Menghadapi kebutuhan untuk memulihkan ternak guna melayani pasar Tahun Baru Imlek 2026 dalam konteks potensi risiko penyakit, wartawan Surat Kabar, Radio, dan Televisi Gia Lai melakukan wawancara dengan Bapak Huynh Ngoc Diep - Kepala Departemen Peternakan dan Kedokteran Hewan (Departemen Pertanian dan Lingkungan Hidup) tentang masalah ini.
▪ Pak, epidemi baru-baru ini meninggalkan konsekuensi serius. Apa pelajaran terpenting dalam upaya pencegahan dan pengendalian epidemi saat ini?
- Pelajaran terbesarnya adalah bahwa peternakan harus secara proaktif menerapkan biosekuriti yang komprehensif, mulai dari pemilihan ras, makanan, air minum, vaksinasi, pembersihan dan disinfeksi kandang, hingga pengendalian kendaraan, orang yang masuk dan keluar, dan inang perantara seperti lalat, nyamuk, kecoa, anjing, dan kucing.
Peternak perlu melaporkan secara sukarela ketika epidemi terdeteksi agar sektor veteriner dapat segera mengambil sampel, mengisolasi area tersebut, dan mengendalikan penyebaran penyakit. Selain itu, perlu memperkuat propaganda dan bimbingan teknis kepada setiap rumah tangga, meningkatkan kesadaran, dan menerapkan deklarasi ternak sesuai dengan Undang-Undang Peternakan. Hal ini merupakan dasar bagi pengelolaan ternak yang efektif dan pembangunan berkelanjutan.
▪ Permintaan daging babi selama Tahun Baru Imlek 2026 diperkirakan akan meningkat, tetapi penyakitnya masih laten. Bagaimana pemulihan populasi babi seharusnya dilakukan dengan aman, Pak?
Sejak awal tahun 2025, demam babi Afrika telah terjadi di 34/34 provinsi dan kota; saat ini, 32/34 provinsi belum melewati 21 hari tanpa wabah baru. Di Gia Lai , epidemi merebak di 22 komune, lebih dari 1.100 babi dimusnahkan. Meskipun sebagian besar komune pada dasarnya telah mengendalikan epidemi, risiko kekambuhan masih sangat tinggi.
Kami mengimbau para peternak untuk berhati-hati saat mengisi kembali stok. Di daerah epidemi, kandang harus dibiarkan kosong setidaknya selama 30 hari, kemudian sekitar 10% dari total ternak harus diuji.
Jika setelah 30 hari kawanan sehat dan hasil tes negatif, seluruh kawanan dapat digembalakan kembali. Di daerah tanpa epidemi, peternak tetap harus membersihkan kandang secara menyeluruh, mengimpor bibit dari fasilitas karantina yang tepercaya, dan melakukan vaksinasi lengkap terhadap demam babi, penyakit kaki dan mulut, serta penyakit telinga biru. Kawanan harus dipantau secara berkala, dan jika terdapat tanda-tanda yang tidak biasa, segera laporkan ke dinas kesehatan hewan.
Selain itu, prinsip "all in, all out" harus diterapkan, kawanan baru harus diisolasi setidaknya selama 21 hari, alat yang terpisah harus digunakan untuk setiap kawanan, kepadatan harus dikelola dengan tepat, dan nutrisi harus dilengkapi untuk meningkatkan daya tahan.

▪ Pak, kebijakan apa saja yang dimiliki sektor fungsional dan provinsi untuk mendukung masyarakat memulihkan produksi pascapandemi?
Kami telah menyarankan Kementerian Pertanian dan Lingkungan Hidup untuk mengajukan proposal dukungan kepada Komite Rakyat Provinsi sesuai dengan Keputusan No. 116/2025/ND-CP tentang penanggulangan kerusakan akibat penyakit hewan. Bersamaan dengan itu, kami akan memandu pemerintah daerah untuk melengkapi dokumen agar masyarakat dapat menerima dukungan ketika Dewan Rakyat Provinsi mengesahkan resolusi tersebut.
Industri ini juga mempromosikan propaganda dan pelatihan tentang teknik pencegahan penyakit dan manajemen kawanan berbasis biosafety, membantu orang merasa aman dalam produksi jangka panjang.
▪ Untuk mencapai tujuan pembangunan peternakan berkelanjutan, solusi kunci apa yang dibutuhkan provinsi ini, Pak?
Provinsi ini berfokus pada pengembangan tiga jenis ternak utama: sapi, babi, dan ayam, yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi terkait keamanan pangan dan perlindungan lingkungan. Mendorong peternakan berteknologi tinggi dan ramah lingkungan, yang menghubungkan rantai nilai dari produksi hingga konsumsi.
Arah baru adalah mengembangkan model pengolahan pakan organik skala kecil untuk rumah tangga dan peternakan menengah, terutama untuk babi lokal dan ayam kampung. Pada saat yang sama, mendorong penerapan teknologi pengolahan limbah untuk menghasilkan pupuk organik, yang mendorong pertanian sirkular.
Pengawasan penyakit telah diperkuat, mulai dari pembuatan peta epidemiologi hingga pengendalian antibiotik, vaksinasi lengkap, dan pembentukan zona bebas penyakit. Selain itu, provinsi ini telah mengembangkan serangkaian produk unggulan seperti babi hitam An Lao, babi Hoai An, ayam herbal, ayam kampung, dll. untuk menciptakan merek dan meningkatkan nilai industri peternakan.
▪ Dengan pertanian skala kecil yang masih umum, apa yang harus diperhatikan orang untuk membatasi risiko penyakit, terutama selama musim puncak?
Peternakan skala kecil berisiko jika tidak dikontrol dengan baik. Peternak perlu mengatur area ternak terpisah dari area tempat tinggal mereka, dengan pagar dan jaring berlapis-lapis. Hewan ternak harus dibeli dari tempat yang tepercaya; kandang harus dibersihkan dan didisinfeksi secara teratur, dan akses orang asing harus dibatasi.
Makanan harus berkualitas baik, dan sisa makanan harus dimasak. Penting untuk menerapkan model "all in, all out", mengisolasi kawanan baru, memvaksinasi secara menyeluruh, dan memantau kondisi kawanan secara ketat. Jika hewan menunjukkan tanda-tanda yang tidak biasa seperti demam, kehilangan nafsu makan, atau diare, mereka harus segera diisolasi dan dilaporkan ke dokter hewan.
Perubahan kecil dalam kesadaran dan tindakan sehari-hari akan membantu petani, khususnya peternak babi, tidak hanya mengatasi epidemi tetapi juga bergerak menuju peternakan yang berkelanjutan, modern, dan efektif.
▪ Terima kasih!
Sumber: https://baogialai.com.vn/giu-nhip-tai-dan-heo-gan-voi-kiem-soat-dich-benh-post568057.html
Komentar (0)