Kinhtedothi - Pada sore hari tanggal 28 November, pada sesi kerja Sidang ke-8 Majelis Nasional ke-15, yang disahkan oleh Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri dan Menteri Keuangan Ho Duc Phoc menyampaikan kepada Majelis Nasional sebuah Rancangan Resolusi tentang pengurangan pajak pertambahan nilai.
Merangsang produksi, mempromosikan kegiatan produksi dan bisnis
Menurut Wakil Perdana Menteri, isi yang disampaikan kepada Majelis Nasional kali ini memiliki ruang lingkup yang sama dengan resolusi-resolusi yang telah dikeluarkan, yaitu menurunkan tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 2%, yang dikenakan terhadap kelompok barang dan jasa yang saat ini dikenakan tarif pajak 10% (menjadi 8%), kecuali kelompok barang dan jasa berikut: telekomunikasi, teknologi informasi, kegiatan keuangan, perbankan, sekuritas, asuransi, usaha real estate, logam, produk logam prafabrikasi, hasil pertambangan (tidak termasuk pertambangan batu bara), kokas, minyak bumi olahan, produk kimia, barang dan jasa yang dikenakan pajak konsumsi khusus.

Terkait dampak kebijakan tersebut, Wakil Perdana Menteri Ho Duc Phoc menyampaikan bahwa pengurangan pendapatan anggaran negara yang diharapkan dalam 6 bulan pertama tahun 2025 setara dengan sekitar 26,1 triliun VND (sekitar 4,35 triliun VND/bulan, yang mana pengurangan pendapatan dalam negeri sekitar 2,85 triliun VND/bulan dan pengurangan pendapatan impor sekitar 1,5 triliun VND/bulan).
Pada tahun 2024, jumlah pajak pertambahan nilai yang dikurangi menurut Resolusi No. 110/2023/QH15 dan Resolusi No. 142/2024/QH15 diperkirakan sekitar 49 triliun VND.
"Pengurangan pajak pertambahan nilai berdampak pada penurunan penerimaan APBN, tetapi juga berdampak pada stimulasi produksi, peningkatan kegiatan usaha, sehingga berkontribusi pada peningkatan penerimaan APBN," ujar Wakil Perdana Menteri.
Berdasarkan laporan Pemerintah, perkiraan pendapatan APBN tahun 2024 adalah 1.701 triliun VND. Berdasarkan data hingga akhir 14 November, pendapatan APBN aktual adalah 1.708,4 triliun VND (setara 100,4% dari perkiraan dan meningkat 18,3% dibandingkan periode yang sama tahun 2023).

Mengenai dampaknya terhadap masyarakat dan bisnis, laporan tersebut menyatakan bahwa masyarakat akan mendapatkan manfaat langsung dari kebijakan ini. Pengurangan pajak pertambahan nilai sebesar 2% akan berkontribusi langsung pada pengurangan biaya konsumsi barang dan jasa yang melayani kehidupan masyarakat.
Bagi dunia usaha, pengurangan pajak pertambahan nilai sebesar 2% akan membantu mengurangi biaya produksi dan harga produk; membantu dunia usaha meningkatkan daya saingnya, meningkatkan konsumsi barang dan jasa, serta membantu dunia usaha memperluas produksi dan usaha, sehingga berkontribusi dalam menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan bagi para pekerja.
Mempersempit ruang lingkup penerapan, langkah demi langkah untuk menstabilkan kebijakan perpajakan
Saat menyampaikan laporan hasil pemeriksaan Rancangan Resolusi, Ketua Komite Keuangan dan Anggaran Majelis Nasional Le Quang Manh mengatakan bahwa mayoritas pendapat di Komite Keuangan dan Anggaran Majelis Nasional sepakat dengan perlunya dikeluarkan resolusi tersebut.
Namun, terdapat beberapa pendapat yang tidak setuju dengan kelanjutan penerapan kebijakan pengurangan PPN dan berpendapat bahwa kebijakan pengurangan PPN telah diterbitkan dan diterapkan sejak tahun 2022 dalam konteks dunia usaha dan masyarakat yang menghadapi banyak kesulitan akibat pandemi Covid. Penerbitan dan penerapan kebijakan pengurangan PPN sebaiknya hanya dianggap sebagai solusi sementara untuk jangka waktu tertentu guna mendukung masyarakat dan dunia usaha.

Kini setelah pandemi berakhir cukup lama, kebijakan insentif pajak yang dikeluarkan untuk mendukung bisnis dan masyarakat mengatasi kesulitan pascapandemi perlu ditinjau ulang untuk mempersempit cakupan penerapannya, sehingga secara bertahap menstabilkan pelaksanaan kebijakan perpajakan. Oleh karena itu, melanjutkan usulan dan penerapan kebijakan pengurangan pajak pertambahan nilai tidaklah tepat.
Terkait dengan bentuk penerbitan kebijakan, Komite Peninjau mengusulkan untuk tetap menerapkan bentuk resolusi terhadap materi tersebut dalam resolusi umum sidang, sebagaimana resolusi-resolusi yang telah diterbitkan.
Mayoritas pendapat di Komite menyetujui usulan Pemerintah untuk terus mengizinkan kebijakan tersebut diterapkan mulai 1 Januari 2025 hingga 30 Juni 2025.
[iklan_2]
Sumber: https://kinhtedothi.vn/de-xuat-tiep-tuc-giam-thue-gia-tri-gia-tang-den-het-thang-6-2025.html






Komentar (0)