Perjalanan emosional kembali ke masa lalu dari film hitam putih

Di sebuah sudut yang nyaman, sekelompok teman Tran Thu Ngan (Fakultas Administrasi Bisnis, Universitas Greenwich Vietnam) berkumpul, bukan untuk menonton film blockbuster Hollywood, melainkan untuk menyelami film-film revolusioner hitam putih. Secara kebetulan, ketika bertemu satu sama lain dalam diskusi film dan pemutaran film eksperimental, mereka menemukan kesamaan minat: kecintaan terhadap sinema. Bertepatan dengan Hari Nasional, 2 September, Thu Ngan mencetuskan ide untuk menyelenggarakan sesi menonton film bertema revolusi. Ia bersusah payah meneliti dan menyusun film-film tersebut secara kronologis agar setiap orang dapat memperoleh gambaran yang paling komprehensif tentang periode-periode sejarah heroik bangsa.
Film-film seperti "The Time Has Come" atau "August Stars", meskipun dirilis sejak lama, kualitas gambarnya tak tertandingi oleh teknologi modern, tetapi tetap memberikan dampak yang kuat. Anak-anak muda seakan menghidupkan kembali suasana Hanoi yang panas pada musim gugur 1945, merasakan derita dan cinta kasih yang tak tergoyahkan dari orang-orang miskin namun tangguh. Terutama, ketika cuplikan dokumenter berharga 2 September 1945 diputar, gambaran Paman Ho yang membacakan Deklarasi Kemerdekaan di Lapangan Ba Dinh yang bersejarah membuat seluruh kelompok terdiam. Suaranya yang hangat menggema, bendera merah dengan bintang kuning berkibar gagah, membuat hati anak-anak muda bergetar dengan kebanggaan yang suci. Bagi anak muda generasi Z (1997-2012), ini adalah cara untuk merasakan sejarah yang lebih autentik dan emosional daripada halaman buku mana pun.

Kisah serupa juga datang dari Phung Thi Thao Van (Fakultas Audit Dwibahasa B, Universitas Ekonomi Nasional). Secara kebetulan, saat menonton film "Aroma Rumput Terbakar" lagi di Pameran Prestasi Nasional "80 Tahun Kemerdekaan - Kebebasan - Kebahagiaan", Thao Van merasakan perasaan yang sangat berbeda dibandingkan saat ia menonton film tersebut semasa kecil. Kini, setelah dewasa, kisah empat mahasiswa Hanoi yang meletakkan pena dan pergi berperang telah membuatnya sangat emosional. Terutama, ketika menonton film tersebut tepat di tengah ruang pameran artefak perang, sejarah bukan lagi kisah yang jauh, melainkan seolah "hadir tepat di hadapannya". Pengalaman ini semakin memperkuat patriotisme dan rasa terima kasih Thao Van yang mendalam terhadap generasi sebelumnya.

Sungguh luar biasa melihat generasi muda masa kini tidak berpaling dari masa lalu. Mereka secara aktif menengok kembali akar mereka melalui sudut pandang yang unik, modernitas yang terjalin dengan kebanggaan nasional. Malam film yang nyaman seperti ini merupakan jembatan yang baik antargenerasi, membuktikan bahwa kisah-kisah tentang patriotisme dan semangat kebangsaan tidak akan pernah usang...

Ketika patriotisme menjadi film laris di box office
Gelombang kecintaan terhadap film sejarah Vietnam tidak hanya terbatas pada karya klasik, tetapi juga meroket di sinema-sinema modern. Bukti paling nyata adalah "Red Rain", sebuah film revolusioner yang baru saja dirilis dan dengan cepat memecahkan banyak rekor, menjadi film terpopuler dalam sejarah box office Vietnam. Tercatat bahwa di kompleks-kompleks bioskop di Hanoi, terdapat pemutaran film setiap 15 menit dan hampir selalu dipadati penonton, kebanyakan anak muda.

Meninggalkan bioskop setelah menonton "Red Rain" untuk ketiga kalinya, Hoang Quoc Thai (Fakultas Logistik dan Manajemen Rantai Pasok, Universitas Perdagangan) masih dipenuhi haru. Quoc Thai bercerita bahwa sebelum membaca buku, ia hanya tahu bahwa perang itu dahsyat, tetapi tidak dapat membayangkan kekejaman dan penderitaan yang dialami para prajurit dan rakyat kita. Namun setelah menonton film tersebut, semua kenangan heroik perang yang ia lalui untuk menghindari AS demi menyelamatkan negara muncul di hadapannya secara detail, realistis, penuh iba, namun tragis dan heroik. Dalam upaya menciptakan kembali sejarah melalui film tersebut, tak hanya Quoc Thai, tetapi banyak penonton muda lainnya pun terdiam, menitikkan air mata saat meninggalkan bioskop...

Daya tarik film revolusioner tidak hanya terbatas pada momen-momen emosional di bioskop, tetapi juga menginspirasi kegiatan budaya yang semarak dan bermakna. Gelombang kecintaan terhadap film sejarah Vietnam dengan cepat menyebar ke ruang-ruang kreatif, di mana banyak diskusi dan sesi analisis film diselenggarakan, menarik banyak anak muda untuk berpartisipasi. Ini merupakan kesempatan bagi anak muda untuk mempelajari lebih lanjut tentang karya-karya tersebut; sekaligus, mendengarkan kisah-kisah di balik layar yang penuh semangat dari orang-orang yang terlibat.
Bukti nyata penyebaran patriotisme di kalangan anak muda adalah sesi diskusi tentang film "Red Rain" yang diselenggarakan oleh komunitas pecinta film "Cine a little?" di ruang budaya kreatif Montauk by LP Club. Percakapan menjadi semakin istimewa dengan kehadiran aktor tamu Hua Vi Van, yang memerankan Dr. Le. Suasana akrab ini membantu anak muda untuk saling berbagi dengan nyaman, bertanya, dan memahami lebih lanjut tentang upaya diam-diam di balik sebuah karya yang dianggap sebagai "tonggak gemilang" perfilman Vietnam di masa damai.
Patriotisme bukanlah sebuah tren, melainkan selalu mengalir deras dalam nadi setiap orang Vietnam, sebagaimana diajarkan Paman Ho: "Cintai negara, cintai rakyat". Minat yang kembali muncul terhadap karya-karya klasik serta kesuksesan "Red Rain" telah membuktikan bahwa anak muda Vietnam tidak acuh terhadap sejarah. Mereka hanya membutuhkan pendekatan baru yang kreatif dan menyentuh emosi. Film-film bertema sejarah yang menyentuh hati dan visi dapat sepenuhnya menaklukkan hati penonton, terutama generasi Z.
Minh Ngoc/Berita dan Surat Kabar Etnis
Sumber: https://baotintuc.vn/van-hoa/dong-phim-cach-mang-chinh-phuc-trai-tim-gen-z-20250909102817802.htm






Komentar (0)