Mesin cetak 3D akan mengubah teknologi manufaktur roket dan UAV

Ukuran kecil mesin cetak 3D memainkan peran penting dalam pengembangan teknologi rudal. Hal ini memungkinkan pembuatan komponen kompleks dengan biaya lebih rendah, mengurangi waktu produksi, dan mengembalikan fleksibilitas desain untuk memenuhi persyaratan khusus pertahanan.

Dalam peperangan intensitas tinggi modern, dibutuhkan sejumlah besar rudal dan UAV yang dapat diproduksi dengan cepat dan berbiaya rendah. Hal ini pada dasarnya merupakan kelemahan banyak kekuatan militer yang terkenal dengan "kekuatan teknologi persenjataan" mereka.

Sederhananya, dalam sebuah konflik, pihak yang lebih lemah menggunakan senjata sederhana dan murah untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap lawan yang jauh lebih kuat secara teknologi. Pihak yang diserang harus menggunakan rudal antipesawat mahal yang bisa menghabiskan biaya jutaan dolar hanya untuk menembak jatuh UAV atau roket yang harganya hanya beberapa ratus dolar.

Misalnya, rudal Patriot berharga hingga $4 juta. Sementara itu, rudal Tamir berharga $100.000-$200.000 per unit, sementara rudal Qassam buatan Hamas hanya $500-600 per unit. Hal ini akan menciptakan perbedaan konsumsi yang signifikan, membebani sistem pertahanan udara, dan menciptakan tekanan finansial yang sulit diatasi.

Hal yang sama berlaku untuk UAV, yang telah mengubah cara konflik berlangsung selamanya. Hal ini memaksa kekuatan militer untuk menemukan solusi yang dapat menjamin pasokan senjata tepat waktu dalam jumlah besar, tetapi dengan harga yang wajar. Di sinilah mesin cetak 3D berperan.

Model mesin kecil, berukuran 12 hingga 20 cm, dengan daya dorong 100 hingga 300 lbf dan berat sekitar 6,8 hingga 16 kg, diproduksi dengan sangat cepat menggunakan metode ini. Hal ini membantu militer berbagai negara dengan cepat mengisi kesenjangan kapasitas produksi mesin dan memastikan ketersediaan stok cadangan.

Mesin jenis ini dapat digunakan untuk rudal, rudal jelajah baru yang lebih ringan, atau berbagai drone. Jika terjadi konflik, terutama yang berkepanjangan, ribuan mesin ini akan dibutuhkan.

Di Ukraina, negara tersebut saat ini memproduksi 5 juta drone kecil per tahun dan menargetkan produksi sekitar 300.000 drone jarak jauh per tahun. Bahkan AS pun belum mampu mencapai tingkat produksi tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh militer di dunia perlu segera merestrukturisasi dan segera memproduksi mesin cetak 3D untuk pertahanan.

Berbeda dengan Rusia, Tiongkok, atau India, hampir tidak ada perusahaan yang memproduksi turbin mikro komersial di AS. Baru-baru ini, sebuah nama muncul dan kontraktor ini dengan cepat mendapat perhatian khusus dari Pentagon. Nama tersebut adalah Beehive Industries.

Perusahaan tersebut dengan cepat memenangkan kontrak pencetakan mesin senilai $12 juta untuk Angkatan Udara AS pada bulan Oktober 2024, dan pada bulan Maret 2025 mengelola proyek pengadaan cepat untuk Pentagon guna meneliti lebih lanjut sistem propulsi untuk Kendaraan Udara Tak Berawak (UAV) dengan mengembangkan mesin Frenzy 200 lbf.

Beehive Industries berada di posisi yang sangat menguntungkan jika mereka dapat mewujudkan hal ini. Mereka beroperasi di pasar yang relatif baru dengan sedikit produk yang andal. Perusahaan ini menggunakan printer 3D GE dengan tim yang berpengalaman (seringkali mantan karyawan GE). Dengan banyaknya keuntungan yang ditawarkan manufaktur aditif dalam hal pengurangan berat, aliran yang lebih baik, konsolidasi komponen, perakitan yang lebih singkat, pembelian yang lebih mudah, dll.

Beehive hanyalah salah satu contoh peran pencetakan 3D dalam manufaktur, khususnya dalam produksi mesin roket militer dan UAV. Teknologi ini telah mengubah industri selamanya, dengan mengubah cara-cara peperangan modern secara permanen.