Bagi Dr. Yannes Martinus Pasaribu, kunjungannya baru-baru ini ke Vietnam meninggalkan kesan mendalam tentang upaya negara tersebut dalam transformasi hijau. Pakar teknologi dan kebijakan industri di Institut Teknologi Bandung (ITB) ini sangat terkesan dengan semangat kepeloporan Vingroup dan meyakini bahwa perusahaan swasta Vietnam tersebut merupakan simbol transformasi regional.
Pilar-pilar “peradaban hijau”
“Saya sangat terkesan dengan visi dan misi Vingroup,” kata Dr. Yannes, peneliti senior di Pusat Teknologi Transportasi Berkelanjutan Nasional Indonesia.

Menurutnya, hanya dalam waktu singkat, Vingroup telah melakukan apa yang banyak orang hanya berani impikan: Membangun ekosistem yang dinamis, kristalisasi inovasi, aspirasi, dan pembangunan berkelanjutan. “Semua ini membuktikan bahwa, dengan visi dan tekad yang kuat, sebuah bisnis dapat sepenuhnya membentuk masa depan dengan kecepatan yang jauh melampaui batas yang dapat dibayangkan,” ujarnya.
Dalam pandangan Tn. Yannes, Vingroup bukan hanya kelompok ekonomi multiindustri, tetapi juga simbol "transformasi regional".
Sebagai peneliti berpengalaman di bidang transportasi hijau, Dr. Yannes percaya bahwa perbedaan terbesar antara VinFast dan produsen mobil lainnya adalah bahwa produsen mobil Vietnam ini tidak berhenti memproduksi mobil listrik. Ia berkomentar bahwa VinFast adalah "jantung" dalam perjalanan transformasi hijau Vingroup yang komprehensif, mulai dari energi bersih, infrastruktur hijau, hingga transportasi elektrifikasi. “Saya yakin ini bukan sekadar strategi industri, tetapi juga peta jalan menuju peradaban hijau,” ujarnya.
Lebih luas lagi, menurutnya, mulai dari produksi baterai, kendaraan listrik murni, pengembangan energi terbarukan, hingga pendidikan universitas dan penelitian teknologi tinggi... Vingroup menciptakan ekosistem "lintas industri", yang menghubungkan sains, manusia, dan pasar.
Menurutnya, visi komprehensif Vingroup tidak hanya menciptakan industri, tetapi juga membangun masa depan di mana teknologi, energi, dan manusia berkembang bersama. “Saya yakin bahwa dalam waktu dekat, Vingroup akan menjadi salah satu pilar terpenting kawasan Asia Tenggara di bidang energi dan industri hijau,” ujarnya.
“Asia Tenggara, kenapa tidak?”
Selama beberapa dekade, pasar mobil Indonesia dan Asia Tenggara didominasi oleh merek-merek besar dari Jepang dan Korea Selatan. Namun, menurut Dr. Yannes, VinFast sedang memasuki era baru, yang memunculkan pertanyaan tentang identitas regional: “Asia Tenggara, mengapa tidak?”.
Kemunculan VinFast – merek ASEAN pertama yang menjangkau pasar global dalam industri kendaraan listrik – memiliki makna simbolis yang kuat: “Asia baru” dengan sumber daya teknologi, keuangan, dan manusia yang memadai untuk bersaing secara setara.
“VinFast dapat bangkit menjadi 'unggulan' ASEAN - mewakili kreativitas tanpa batas, kepercayaan diri, dan visi strategis, memimpin umat manusia menuju era industri hijau,” tegas Bapak Yannes.

Di Indonesia, VinFast semakin dikenal luas, terutama melalui "taksi hijau" yang menggunakan kendaraan listrik VinFast. Hal ini menunjukkan visi perusahaan untuk membuat kendaraan listrik lebih mudah diakses oleh semua orang.
Tidak hanya terkesan dengan skalanya, Dr. Yannes melihat sinergi strategis antara Vingroup dan Indonesia. "Pemerintah Indonesia sedang menggalakkan industri kendaraan listrik, energi bersih, dan pelatihan sumber daya manusia 4.0. Vingroup sepenuhnya sejalan dengan orientasi ini," ujarnya.
Jika Jepang punya Toyota, Korea punya Hyundai, maka Asia Tenggara punya VinFast
Bagi Dr. Yannes, kisah Vingroup lebih dari sekadar keberhasilan perusahaan Vietnam. “Jika Jepang punya Toyota, Korea punya Hyundai, maka Asia Tenggara pasti bisa punya VinFast,” tegasnya.
“Ini merupakan penegasan bahwa kawasan ini bukan sekadar konsumen nilai, tetapi juga pencipta, inovator, dan pembentuk nilai, yang membuktikan bahwa masa depan industri hijau benar-benar dapat dibentuk dari sisi dunia ini,” tambah pakar tersebut.
Secara lebih luas, menurut Bapak Yannes, Asia Tenggara tidak hanya mencari produsen mobil, tetapi juga ekosistem yang dapat menghubungkan energi, teknologi, dan manusia. Beliau yakin bahwa Vingroup menyatukan ekosistem yang tertutup, visi hijau yang komprehensif, dan hasrat untuk globalisasi, yang menegaskan bahwa model terintegrasi ini akan membantu ASEAN menjadi lokomotif era industri hijau secara global.
Lebih khusus lagi, di Indonesia, ia sangat mengapresiasi strategi Vingroup dalam mengembangkan energi surya, baterai penyimpanan, dan transportasi listrik. “Model ‘pulau hijau’ – yang menggabungkan energi terbarukan dengan kendaraan listrik – sangat sesuai dengan strategi pembangunan berkelanjutan Indonesia.”
Vingroup telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan badan usaha milik negara Indonesia - PT. Sulsel Andalan Energi - di Sulawesi Selatan (Indonesia) mengenai kerja sama di bidang energi terbarukan, dengan fokus pada proyek pembangkit listrik tenaga surya skala besar. Berdasarkan MoU tersebut, kedua belah pihak juga sepakat untuk bersama-sama meneliti, mengembangkan, dan memanfaatkan secara efektif peluang bisnis lainnya di bidang lingkungan berkelanjutan.
Vingroup dan PT. Sulsel Andalan Energi juga terlibat aktif dalam penelitian komprehensif, survei lokasi yang sesuai untuk proyek pembangkit listrik tenaga surya darat dan bawah laut, mengintegrasikan solusi penyimpanan energi, dan merencanakan koneksi jaringan.
“Setelah siklus hidup pertama, baterai kendaraan listrik dapat digunakan kembali sebagai perangkat penyimpanan energi surya,” kata Bapak Yannes. “Ini akan menjadi industri baru bernilai miliaran dolar, dan saya yakin Vingroup memiliki visi, teknologi, dan kapasitas untuk memimpin.”
Source: https://baolangson.vn/chuyen-gia-indonesia-vingroup-la-bieu-tuong-su-chuyen-minh-mang-tam-khu-vuc-5064861.html






Komentar (0)