Di "tanah berkabut" Y Ty, tempat kemiskinan telah menghantui orang-orang selama beberapa generasi, kisah Sung A Ho adalah bukti tekad untuk mengatasi takdir.
Lahir dari keluarga miskin dengan 8 anak, buta huruf, hidupnya hanya berputar di sekitar ladang jagung dan sawah. Semuanya berubah ketika seorang turis menanamkan ide di benaknya untuk berwisata demi menikmati keindahan alam kampung halamannya.



Mengatasi rintangan terbesar, Sung A Ho mengubah telepon pintar menjadi alat bisnis yang tajam.
Karena tidak bisa menulis, ia menggunakan gambar untuk bercerita, mengunggah momen-momen indah bersama Y Ty di Facebook, Zalo, dan nomor teleponnya. Cara sederhana namun efektif ini telah membantunya menjangkau banyak pelanggan.
Menurut Bapak Ho: "Setiap wisatawan yang mengunggah foto dan menandai saya di Facebook mereka adalah cara untuk memperkenalkan homestay A Ho kepada lebih banyak orang."
Hingga kini, setelah lebih dari sepuluh tahun berkecimpung di dunia pariwisata, homestay A Ho sudah menjadi destinasi yang tak asing lagi bagi wisatawan dari dekat maupun jauh, dan Bapak Ho sendiri menjadi inspirasi bagi seluruh komunitas Y Ty untuk bersama-sama berwisata.

Di Mu Cang Chai, Giang A De membuat keputusan yang dianggap "gila" oleh banyak orang: meninggalkan pekerjaan tetapnya di Viettel dengan gaji lebih dari 20 juta VND/bulan untuk kembali ke kampung halamannya guna memulai bisnis.
Motivasinya muncul karena suatu malam yang gelisah ketika melihat wisatawan asing harus tidur sementara di tepi sungai di tengah hujan hutan.
"Saat itu, saya hanya berpikir, kalau banjir datang malam-malam, saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Sejak malam itu, saya terus memikirkan bagaimana membangun tempat yang aman bagi pengunjung kampung halaman saya."
Dari kepedulian itulah, "Hello Mu Cang Chai" lahir dan berkembang menjadi ekosistem pariwisata yang komprehensif, menciptakan lapangan kerja bagi puluhan tenaga kerja lokal dan membentuk rantai nilai tertutup saat membeli hasil pertanian dari masyarakat lokal untuk melayani wisatawan.



Di Mu Cang Chai, A Su Homestay juga memikat pengunjung dengan cara yang berbeda. Keunggulan A Su Homestay bukan terletak pada skalanya, melainkan pada pengalaman budaya keluarga yang autentik. Ulasan wisatawan mancanegara selalu menyebutkan makan malam yang nyaman, di mana mereka merasa "seperti keluarga karena makan bersama tuan rumah". Keramahan yang tulus, dipadukan dengan fasilitas yang profesional, telah menjadi keunggulan kompetitif A Su yang tak tertandingi.
Di Bac Ha, Vang Seo Cho, pria 9x, juga merupakan contoh tipikal. Alih-alih menekuni industri yang sedang naik daun, ia segera menentukan minatnya dan mempelajari pariwisata. Kini, ia tidak hanya menjadi pemandu wisata, tetapi juga memposisikan dirinya sebagai warga negara yang bertanggung jawab yang melestarikan dan mempromosikan budaya asli. Ia memilih dan menafsirkan nilai-nilai paling unik dari tanah airnya, mulai dari anggur jagung Ban Pho hingga kecanggihan ukiran perak, untuk menciptakan pengalaman yang mendalam bagi para pengunjung.
Kesuksesan anak-anak muda ini bukan karena keberuntungan, melainkan karena strategi bersama: "menjaga jiwa lokal". Mereka mengutamakan arsitektur tradisional, memadukan fasilitas modern, menciptakan aktivitas interaktif agar pengunjung dapat "hidup" dalam budaya lokal, dan yang terpenting, kisah dan ketulusan mereka menjadi bagian tak terpisahkan dari produk ini.
Kisah Sung A Ho, Giang A De, Vang Seo Cho, dan A Su telah membuktikan bahwa pembangunan ekonomi dan pelestarian budaya dapat berjalan beriringan, menciptakan jalan menuju pembangunan berkelanjutan yang membanggakan. Meskipun masih banyak tantangan di depan, masa depan pariwisata dataran tinggi tentu saja dibentuk oleh anak-anak pegunungan dan hutan.
Sumber: https://baolaocai.vn/chuyen-ve-nhung-thanh-nien-nguoi-mong-lam-du-lich-post883965.html
Komentar (0)