubuh, dapat menyebabkan perbandingan negatif, obsesi terhadap citra tubuh, dan penurunan kepercayaan diri, terutama di kalangan anak muda.
Tren bertransformasi menjadi putri duyung atau karakter apa pun dapat menimbulkan rasa kecewa dan kurang percaya diri jika pengguna terlalu terpaku pada "kecantikan virtual". Ketika gambar melalui filter menjadi model ideal, hal ini dapat dengan mudah membuat anak muda kehilangan perasaan mereka yang sebenarnya dan kehilangan kepercayaan diri.
Para ahli menyarankan agar, guna melindungi diri dari tren yang semakin beragam dan menarik di platform jejaring sosial, pengguna sebaiknya tidak mengirim foto potret atau video yang jelas ke platform yang tidak dapat diandalkan; meminimalkan pemberian akses ke aplikasi, membagikan lokasi telepon pribadi ke aplikasi yang tidak diperlukan; jangan membagikan informasi pribadi pada aplikasi yang tidak diautentikasi; menyiapkan keamanan 2 lapis untuk akun jejaring sosial, bank, atau aplikasi pribadi...
Dari perspektif psikologis, pengguna, terutama anak muda, perlu memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi mereka saat menggunakan media sosial. Pahamilah selalu bahwa filter hanyalah alat hiburan, bukan tolok ukur nilai pribadi. Menggunakan media sosial, terutama tren, bertujuan untuk merangsang nilai-nilai kreatif, bukan untuk memanfaatkannya demi menciptakan tekanan bagi diri sendiri. Sebaliknya, pengguna harus selalu menghargai nilai-nilai dan kecantikan mereka sendiri.
Artikel dan foto: Huyen Linh
Sumber: http://baovinhphuc.com.vn/Multimedia/Images/Id/129562/Can-trong-khi-“du-trend”-hoa-than-thanh-nang-tien-ca-tren-Tiktok
Komentar (0)