
Hal tersebut ditegaskan oleh Ibu Pauline Tamesis, Koordinator Tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa di Vietnam, saat memimpin Diskusi "Membentuk Kontribusi bagi Tata Kelola Kecerdasan Buatan Global" pada Pertemuan Meja Bundar Tingkat Menteri tentang Tata Kelola Kecerdasan Buatan pada pagi hari tanggal 27 Oktober, dalam rangka Pekan Digital Internasional 2025.
"Kecerdasan buatan merupakan isu global dan Burundi menempatkan AI di pusat strategi pembangunan nasionalnya," ujar Ibu Inarukundo Francine, Sekretaris Tetap Kementerian Keuangan Burundi. Selain itu, Ibu Inarukundo Francine menyampaikan keinginannya untuk lebih memperdalam kerja sama dengan Vietnam, terutama di bidang berbagi keahlian, alih teknologi, pelatihan talenta muda, dan bersama-sama mendirikan laboratorium inovasi.

Pada konferensi tersebut, para delegasi internasional juga berbagi banyak pembelajaran dan rekomendasi dalam proses pengembangan dan penerapan teknologi AI. Bapak Julien Guerrier, Duta Besar Uni Eropa untuk Vietnam, menyatakan bahwa strategi AI Uni Eropa (UE) dibangun di atas tiga pilar: keunggulan, kepercayaan, dan kerja sama internasional. Pendekatan UE bertujuan untuk meningkatkan kapasitas riset dan industri, sekaligus memastikan kerangka hukum untuk pengembangan AI yang bertanggung jawab. "UE juga berfokus pada penanganan risiko terkait AI generatif," tegas Bapak Julien.
Duta Besar Australia untuk Vietnam menyampaikan bahwa mulai Agustus 2024, semua lembaga federal Australia diwajibkan menunjuk pejabat yang bertanggung jawab atas AI dan menerbitkan pernyataan transparansi saat menggunakan teknologi ini. Beliau juga memberikan pelajaran praktis dengan menegaskan bahwa pengawasan manusia selalu memainkan peran penting dalam pengoperasian sistem, bahkan pada sistem AI paling modern sekalipun. Selain itu, regulasi tentang kecerdasan buatan juga perlu konsisten untuk menghindari regulasi yang berlebihan, yang menghambat perkembangan.
Senada dengan itu, Bapak Philipp Agathonos, Duta Besar Austria untuk Vietnam, mengatakan bahwa peningkatan kapasitas manusia dalam mengendalikan sumber data merupakan faktor kunci untuk memastikan keandalan AI. Beliau juga memperingatkan bahwa banyak sistem AI saat ini menggunakan data berkualitas buruk, mengaburkan batas antara yang asli dan yang palsu, dan menyatakan keprihatinannya terhadap monopoli cip berkualitas tinggi, serta mendesak negara-negara untuk berkoordinasi guna menyeimbangkan rantai pasokan, agar produksi cip tidak jatuh ke tangan segelintir perusahaan.
Konferensi ditutup dengan pidato Bapak Nguyen Manh Hung, Menteri Sains dan Teknologi. Beliau menyampaikan pesan utama bahwa tata kelola AI telah menjadi masalah kerja sama global, tidak hanya dalam visi tetapi juga dalam tindakan. Pengembangan AI perlu diarahkan pada tujuan "AI untuk semua, bukan hanya untuk segelintir orang". Selain itu, kerangka hukum AI perlu dibangun agar sejalan dengan kepercayaan dan inovasi, yang keduanya mematuhi standar internasional dan sesuai dengan konteks masing-masing negara.

Terakhir, ia menekankan, AI adalah alat untuk memperkuat kreativitas manusia, bukan menggantikan manusia; teknologi harus inklusif.
Pertemuan Meja Bundar Menteri tentang Tata Kelola AI ditutup dengan pesan menuju masa depan digital yang aman, transparan, dan berkelanjutan; di mana kecerdasan buatan diatur secara bertanggung jawab dan melayani kebaikan bersama seluruh masyarakat.
Sumber: https://nhandan.vn/dinh-hinh-dong-gop-vao-quan-tri-tri-tue-nhan-tao-toan-cau-post918517.html






Komentar (0)